Denting jarum jam terdengar, pandangannya terarah ke jalanan kota Seoul dari ketinggian tempatnya berada, meski terhalang kaca besar, tak dapat dipungkiri satu kata mewakilinya. Ramai. Tapi sayangnya kata itu tak berlaku pada gadis itu.
Pandangannya kosong menatap pemandangan dibawahnya, tatapan luka tergambar jelas di wajah cantiknya. Dieratkannya pelukan ke kedua lutut itu, mencoba menghalau rasa sepi yang melanda. Menghangatkan diri.
Peliknya masalah yang ia hadapi membuatnya seperti saat ini. Berbagai rasa berbaur menjadi sesuatu yang sulit untuk ia pilah. Apa yang harus ia lakukan? Ia sangat ingin bertahan tapi bagaimana jika disisi lain seseorang itu malah berusaha untuk melepasnya pergi?
Dering telefon terdengar memenuhi ruangan. Apartemennya yang sunyi.
Diliriknya benda persegi itu.❤Jungkook❤ is calling..
Yang selama ini membuatnya gundah. Ya, orang itu.. Jeon Jungkook. Kekasihnya. Entah untuk berapa waktu lagi status itu akan bertahan padanya.
Digesernya tombol hijau dilayar."..Ya?" suaranya terdengar lirih
"Bae Eunri-ya.. Ayo bertemu"
.
.
.Keduanya hanya duduk berhadapan sedari tadi tanpa ada niat memecah kehingan yg sejak tadi tercipta diantara mereka. Keduanya tenggelam dalam pemikirannya masing-masing dengan kepala yang sedikit tertunduk. Minuman yang dipesan pun berangsur dingin karena tak ada yang berminat menyentuhnya.
"Aku.. Sudah menggenggammu begitu lama," sang pria mulai berbicara.
Sang gadis hanya mengangkat sedikit kepalanya, menatap pria di depannya saat ini. Diarahkannya kembali pandangannya ke americano yang sejak tadi ia pesan. Membiarkan pria itu meneruskan kalimatnya."Kita sama-sama mengharapkan akhir yg bahagia, bukan?" lanjutnya.
Sang gadis tetap bungkam.Dibenaknya, bayangan saat dimana semuanya terasa begitu indah melintas tanpa permisi. Mengingatkannya pada momen awal hubungan keduanya, tawa lepas dan kebersamaan mereka. Ia... merindukannya. Sangat.
Janji dan harapan-harapan yg mereka buat kembali terlintas, yang entah kenapa membuat bagian dadanya seperti tertekan ribuan ton beban, sekaligus tertikam ratusan belati.
"Tak ada yang bisa kulakukan untukmu," sang gadis sempurna mengangkat kepalanya, menatap pria di depannya tak setuju.
"Apa maksudmu? Kau sudah melakukan banyak hal. Dan itu hal terbaik yang pernah aku dapatkan," ujar gadis itu sembari mengepal kuat tangannya, berusaha keras agar suaranya tak terdengar bergetar.
Sang pria bungkam. Ia pun tak cukup yakin dengan apa yang akan dikatakannya. Apakah ia harus mengatakannya atau tidak. Akankah semuanya baik-baik saja setelah ini?
"Aku tahu, kau pasti merasa sulit dengan keadaanku saat ini. Aku seorang idol, dan kau pasti tak nyaman dengan perlakuan para penggemarku," pria itupun kembali membuka suara, merasa hatinya telah mantap dengan pilihannya.
"-Jadi.. Sekarang aku harus... melepaskanmu," ucapnya lirih di ujung kalimatnya. Dalam hatinya sendiri, tak ingin ia katakan hal semacam ini pada seseorang yang sangat ia cintai. Ia tahu, sangat tahu, bagaimana perasaan gadis itu saat mendengarnya. Tapi, tak ada cara lain. Demi gadis itu. Bae Eunri-nya.
Setetes air mata jatuh dipelupuk mata gadis itu tanpa bisa ia kendalikan. Menciptakan sungai kecil di pipinya sebelum terjun bebas dengan sempurna. Bibirnya bergetar hebat. Tenggorokannya tercekat, namun ada yang lebih sesak ia rasakan. Hatinya...tidak baik-baik saja.
Gadis itu menggigit bibirnya, mencegah tangisnya pecah sekuat tenaga. Tak ada satupun kata yang keluar dari kedua belah bibirnya. Apa yang harus ia katakan? Semuanya hilang.
"Jadi, biarkan aku pergi.."
"Ini.. Satu-satunya cara yang bisa kulakukan untuk membuatmu bahagia," lanjut sang pria.Eunri menggeleng pelan, tak setuju dengan perkataan kekasihnya itu.
