Rahasia

167 2 1
                                    

Ini kisah tentang aku dimana persahabatan tengah melingkari hidupku. Hampir 10 tahun aku tak pernah bosan bertukar cerita dengan mereka. panggil aku Nayla, yang selalu dijuluki si gadis polos. Semua terlihat transparan bagiku. Tak bisa berbohong dan tak bisa juga dibohongi. Makanya mereka lebih baik jujur denganku daripada berbohong. Mereka takutku marah, sebab aku termasuk orang yang sulit memaafkan bila kesalahan itu benar-benar fatal.

 “Nay, hari ini mau ikut gak ?” tanya Vidya, sahabatku yang pintar mencuri hati para pria. Bukan rayuan gombal yang menyulapnya, tapi sifat dan wajahnyalah yang ampuh membuat lelaki didekatnya menyatakan cinta untuknya lebih cepat dari seharusnya.

“kemana ? kamu ikut Dez ?” tanyaku pada sahabatku yang lain, yang super cuek dan tomboy abis. Tapi kemampuannya menggaet hati pria sederajat lho dengan Vidya, mungkin karena sifatnya yang apa adanya menarik hati keturunan adam untuk bisa mengenal lebih jauh tentang dirinya.

“aku gak ikut Vidya, mau jalan sama Rama. Lah Vid, katanya mau jalan-jalan sama Zacky ?” tanya Dezta pada Vidya.

“iya aku mau ajak Nayla. Soalnya hari ini aku gak boleh keluar rumah.”

“kok ajak aku ?”

 “ya kan kalau ada kamu aku jadi dibolehin keluar rumah. Nanti aku izinnya kerumh kamu, nah kan mamaku percaya kalau ada kamu. Ya ya ya ?

Gini nih dukanya dipersahabatanku. Jadi alasan biar bisa dimanfaatkan sahabatnya sendiri meskipun aku memang ingin jdi orang yang bermanfaat, tapi gak gini juga kali ?!

“yah kamu salah alamat ngajak Nayla. Sama aja bunuh diri. Kan kamu tau Nayla mana pernah bisa bohong” sanggah Dezta

“tau nih Vid ada-ada aja”

“udah diatur beres itu. Pokoknya kamu tinggal ngangguk aja dan bilang “iya tante” plus kasih senyuman termanis. Gk usah ngomong apapun. Gimana ? Ayolah” ide gila yang lancar sekali. Aku Cuma mengangguk. Entah iya atau tidak, pokoknya mengangguk. Biar dia diam dan gak berisik. Vidya bersorak dan memelukku sambil mengucapkan terimakasih. Lalu dia mengatur jadwal dan apa saja yang harus kupersiapkan.

“makanya Nay jadi orang jangan kelewat polos” tawa mengiringi kalimat Dezta.

“dasar. Eh Rama siapa lagi tuh ? bukannya pacarmu Tommy ? ” tanyaku bingung

“yang kedua. Boleh dong. hahaha”

“Vidya aja tobat. Kamunya eror” tawa kembali terdengar ketika aku selesai bicara. Dan dari luar mamaku berteriak

“Nay jangan berisik, mama lagi sakit gigi” dan kami diam sambil menahan tawa.

Yah ini lah kami tiada hari tanpa cerita. Kapanpun dan dimanapun ada saja yang bisa membuat kami tertawa seperti ini. Semoga saja pacar itu bukan penghalangnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 7.30 malam. Aku tengah berjalan menuju rumah Vidya. Pasti disana dia sangat siap menyambutku dating. Jelas saja, aku sangat berjasa dalam hal ini. Jika aku tak datang, bagaimana nasibnya ? Kini aku telah sampai dan berkali-kali menghembuskan napas untuk menenangkan diri.

“ma, aku pergi kerumah Nayla ya” izin Vidya pada mamanya

“benar mau kerumahmu Nay ?” tanya mamanya padaku. Aku hanya mengangguk, tak berani memandang dan mengatakan apapun. Biar Vidya yang mengatur semuanya.

“boleh ya ma ? Kan kerumah Nayla”

“oke, kalau kerumah Nayla mama izinkan. Tapi awas kalau nanti mama dating kesana dan kamu tak ada, mama gak akan pernah lagi mengizinkan kamu keluar rumah” Itulah ucapan mama Vidya yang membuatku menelan ludah. Glekk., mati aku. Itu keputusan bersyarat. Dan Vidya dengan gampangnya berkata “iya” demi bias mencapai kemauannya. Dia tak tau aku sangat kacau mendengar ancaman itu. Aku yakin dia masih punya segudang ide gila dikepalanya.

“Vid, gimana nih ?”

“udah tenang aja. Yaudah aku pergi dulu ya. Nanti sms aja kalau ada hal-hal yang membuat mati kita berdua. hahaha”

“lho kok ? ku pikir aku bakal lihat pacarmu ?”

“udah besok aja aku kasih tau. Nih lihat aja dulu fotonya” Vidya pun mema,erkan foto pacarnya,Zacky di dompetnya. Dan setelah itu kami pun berpisah di pertigaan jalan. Semoga saja gak ada apa-apa karena yang akan terjadi nanti itu adalah misteri.

Hari ini aku masih diberi kesempatan hidup. Kupikir ancaman mama Vidya itu bohong tapi ternyata itu nyata. Aku telah berusaha menghubungunya tapi tak bisa. Aku bingung harus bagaimana. Ditengah lamunanku handphoneku berdering. Nomor tak dikenal. Dari siapa ya ?

“ya halo ?” tanyaku

“sorry ini nomor Nayla ?” tanya suara itu, laki-laki.

“iya ini siapa ya ?”

“ini Rama. Disitu ada Dezta gak ?”

“gak ada Ram, kenapa ?”

“gini, handphonenya ketinggalan di motorku dan aku mau mengembalikannya.”

“oh gitu coba aja kamu kerumahnya. Nanti kamu telpon aku aja lagi kalau udah sampai. Soalnya aku mau hubungi dia nantinya”

“oke makasi ya” sambungan itu terputus. Moga saja gak terjadi apa-apa lagi.

Waktu berjalan selama 30 menit setelah Rama menelponku. Jangan-jangan Rama belum mengembalikan handphone Dezta karena sampai saat ini juga Rama belum memberi kabar apapun. Dan aku berniat untuk datang kerumah Dezta hari itu juga. Namun sesampai disana aku hanya dicuekin.

“Dezta, tadi Rama telpon aku katanya mau balikin handphonmu yang ketinggalan. Udah diambil ?”

“iya udah” jawabnya padaku namun menyambung untuk Vidya

  “gimana Vid jadinya aku bingung nih”

“yaudah kita kesana aja”

“mau kemana ?” tanyaku tapi tak diacuhkan

“besok deh aku sms kamu Vid. Gak usah ajak siapa-siapa. Kita berdua aja ya Vid. Biar rencana kita lancar” kalimat Dezta itu yang membuatku penasaran setengah mati. Mungkin saja mereka sedang membuat rencana aneh yang tak perlu ku ketahui.

 “Dez, Vid aku pulang ya. Males ah gak dibutuhin.” Aku pun pergi dan mereka gak tau sama sekali. Parah ! biarkan saja, asal kalau nantinya ada apa-apa aku gak mau tahu. Dan akhirnya dengan segala kekecewan aku pergi meninggalkan mereka. Mereka mungkin tidak tahu aku meninggalkan mereka. Biarlah sampai mereka sadar aku sudah tidak ada disana bersama mereka.

Boyfriend or Friendships ?Where stories live. Discover now