Malam sudah berganti menjadi pagi.
Tarissha sudah bangun dari tidurnya, ia segera bersiap siap untuk kesekolah.
Tak membutuhkan waktu lama ia sudah siap.
Kali ini ia berangkat menggunakan mobilnya sendiri.
"Ma, pa, kak Deno , Tarissha berangkat dulu ya"
"Loh kamu ga sarapan dulu?" Tanya mama Tarissha.
"Engga usah ma, nanti Tarissha sarapan di sekolah aja"
"Yaudah kalau gitu kamu hati hati ya"
"Oke ma" ucap Tarissha dan langsung pergi untuk mengambil kunci mobilnya yang terletak di dekat pintu keluar.
Ketika Tarissha sudah mengambil kunci mobilnya , ia pun langsung menuju garasi untuk mengambil mobilnya.
Tarissha mengemudikan mobilnya dengan tenang sampai tak terasa Tarissha sudah sampai di sekolah.
Ia berjalan menyusuri koridor sekolah untuk menuju kelasnya.
"Woyy" suara dari seorang Gaby itu membuat Tarissha sedikit terkejut.
"Paan sih lo ngagetin gue aja" ucap Tarissha kesal.
"Ya lagian lo sih bengong gitu aja, lo kenapa sih?"
"Gue gapapa kali, lo aja yang mikirnya gitu"
"Eh Tar, udah mau jam 7 nih" ucap Gaby sembari melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya itu.
"10 menit lagi olahraga bakal dimulai, kita belum ganti baju lagi, mending sekarang kita cepet cepet naruh tas dulu, abis itu kita langsung ganti baju, daripada kita telat lo tau sendiri kan kita bakal di hukum dan hukumannya itu kita di suruh jalan bebek, ih ogah banget gue" sambung Gaby.
"Eh lo tu ya, buta kali lo ya?" Ucap Tarissha tiba tiba.
"Maksud lo paan dah Tar?" Tanya Gaby yang bingung akan maksud Tarissha.
"Ini juga kita udah di depan kelas kali, banyakaan omong sih lo"
Yap, Gaby tak merasa bahwa sekarang mereka sudah berada di depan kelas saja, karena sepanjang jalan Gaby nyeroscos begitu saja tanpa henti.
"Hehe" tawa Gaby sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Tarissha hanya mendengus malas dan langsung masuk ke kelasnya.
Tarissha mengambil pakaian olahraganya dan menuju ke toilet bersama Gaby untuk berganti pakaian.
Selesai mereka berganti pakaian, mereka langsung menuju lapangan.
"Prittttt" bunyi peluit pak Hasan membuat para siswa langsung mengambil posisi berbaris.
"Semua sudah datang?" Tanya pak Hasan.
"Sudah pakkkkkk" jawab siswa serempak.
"Baik, kalau begitu mari kita melakukan lari pagi terlebih dahulu, kelilingi lapangan ini sebanyak 5 kali tanpa ada yang berhenti, mengerti kaliann?"
"Mengerti pak" jawab siswa kembali serempak.
Para siswa pun berlari serempak.
Pada saat putaran ke 3, kaki Tarissha keseleo, Tarissha pun meringis kesakitan.
"Gaby tolong gue Gab, sakit nih seriusan gue ga boong" ucap Tarissha memelas.
"Eh iya iya, terus gue gimana dongggg" Gaby terlihat panik melihat sahabatnya yang meringis kesakitan itu.
"Bantuiin gue berdiri dulu aelah Gab"
Gaby pun langsung membantu Tarissha berdiri, tetapi baru saja ia akan berdiri, kakinya tak tahan lagi, Tarissha kembali terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Say?
Teen FictionDiusia yang sudah bisa dibilang remaja, Tarissha belum pernah merasakan apa itu 'pacaran'. Karena yang terlintas di otaknya hanya akan ada sakit hati disebuah hubungan. Dan selain ia takut akan sakit hati, sebenarnya Tarissha adalah gadis yang ding...