"Bahagia? Bahagia apa?! Justru kaulah sumber kebahagiaanku Jeon Jungkook!" cukup sudah, pikir Eunri.
"Bagaimana bisa kau berpikir aku akan bahagia jika kau tidak bersamaku?" pertahanannya hancur, air matanya sudah mengalir deras tak terkendali. Membuat Jungkook -pria didepannya- merasakan hatinya ikut terluka melihat keadaan gadis didepannya. Janji yang dulu ia buat sudah dilanggarnya. Takkan membuat gadisnya itu menangis.
"Jika aku terus menggenggammu, aku tahu kau tidak akan baik-baik saja. Karena itu, aku.. Yang akan berjuang untuk melepaskanmu,"-
"Biarkan aku pergi.. Agar kau bisa tersenyum suatu hari nanti," lirih Jungkook. Kepalanya menunduk dalam, tak sanggup melihat tangisan gadisnya yang kian menjadi.
"Jungkook, katakan padaku kalau kau tidak serius! Jeon Jungkook! Katakan padaku!!" Eunri menatap Jungkook penuh harap, sembari menggenggam erat tangan pria itu. Meskipun ia tak suka kekasihnya berbohong, tapi kali ini ia sangat mengharapkan prianya melakukan hal itu.
Jungkook mengalihkan tatapannya keluar jendela kafe, tanpa berniat menjawab pertanyaan gadisnya.
Ia pun sekuat tenaga menahan rasa sesak di hati dan juga matanya. Sangat menyakitkan.Pandangan penuh harap dari Eunri pun meredup. Ia menjatuhkan tatapannya, kepalanya menunduk dalam, rasanya ia ingin menangis lebih dari yang ia bisa. Bahunya berguncang hebat, genggamannya di jemari tangan Jungkook semakin mengerat, menyalurkan sakit yang ia rasakan.
Tak ada lagi yang membuka pembicaraan, keduanya larut dengan kesedihan masing-masing. Waktu berlalu seperti itu.
Sampai akhirnya jemari Jungkook melepaskan diri dari genggaman Eunri. Gadis itu pun tersentak, kepalanya terangkat seakan tak rela genggamannya terlepas begitu saja.Namun tangan Jungkook meraih kembali tangannya, menggenggamnya hangat dan mengelusnya lembut. Matanya menatap gadis itu sendu.
"Percayalah, aku melakukan semua ini untukmu," Eunri menatapnya penuh dengan linangan air mata.
Pria itu berkata, "Rasa sakit ini mungkin hanya sementara..-"
"Mana mungkin akan sementara, kau tak mengerti-" sela Eunri."Suatu saat nanti kau akan bertemu seseorang yang akan bisa lebih membuatmu bahagia," Eunri menggeleng pelan, Jungkook hanya bisa tersenyum -meski bercampur rasa getir- untuk menyakinkannya.
"Kau pantas untuk bahagia, Eunri-ya.."
"Selamat tinggal.." Jungkook melepaskan genggamannya, lalu beranjak dari tempat itu, meninggalkan Eunri yg masih tersedu disana.Seluruh tubuh Eunri lemas tak bertenaga sekedar untuk menahan pujaan hatinya itu. Tatapannya kosong menatap kursi didepannya, air matanya masih mengalir deras, bahunya naik turun akibat tangis.
Sementara Jungkook, pria itu berjalan cepat kearah mobilnya, berusaha tak mempedulikan gadis yang tadi ia tinggalkan. Napasnya tercekat, ia menggigit bibir dalamnya dan berusaha secepat mungkin masuk ke mobilnya. Ditutupnya mobil itu kasar, setelah itu, dicengkramnya stir mobil kuat-kuat, berusaha melampiaskan rasa frustasi dan kesedihannya. Ia berteriak tertahan, menggertakkan rahangnya keras, air matapun sudah mengalir bebas di pipinya. Sesekali ia mengusap kepalanya kasar, membanting tubuhnya ke jok mobil hanya sekedar melampiaskan rasa sakitnya. Dia tak menyangka kalimat yang ia lontarkan tadi bisa memberi efek sedemikian hebatnya, ditambah lagi kenyataan bahwa gadisnya baru saja menangis. Dan itu karena ulahnya!
Kedua insan itu larut dalam kesedihan masing-masing, menyadari bahwa merelakan sesuatu yang dicintai akan sedemikian sulitnya. Perasaan yg masih utuh terjaga mempersulit jalannya proses merelakan itu sendiri. Sedangkan ini baru sebuah awal dari semua kisah yang akan mereka jalani di masa mendatang, dimana kembali pada kenyataan, bahwa dunia lebih kejam dari apa yang bisa kita bayangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Letting Go
Short StoryInspired by Day6 'Letting Go' . . . . Cerita gaje, tak baca pun tak apa-apa.