DALAM TAHAP EDITING UNTUK RILIS EBOOK. AKAN DIRILIS DALAM JANGKA WAKTU DEKAT!
Ollivia sudah patah semangat. Duduk termenung di rumahnya sendirian. Sudah hampir dua bulan tidak ada kabar dari Karen. Dia tidak bisa meneleponnya, berbagai pesan juga tidak dibalas. Dia hanya mendapat kabar dari Lily dan Bella bahwa Karen sedang pergi liburan, menenangkan diri dan pikirannya. Sophie sudah pindah dari rumahnya, pulang kembali ke Belanda, karena pada akhirnya Bobby mengembalikan passport Sophie dan anaknya.
Ollivia kembali teringat kejadian ketika Sophie menangis meneleponnya.
Saat itu sedang hujan badai di luar. Ollivia baru saja sampai di rumah setelah kelelahan bekerja. Sebuah panggilan masuk dari nomor yang sudah Ollivia lupakan. Sophie. Ragu, namun akhirnya dia mengangkatnya. Terdengar isakan tangis Sophie. Dia menceritakan kepada Ollivia bahwa passportnya dan passport anak lelakinya yang bernama John, serta dompetnya, dibawa pergi oleh Bobby dan Bobby tidak bisa dihubungi selama satu minggu.
Sophie mendapat kiriman sebuah foto Bobby sedang mencium wanita hiburan di sebuah klub malam. Sophie sudah berhenti dari pekerjaan dan bermaksud untuk fokus membesarkan John. Dan tepat saat itu adalah hari pembayaran sewa apartemen mereka, yang ternyata sudah menunggak selama dua bulan. Tanpa uang, dokumen, dan pekerjaan, Sophie tidak tahu harus bagaimana. Susu John sudah sangat menipis. Dia sudah menghubungi kedutaan besar Belanda dan melaporkan kejadian ini. Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali menunggu.
Iba dengan apa yang terjadi pada mantan kekasihnya, Ollivia akhirnya memutuskan untuk menampung Sophie dan John untuk sementara waktu. Hanya sampai Sophie bisa mendapatkan dokumennya kembali dan pulang ke Belanda. Tanpa dia sadari, apa yang telah dia lakukan berujung hancurnya hubungan antara dirinya dengan Karen.
Alexa tampak marah setelah apa yang dilakukan oleh Ollivia, walau pun Kara sudah berusaha untuk membujuknya. Lily dan Bella masih suka menghubungi dan mengunjunginya. Namun tetap saja ada kerenggangan diantara mereka.
Ollivia hanya bisa diam dan menangis, meratapi kebodohan yang telah dia lakukan. Entah sudah berapa ribu kali dia berusaha menelepon Karen dan selalu diluar jangkauan. Dia datang ke studio Karen, yang selalu mendapatkan jawaban yang sama. Karen sedang liburan hingga jangka waktu yang tidak bisa ditentukan. Ollivia menghela napas, menghapus air matanya. Dia mengambil ponselnya dan meskipun dia tahu pasti Karen tidak akan bisa dihubungi, Karen meneleponnya.
Sebuah suara yang mampu membangkitkan semangat hidup Ollivia. Suara tersambung. Tak lama, terdengar suara telepon diangkat. "Ya?" tanya suara berat di seberang. Suara yang dirindukan oleh Ollivia. "K-Karen, ini aku Ollivia," kata Ollivia menahan tangisnya. Diam sejenak. "Ollivia? Ollivia siapa?" suara Karen begitu dingin.
"Ollivia Elyas, Karen," kata Ollivia sambil menangis. "Oh, si jalang itu. Ada perlu apa?" ucapan Karen sangat menyakiti perasaan Ollivia, namun dia tidak perduli. "Aku minta maaf, Karen. Please, maafin aku," sedunya. Tidak terdengar suara. "Sudah dulu ya, saya sedang sibuk," dan telepon diputus. Ollivia berani bersumpah sebelum Karen menutup teleponnya, terdengar tawa seorang wanita. Tawa genit yang menggoda.
Tidak bisa ditahan lagi, Ollivia menangis meraung mengeluarkan semua emosinya. Ucapan Karen sangat kasar, dan terdengar suara wanita lain. Karen telah berubah. Setelah semua yang dia hadapi selama hidupnya, kembali wanita yang sebenarnya baik hati itu tersakiti begitu dalam. Rasanya begitu besar kesalahan yang sudah dibuat oleh Ollivia. Dia tidak tahu harus berbuat apalagi.
***
Alexa dan Kara sedang bermain dengan Gwen, buah hati mereka, ketika ponsel Alexa berdering. Sergio. Alexa segera mengangkatnya. "Alexa, Karen sedang dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Bersama dengan dua wanita entah siapa. Terlihat seperti 'mainannya', ya begitulah," lapor Sergio. Alexa menghela napas. Ini sudah entah keberapa kalinya Alexa menerima laporan seperti itu. Karen hanya menghabiskan seminggu di Islandia sebelum akhirnya bertualang ke Inggris, Perancis, Spanyol, dan Portugal. Selalu berganti wanita di tiap perjalanannya. Dia juga dilaporkan sering mabuk-mabukan, merokok ganja, juga berubah menjadi pemarah.
"Bagaimana kabar puteri kecilku?" tanya Sergio. Alexa tersenyum sambil mengelus kepala Gwen yang sedang meminum susu dari botol, disuapi oleh Kara. "Dia sangat pintar dan sehat, Sergio. Kapan kamu main ke Jakarta? Aku sedang lama di sini sebelum kembali ke Kanada," kata Alexa. "Wah, aku tidak bisa ke Asia Tenggara dalam waktu dekat. Namun aku akan datang ke sebuah pertemuan bulan depan di New York. Bagaimana jika kalian mengunjungiku?" tanya Sergio. Alexa tersenyum mendengar ucapan sahabat sekaligus ayah dari anaknya itu. "Ide bagus. Pasti Gwen akan senang melihat New York ketika musim gugur. Apa kamu mau bicara dengannya?" tanya sang miliyarder.
Setelah berbicara dengan Gwen, Sergio menutup teleponnya. "Karen sedang dalam perjalanan pulang ke sini, dengan dua wanita entah siapa mereka. Kamu lebih baik kasih tau Ollivia," kata Alexa kepada Kara. Istrinya itu mengerutkan keningnya. "Kamu aja yang kasih tau dia. Udah berapa lama kamu marah sama Ollivia? Gak liat tuh dia udah kayak vampir gitu," kata Kara sambil meringis ketika tangan gempal Gwen meremas jari telunjuknya.
"Menurutmu, apa Ollivia benar-benar menyesal?" tanya Alexa, lalu matanya menerawang berpikir. Kara menghela napas berat. "Kamu itu beneran gak peka deh ya. Makanya kalau aku ajak untuk ketemuan sama dia, kamu ikut," kata Kara gemas kepada istrinya itu. Alexa hanya tersenyum singkat, lalu tertawa lebar ketika melihat Gwen dan menghujani putrinya itu dengan ciuman di wajahnya.
***
Sebuah pesawat jet mendarat mulus di sebuah bandara di Jakarta. Ketika pintu penumpang terbuka, keluarlah seorang wanita tinggi bertato, memakai kacamata hitam dan baju kaus serta celana jeans robek-robek, merangkul dua wanita yang cantik dan seksi. "Thank you for the flight, Capt! If you stay longer in Jakarta, party with me!" kata sang wanita bertato itu kepada pilot dan ko-pilot yang melambai kepadanya. "Miss Sherly, next time I fly with you, put bikini on you instead that uniform," godanya kepada pramugrari dari pesawat jet itu.
"K, tell me, does Jakarta always hot like this?" tanya seorang wanita yang berada di rangkulan wanita bertato itu. Senyuman dari wanita bertato itu mengembang. "Always, like fire from hell," jawabnya. Mereka menuruni tangga pesawat dan berjalan menuju mobil yang sudah menunggu mereka. "If Jakarta is like hell, why do you come back?" tanya wanita lain yang berada di rangkulannya. "Because hell where is the devil belongs, Love. I am the devil," katanya sambil tersenyum sinis.
-----
Hi, Dear Readers! Aku mau promosi cerita baruku dengan judul Keep Me. Vote dari kalian sangat kuhargai di seluruh ceritaku!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love My Coffee Decaf
RomanceE-BOOK SUDAH TERSEDIA DAN DAPAT DIPESAN MELALUI DM INSTAGRAM @NATSUKIBENIBARA ALL RIGHTS RESERVED. DILARANG COPY DAN/JIPLAK CERITA AKU. BARANGSIAPA YANG MENJIPLAK, AKAN DIKENAKAN PASAL PEMBAJAKAN HAK CIPTA. Attention/Perhatian: Ini kisah lesbian. K...