Again?

36 1 3
                                    

Tak perlu mencintai banyak pria untuk terluka.
Kau cukup mencintai seorang pria yang berteriak pada dunia bahwa ia tak menginginkan kamu. Tidak cintamu. Tidak juga kehadiranmu. Kemudian kamu tetap mencintai dia.

Aku berbaring lemah. Tangisku sudah reda. Tidak. Bukan reda hanya saja aku terlalu capek untuk kembali mengeluarkan butiran hangat dari mataku.
Satu hari tlah berlalu, namun rasanya aku tak bisa melupakan bagaimana cara Nando menatap Merry. Seperti tatapan itu seharusnya milikku. Ya, seharusnya milikmu, Freya Keen.

"Seharusnya yah?"Freya menatap sahabatnya yang duduk memainkan laptop miliknya.

"Seharusnya apa?" Lensy menatapku.

"Seharusnya aku sadar. Satu tahun telah berlalu sejak kami berpacaran. Rasa itu mungkin benar sudah lenyap." Aku membasuh air mataku yang kembali menerobos pertahananku. Lensy memelukku.

"Stt... Udah dong nangisnya. Ntar banjir lagi kamar kamu." Lensy mencoba menghiburku.

"Lensy.. thanks" Aku memeluknya erat. Setidaknya aku punya Lensy. Bukan begitu?

"I'll be with you. I know you'll be there for me too." Lensy tersenyum. Tatapan matanya sangat teduh. Inilah sisi lain Lensy. Dia keibuan.

Lensy memang selalu ada untukku. Ini bukan kali pertama aku terluka karena priaku. Pria yang sama. Cinta pertamaku.
Aku teringat akan salah satu hari gelapku. Aku putus dengan Nando, menangisinya berhari-hari. Berawal dari Aku melihat Nando tertawa dengan seorang gadis.Mereka tampak menyukai satu sama lain. Aku menghampiri mereka. Menatap kesal kepada sang gadis. Lalu perkelahian kami dimulai.

"Kamu kenapa sih?" Teriak Nando.

"Ohh.. jadi ini jadi salah aku? Kamu so akrab gitu sama dia." Aku menatap kesal kepada gadis yang sudah jauh disana.

"Cuman kenalan, Freya! Just it!"

"Ya... and than what?" Aku benar-benar terbakar amarah. Aku melangkah kesana-kemari. Napasku tak beraturan.

"I need your number.. like that? Come on, Nando." Nando menatapku sangat kesal. Wajahnya merah menahan amarah.

"Kenapa kamu jadi gini sih? Freya.. you are not like this. I don't know you."

"Aku tak pernah berubah. But you do. You do all the time."

"Freya.. please.."

"Nando. Maybe you're right. You don't know me." Aku memandangnya. Nando terlihat sangat sedih.

"You just don't wanna know. Kita pisah. Nando.. don't try to hard." Aku berpaling.

"Freya.. please.. " Nando masih mencoba menggapaiku.
Ya, Tak butuh waktu lama hingga kata bodoh itu ku ucapkan. Aku yang memutuskan, aku yang terluka. Aku terluka karena orang yang sama. Karena aku mencintainya, aku mulai merangkak, kembali belajar berjalan. Dengan Lensy disampingku.
Wait!!! Bisakah kalian membayangkan hal ini? Seperti Nando memegang pisau lalu menikam tepat di jantungku. Berulang kali. Mencabik-cabik hati. Lalu aku, Freya Keen kembali menata hati untuk dia sang pencabik hati. Pertanyaannya adalah untuk apa kau menata hatimu bagi sang pencabik hati, Freya? Untuk kembali tercabik lagi?

Shouldn't come backTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang