47 | Ricuh (5)

129 23 7
                                    

"Judo bukan orang yang seperti itu!"

"Kami tidak percaya!"

"Kami akan mendukung Judo sampai titik darah penghabisan!"

"Kita harus bersatu untuk melindungi Judo! Kita harus melawan pelaku penyebar berita bohong itu!" Orasi Sekar dengan semangat membara melalui pengeras suara di tangan kirinya, di depan ratusan Perfectionist yang memenuhi halaman gedung Panembrama Entertainment.

"Ayo lawan mereka semua!"

"Kami tidak takut!"

"Who are we?" teriak Sekar sambil mengangkat tangan kanannya yang terkepal ke udara.

"We are Perfectionist because you're the perfect M.J!" sambut Perfectionist tak kalah semangat.

Bunga dan Ali melihat itu semua, semangat dan dukungan fans sahabat mereka--Judo. Bagian depan gedung Panembrama Entertainment yang didominasi dinding kaca membuat mereka tak perlu keluar untuk menyaksikan kerumunan secara langsung. Dengan nyaman dan tenang, tepatnya di lantai 3 gedung, Bunga dan Ali dapat memperhatikan kumpulan gadis belia berseragam putih abu-abu dengan sangat jelas.

"Mereka luar biasa." Ali berdecak kagum. "Mereka seperti tidak lelah terus-menerus berteriak seperti itu."

"Orang yang menulis berita 'Skandal Maheswara' ini benar-benar keterlaluan. Dia sudah membuat geger semua orang," timpal Bunga tak habis pikir sembari melipat tangannya di depan dada.

"Apakah Judo sudah bisa dihubungi?" tanya Ali berpaling pada Bunga yang berdiri persis di sampingnya.

"Belum," jawab Bunga membuang napas berat. "Aku sudah berusaha menelepon Judo seharian, tapi tidak diangkat. Judo pasti terjebak dan tidak bisa keluar rumah karena dikepung wartawan."

"Benar juga. Judo pasti tidak bisa ke mana-mana." Ali manggut-manggut berpikiran sama.

"Lalu, ke mana Mas Panji?" Ali mengedarkan pandangan mencari sosok sang produser yang belum kelihatan sejak pagi. "Padahal ada berita heboh seperti ini."

"Mas Panji sudah datang pagi-pagi," sahut Bunga. "Sepertinya Mas Panji dijemput Mas Panca dan Ayu untuk bertemu langsung dengan Judo. Sewaktu di lobi, aku melihat mereka berdua datang dengan tergesa-gesa dan melewatiku begitu saja. Mungkin Judo tidak mengangkat telepon dariku karena sedang bicara dengan Mas Panji."

Sebuah ide tiba-tiba melintas di kepala Ali. Ia merogoh saku dalam jaket denim yang dikenakannya, mengambil ponsel dari sana, kemudian merekam kehebohan Perfectionist.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Bunga bingung.

"Aku sedang mengabadikan momen langka," jawab Ali tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel--terus fokus pada rekaman video yang sudah berjalan beberapa detik.

"Kau benar-benar tega!" Mata Bunga membulat. "Sahabat kita sedang dalam musibah, tapi kau malah menganggapnya sebagai lelucon!" Bunga geram melihat tingkah Ali yang seakan tidak merasa khawatir dengan keadaan Judo.

"Aku tidak menganggap ini lelucon," sanggah Ali santai. "Kau berlebihan."

"Berikan padaku!" perintah Bunga sambil mengulurkan tangannya pada Ali.

"Berikan apa?"

"Ponselmu."

"Untuk apa?"

"Ali Wibisana! Cepat berikan ponselmu sekarang juga!"

Bunga yang sudah terlanjur jengkel, merampas ponsel Ali dengan cepat. Ali terperanjat. Matanya membelalak melihat ponselnya kini sudah berada di genggaman cantik Bunga.

Get In Touch (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang