Don't

148 13 4
                                    

Original story by
Mongbunny

.

.

Sunyi. Itulah kesan pertama yang didapat oleh seseorang jika berada di ruang pasien yang satu ini. Hanya terdengar suara air keran yang jatuh ke dalam bak di kamar mandi di sudut ruangan, itupun samar-samar. Ruangan yang didominasi warna putih ini menguarkan aroma obat bius yang sangat kentara. Tidak terlalu banyak alat-alat medis di dalam sini dan juga barang-barang lainnya. Hanya ada satu ranjang pasien. Kruk yang tersandar di dinding sebagai alat bantu berjalan. Nakas kecil di samping ranjang, yang di atasnya ada sebuah foto seorang pemuda bertubuh mungil yang direngkuh erat oleh seorang pria jangkung, menambah sedikit kesan menarik untuk membuat orang tersenyum menatapnya. Dan juga, sebuah sofa kecil di samping pintu masuk.

Seorang pemuda duduk di atas kursi roda di depan jendela panjang. Tubuh mungilnya semakin terlihat rentan karena hari demi hari badannya habis dimakan oleh penyakitnya. Dia mengenakan baju pasien yang dilapisi dengan jaket berbulu berwarna tosca, ditambah syal yang melilit leher jenjangnya dengan manis berwarna putih gading.

Pemuda itu sudah sejam lebih berada di sana, menatap dalam diam ke luar jendela. Menunggu sesuatu yang sudah sejak subuh dinantikannya. Memandang penuh harap ke arah langit yang terlihat mendung hari ini. Mengerjap ketika mendengar deru angin berembus menerpa sedikit wajah pucatnya. Dan tersenyum ketika dia melihat derak ranting putih ringkih, bergerak mengikuti arah embusan angin-yang terletak tepat 5 meter dari jendela kamarnya ini.

Inilah rutinitasnya setiap hari selama seminggu penuh sejak dia dipindahkan dari ruang ICU ke ruang pasien biasa. Masa komanya sudah berlalu 7 hari lalu. Waktu-waktu kritisnya sudah terlewatkan. Tapi, apakah itu bisa menjamin kalau dia sudah sembuh dan sudah boleh pulang ke rumah? Apakah penderita leukemia sepertinya bisa langsung sembuh hanya karena sudah siuman dari masa koma selama 3 minggu lebih? Tidak ada yang bisa lolos dari penyakit itu sejauh ini.

Kanker darah stadium akhir. Dia sudah hidup selama 4 tahun dengan penyakit itu. Membiarkannya berlarut-larut hingga sampai separah ini. Tepat di saat orang-orang merayakan natal, pemuda itu malah berjuang melawan penyakitnya. Berusaha untuk tetap hidup walau hanya diberikan satu menit saja. Sekarang dia sadar, dan itu berkat Tuhan. Dia hidup selama seminggu... bukan satu menit yang dimintanya. Untuk apa? Untuk seseorang yang sangat dia cintai. Untuk pria yang selalu menjaganya selama 4 tahun penuh. Tapi sayangnya bukan hanya itu yang dideritanya. Ada satu masalah lagi yang membuatnya menjadi pemuda yang terlihat sangat menyedihkan.

Dokter yang menanganinya sudah memvonis kalau hidupnya tidak akan lama lagi. Mungkin hanya menghitung hari.

Dia tetap tersenyum meskipun semua orang selalu menatapnya dengan pandangan kasihan, bahkan ada yang sampai menangis-terutama sahabat-sahabatnya. Dia mengajarkan semua orang di balik keringkihan tubuhnya untuk selalu bersyukur. Menikmati semua yang diberikan oleh Tuhan... walau penyakit mematikan seperti yang dialaminya singgah di tubuh kita. Dia yakin akan selalu ada masa indah di balik semua penderitaan. Selalu ada kebahagiaan di ujung penantiannya.

Pemuda itu menghela dengan raut menggemaskan. Kesal karena salju yang ditunggu-tunggu tidak turun hari ini. Memberengut dengan tangan bersedekap kesusahan-karena selang infuse cukup membatasi pergerakannya.

"Ayo turun... aku ingin melihatmu hari ini," desisnya sambil terus memandangi ke atas. Masih berharap salju akan turun hari ini.

Tanpa disadarinya, atau memang dia tidak terlalu peduli dengan keadaan membosankan sekitarnya, tampak seorang pria bersurai pirang menatapinya sejak tadi dengan raut tidak bisa dibaca. Berdiri bersandar di samping dinding dekat pintu masuk. Kadang wajahnya muram, kadang dia tersenyum. Kadang matanya berkaca-kaca, kadang dia tertawa pelan. Semua itu karena dia melihat dengan jelas gerak-gerik pemuda itu. Yang sukses membuatnya mengubah segala bentuk wajah selama 2 jam lebih berdiri di sana. Bukan tidak ada niat untuk mendekati pemuda itu, tapi dia hanya ingin memandangi tubuh dan juga wajah pucat itu dengan sangat intens saat ini.

OXYGEN (tk)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang