Musim panas begitu cerah, awan berbentuk kapas menghiasi langit biru siang ini. Libur semester genap masih terbentang lama. Aku melihat grup idol favoritku menyanyi di sebuah stasiun televisi. Suara mereka begitu merdu didengar.
Seorang anak laki-laki yang berumur 7 tahunan selalu datang menghampiriku. Dia adalah tetangga samping rumahku.
"Nda, ayo main ayunan di taman," teriak Niall.
"Iya, aku bilang ke mama dulu," jawabku dari depan rumah.
Aku lalu kembali masuk rumah dan meminta izin ke mama.
"Ma, aku mau main sama Niall. Boleh ya?" tanyaku.
"Main di mana?" tanya mama.
"Main ayunan di taman Ma."
"Iya, tapi tidak sampai sore ya," kata Mama dengan senyum teduhnya.
"Baik Ma," kataku sembari memeluk mama.
Aku lalu keluar rumah menghampiri Niall.
"Ayo Niall," kataku.
Aku dan Niall lalu berjalan bergandengan sambil mengayun-ayunkan tangan kami. Kami berjalan beriringan menuju taman di komplek rumah kami.
"Nda, kamu nanti saat besar ingin menjadi apa?" tanya Niall padaku.
"Aku ingin menjadi seorang arsitek. Kamu ingin menjadi apa Niall?"
"Aku ingin menjadi penyanyi seperti Michael Buble," kata Niall.
"Waoo, hebat. Coba nyanyikan aku sebuah lagu."
Di sepanjang jalan menuju taman Niall menyanyi untukku. Suaranya sangat merdu. Tidak terasa kami sudah berada di taman. Kami lalu main ayunan berdampingan. Saling tertawa dan bercanda. Aku dan Niall lalu bergantian mendorong ayunan. Niall mendorongku begitu tinggi.
"Niallll,,,, jangan tinggi-tinggi."
"Tidak apa-apa Nda, setinggi itulah mimpi kita. Setinggi langit biru itu," kata Niall dengan masih tetap mendorongku tinggi-tinggi. Aku yang awalnya takut jadi senang, karena langit biru terasa lebih dekat. Benar kata Niall langit biru yang tinggi itu setinggi mimpi kami, mimpi kita. Kami masih asyik main ayunan dan mengobrol hingga jingga menyapa.
"Semoga mimpi kita tercapai ya Niall. Apalagi kamu, kalau kamu jadi artis jangan lupakan aku. Nanti aku akan menjadi fans mu dan jadi fans ekslusif yang mendapat tanda tangan dan fotomu ya," kataku panjang lebar sambil berandai-andai jika Niall jadi artis.
"Baik, nanti kamu yang akan menjadi orang pertama yang ku beri tanda tangan," kata Niall dengan mata berkaca-kaca bahagia. "Ayo pulang keburu malam, nanti mamamu marah."
"Baik, ayo."
Kami berdua lalu berjalan pulang. Taman yang tadi ramai semakin sepi. Jingga pun memenuhi langit yang tadi biru cerah. Saat aku memasuki gerbang rumah, Niall melambaikan tangan padaku. Kepolosan anak-anak akan mimpi mereka.
Aku dan Niall satu sekolah di sekolah dasar. Niall adalah temanku semenjak pindah ke komplek perumahan di sini. Niall anak yang menyenangkan dia pandai menyanyi dan ramah. Niall sudah seperti kakakku sendiri. Jika ada yang menjahiliku. Niall akan selalu menolong dan membelaku. Kami satu sekolah di sekolah dasar dan juga sekolah menengah pertama. Aku dan Niall juga mengambil kursus gitar. Setiap dua minggu sekali kami mengikuti kursus gitar.
Aku dan Niall memang satu sekolah namun kami tidak satu kelas karena kelas putri dan putra disendirikan. Hari itu adalah classmeeting, yang diisi dengan marketday dan pentas seni. Niall yang menjadi idola di sekolah naik ke atas panggung lalu menyanyikan lagu berjudul Forever Young. Niall menyanyikan lagu tersebut dengan akustik gitar. Suara Niall begitu merdu dan penampilannya hari ini sangat mempesona.