Kesan pertama ketika Mahesa, ketua OSIS SMA Tunas Bangsa memasuki ruang OSIS adalah kumuh. Dimana kardus air mineral diletakkan sembarangan, kursi tidak dalam keadaan rapih, bungkus makanan berserakan di mana-mana, dan satu lagi, ia tadi melihat pemain basket berganti baju di ruang OSIS! Apa-apaan ini, Mahesa membatin dalam hati dan merutuki kebodohan anggota OSIS lainnya.
Dengan tidak sabaran ia mengeluarkan handy talky di dalam saku almamaternya dan mulai memanggil semua anggota OSIS ke ruang OSIS. Setelah melakukan panggilan , Mahesa berjalan menuju kursi kebesarannya yang berada di ujung ruangan. Ia duduk sambil memijit pelipisnya, pertandingan ini membuat kinerja OSIS sangat berantakan dan tidak terstruktur dengan baik.
Satu persatu anggota OSIS memasuki ruangan dan langsung duduk di kursi yang ada. Saat semuanya sudah hadir, barulah Mahesa berbicara.
"Kalian tahu apa yang membuat kalian semua ada di sini sekarang?" tanya Mahesa kepada semua anggota, tapi mereka hanya menggelengkan kepala sebagai tanda tidak tahu.
"Bereskan ruang OSIS! Sekarang!" gertakannya itu membuat semua anggota OSIS mengerutkan dahinya.
"Izin bicara kak. Kenapa harus dibereskan? Kan sekarang kita sedang fokus pada pertandingan."
"Jadi kamu lupa diri sama asal kamu? Kamu bisa jadi panitia penyelenggaran pertandingan ini karena apa? Karena OSIS! Sekarang kalau kamu tidak mau membereskan ini semua. Silahkan buka name tag kamu kemudian keluar dari OSIS!" gertakan Mahesa untuk yang kedua kalinya membuat semua yang ada di ruang OSIS dengan tergesa membereskan alat-alat yang tadi berantakan.
Mahesa mengamati satu persatu anggota OSIS yang sedang beres-beres, pandangannya mencari sesuatu yang tidak ada semenjak ia memasuki ruang OSIS.
"Alana dimana?" tanya Mahesa kepada anggota OSIS yang saat ini berada di depannya.
"Dia masih di lapang, bagiin air buat para pemain basket."
"Dia bawa handy talky gak?"
"Kayaknya dia lupa bawa. Soalnya ada handy talky di kursi paling belakang"
Mahesa langsung masuk ke ruang OSIS dan membawa handy talky milik Alana. Kemudian, dengan tergesa Mahesa keluar dari ruang OSIS menuju lapangan basket tempat Alana membagikan air untuk semua pemain.
Setibanya disana, ia melihat Alana duduk di tribun dekat tim penilai pemain, ia pun menghampiri Alana lantas menarik tangan Alana menjauhi tim penilai. Alana yang ditarik begitu saja hanya bisa mengernyit kebinggungan dan memutuskan untuk mengikuti langkah Mahesa yang tergesa-gesa.
Mahesa menarik tangan Alana menuju halaman belakang sekolah yang tepatnya berada jauh sekali dari lapangan basket. Ia menghempaskan tangan Alana kemudian menatapnya tajam, Alan yang ditatap seperti itu kebingungan,
"Lo buta atau tuli! Hah!" teriakan Mahesa membuat Alana sontak membelalakan matanya karena kaget.
"Apa-apaan sih lo!"
"Lo gak denger gue manggil SEMUA ANGGOTA OSIS KE RUANG OSIS!" Mahesa menaikkan volume suaranya ketika menyebutkan anggota OSIS.
"Gue gak denger!" ketus Alana menundukkan kepalanya merasa bersalah.
"handy talky lo disimpen dimana!" bentak Mahesa membuat Alana terperanjat kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADOLESENS [TELAH TERBIT]
Teen FictionMasa remaja Alana teramat menyakitkan ketika ia dihadapkan pada kondisi dimana orang tuanya meninggal dunia karena serangan bom di bandara. Ditambah penyesalan yang mendalam karena tidak memilih Mahesa, ketua OSIS yang mencintainya dengan tulus seba...