Kepedihan yang nyata

189 18 0
                                    

Aku pergi ke belakang gedung sekolah, aku menangis sejadi jadinya, aku menumpahkan semuanya. Meluapkan segala emosi yang selama ini meraung-raung dalam jiwa.

Ingin aku ungkapkan bahwa aku pupus, ingin aku ceritakan bahwa aku terjatuh, ingin aku teriakkan bahwa aku lelah, aku lelah dengan semua ini. Semuanya.

Tentang keluarga, percintaan, sekolahku, tentang urusan hati, semuanya tentang urusan hati. Tidak ada yang memahami bahwa aku adalah rembulan yang selalu kalah dengan matahari, nyatanya memang begitu.

Ini bukan masalah laut yang terkadang bisa saja meluap dan kembali menjadi laut, bukan tentang hembusan angin yang menyapa di setiap malam, dan bukan tentang aku yang masih bertahan pada kenyataan dalam sukar menjalani hidup.

Sejujurnya, ini memang berat.

Rangkul aku, rangkul tubuh rapuhku, genggam aku, genggam tanganku, dan peluk aku, dalam kepedihan yang berhambur air mata.

Setidaknya aku butuh seseorang seperti itu saat ini.

Aku menenggelamkan wajahku pada lipatan tangan, aku berjongkok dengan penahan dinding di belakangnya, aku ingat, di sini tempat Gion menghiburku. Walaupun sederhana, tapi benar-benar membuatku tenang pada saat itu.

Gion pasti sedang terfokus pada pelajaran saat ini, mana mungkin sesosok Gion memikirkanku, yang jelas-jelas bukan siapa-siapanya.

-----

AUTHOR POV

Dibalik terhanyutnya Keyra dengan buliran air mata dan perasaannya yang tak menentu saat ini, Gion mengerjakan soal-soal biologi yang diberikan guru.

Bukan berarti ia tak memikirkan Keyra sama sekali, bagaimana bisa dia tidak memikirkan anggota kelompoknya yang baru saja dipanggil guru matematika? Bagaimana mungkin? Tapi dari rautan wajah Gion, tak nampak seperti dia memikirkan seseorang.

Jauh di lubuk hatinya bahwa ini bukan hanya perihal Keyra yang merupakan anggota kelompoknya. Bukan tentang Keyra yang seharusnya duduk bersama Gion dan yang lainnya untuk menyelesaikan tugas biologi.

Bukan.

Gion pun tidak mengerti, ada masalah apa dengan hatinya saat ini.

Gion mengetahui apa yang sedang terjadi dengan Keyra bahkan sudah sejak lama Gion mengamati Keyra, dan Gion tau puncak permasalahannya.

Cepat-cepat ia menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan mengumpulkannya lalu Gion izin pergi ke toilet. Bukan. Alasan sebenarnya adalah mencari Keyra.

Gion berlari pelan mencari Keyra berusaha ingin menenangkannya lagi, Gion melewati taman dan ia melihat bunga kecil, ia memetiknya. Gion mengetahui Keyra menyukai bunga saat Gion yang memberikan bunga. Dalam diam.

Gion mencari kesana kemari namun tak menemukan Keyra. Dan ia ingat sebuah tempat, hatinya gusar cepat-cepat ingin menemui gadis yang ---entahlah. Entah ia menyukainya entah hanya simpati kepadanya, ia sendiri pun tidak tahu.

Semakin mendekati gedung belakang sekolah dentuman di jantungnya semakin cepat dan semakin berdebar. Peluh di wajah tampannya ia abaikan. Mata elangnya kesana kemari mengamati dengan tajam.

Dan saat sampai di tujuannya, ia melihat Keyra, Keyra menangis, melihat Keyra menangis tersedu hatinya hancur. Bukan, alasan hatinya hancur bukan hanya itu, seperti ada yang menusuk saat melihat Edo yang memberikan sandaran untuk Keyra, sandaran untuk mengurangi kepiluannya.

Edo mengusap lembut puncak kepala Keyra. Berusaha menenangkannya. Gion tersenyum miring dibalik hatinya yang rapuh, ia meremas bunga yang baru dipetiknya.

Bajingan. Batinnya.

Bunganya tanpa sadar ia jatuhkan dengan keadaan yang sudah hancur. Gion kembali ke kelas dengan berbagai pikiran. Tapi tetap saja, bagi Gion apa saja bisa terselesaikan, pemikirannya tentang Keyra tidak membuat fokusnya pada pelajaran menjadi hancur, tidak fokus saja Gion bisa melewati untuk masalah belajar.

Sedangkan Keyra sekarang ini masih menangis di atas bahu milik Edo. Edo yang periang tentu tidak bisa berbuat banyak, ia merasa bersalah atas apa yang telah terjadi.

"Lo harus balik ke kelas, Key. Nanti lo dicurigain" ucap Edo.

"Gua masih pengen di sini, Do"
Edo terdiam, ia tak tau lagi harus apa. Ia berusaha menenangkan Keyra. Kehidupan Keyra memang rumit, berbelit bagai jalanan dan tidak berujung bagai lautan.

--
Tok tok tok

Terdengar ketukan di kelas, salah satu murid membuka pintunya dan nampaklah wajah kepala kedisiplinan murid.

Semua murid terkejut, siapa yang akan di sidang dalam rapat kali ini? Pastilah masalahnya sangat fatal.

Di SMA Samudera memang ada rapat pendisiplinan itu sidang yang diadakan antara guru-guru dan orang tua siswa bersama siswa dan menginterogasi siswa yang bersalah. Biasanya sidang ini untuk memutuskan apakah siswa tersebut akan di Drop Out atau masih diberi kesempatan.

"Tolong berikan surat ini untuk Keyra"

Gion menarik napas panjang ketika terdengar nama Keyra terucap. Ia sudah menduga. Bagaimanapun ia harus membantu Keyra. Ya, sekarang Gion tau, ia harus membantu. Keyra tidak bersalah.

Masih ada gue yang bakal bantu lo, Key. Batin Gion penuh semangat.

Saat Keyra kembali ke kelasnya dan bergegas akan pulang ia memperhatikan semua murid di kelas berbisik-bisik sambil meliriknya.

"Key" lirik Niva sembari mengulurkan surat.

Keyra membuka surat itu dan betapa hampanya ia saat ini, apa yang harus ia lakukan? Surat pendisiplinan? Sulit, benar-benar sulit hidupnya. Tubuh Keyra jatuh saat itu juga, dia kembali menangis.

Melihat itu Gion segera berlari, menuju ruangan yang sangat rahasia..

..ruangan CCTV.

****
Mohon maaf atas perubahan sudut pandang yang terjadi di tengah cerita. Untuk beberapa chapter selanjutnya mungkin masih dengan sudut pandang author.

Terimakasih telah membaca

THIS LOVE [The Pain] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang