Seungkwan : B-friend

2.4K 174 0
                                    

"Seungkwan-ah."

"Wae-yo, (y/n)?"

"Kau men-dj malam ini?"

"Sepertinya, iya. Wae?"

"Eodi?"

"Di klub milik Seungcheol Hyung. Wae?"

"Ani. Tadinya aku ingin mengajakmu pergi nanti malam, tapi--"

"Ya sudah, anggap saja nanti malam aku kosong. Mau jalan jam berapa?"

"Hah?"

"Mau jalan jam berapa?"

"Tapi, pekerjaanmu--"

"Sudahlah. Lagipula, aku benci harus berurusan dengan orang-orang klub setiap malam. Aku juga butuh refreshing, tahu!"

"Ya sudah."

"Jadi, kau ingin ku jemput jam berapa?"

"Bagaimana kalau jam setengah delapan malam ini?"

"Of course. Ku jemput kau jam setengah delapan malam ini. Sampai jumpa nanti malam."

Tut...tut...tut...

Sambungan terputus. Aku menyimpan ponselku lalu memasuki kamarku. Aku merebahkan tubuhku di kasurku. Aku melirik sekilas jam yang tergeletak di nakas samping tempat tidurku. Masih pukul 15.21. Lebih baik aku tidur dulu. Jam tidurku agak terganggu belakangan ini.

· SVT ·

"(y/n), bangun." suara itu mengalun di telingaku bersamaan dengan tepukan di pipiku.

Aku mengerjapkan mataku, membuat tepukan di pipiku terhenti. Setelah dapat melihat dengan baik, aku langsung membelalakkan mataku. "Seungkwan-ah. Kenapa kau ada di--"

"Kau pernah memberitahu kunci apartemenmu. Ku pikir sudah kau ganti, tapi nyatanya tidak. Aku masuk saja. Lagipula, kalau menunggumu di luar, mungkin aku bisa mati kedinginan."

Aku mengangguk paham.

"(y/n), lebih baik kita tidak keluar malam ini. Cuaca sedang kurang baik."

"Lalu?"

"Bagaimana kalau menonton di apartemenmu saja?"

Aku berpikir sejenak. "Kedengarannya tak buruk. Ya sudah, kau tunggu di luar, sana!"

"Arraseo." dia segera keluar dari kamarku, tak lupa menutup pintunya.

Aku menghela nafas. Bagaimana mungkin anak sebaik Seungkwan bisa menjadi dj di klub malam? Aish, kenapa aku selalu lupa menanyakannya. Aku harus menanyakannya nanti.

Aku segera bangkit, menguncir rambutku menjadi satu ke belakang, lalu memasuki kamar mandi kamarku. Aku mencuci wajahku di wastafel kamar mandi. Setelah terlihat cukup baik, aku segera menghampiri Seungkwan. Dia sedang duduk di sofa saat aku menghampirinya.

"Ah, (y/n), lihatlah." ujarnya seraya menunjukkan layar televisi. "Lihat, pembawa acara itu mirip sekali denganku kan?"

Aku mengerjapkan mata beberapa kali, membandingkan pembawa acara musik di televisi dan dj yang duduk di sampingku. Mereka sama. Persis sama. Seperti pinang dibelah dua. "Kau memiliki kembaran?"

Dia menggedikkan bahu acuh, "Aku bahkan tak mengetahui siapa orang tua ku." dia mengganti channel televisi menjadi siaran bola voli.

Ah, siaran bola voli. Dia sangat menyukainya. Sangat. Dan aku tak bisa mengganggunya. Aku beranjak ke dapur. "Seungkwan-ah! Mau ku buatkan sesuatu?!" teriakku saat membuka pintu kulkas rumahku.

"Cola saja, (y/n)!"

Aku mengambil sebotol besar cola dan dua gelas sedang lalu membawanya ke depan televisi. "Ini pesananmu, Seungkwan-ssi." sindirku seraya menaruh barang yang ku bawa.

"Kamsahamnida, (y/n)-ssi."

Aku terkekeh pelan lalu mendudukkan diri di sampingnya. Aku menuangkan cola ke gelasku.

"Tuangkan untukku juga, tolong."

Aku menoleh dan mendapatinya masih fokus dengan siaran bola voli di televisi. Aku mendengus pelan lalu menuangkan segelas cola untuknya dan langsung disambarnya. Aku mendengus lagi lalu menyenderkan tubuhku dengan segelas cola di tanganku.

"Seungkwan-ah."

"Wae?"

"Aku ingin bertanya sesuatu, tapi...."

Seungkwan menatapku dengan tatapan bingungnya, "Waeyo? Kenapa kau terlihat ragu begitu?"

"Eum, aku takut menyinggungmu." ujarku seraya memainkan ujung kaos yang ku kenakan dan kepalaku ku tundukkan.

Aku dapat mendengar tawanya, "Tak biasanya kau seperti ini, (y/n). Atau memang hal yang ingin kau singgung sangat sensitif?"

"Aku sangat ingin mengetahuinya, tapi aku takut menanyakannya. Ottokhae?"

Aku merasakan elusan lembut di rambutku yang perlahan berjalan ke pipiku, membuat aku menatap pemilik tangan itu yang sedang menatapku teduh. "Tanyakan saja, (y/n). Jika kau memang sangat ingin mengetahuinya."

Aku menunduk lagi, "Kalau kau tersinggung, bagaimana?"

"Lihat aku." aku mendongak lagi, "Kau mengenalku, kan? Jadi, apa yang ingin kau tanyakan?"

"Eum, itu, kenapa orang sebaik dirimu bisa menjadi dj yang pekerjaannya di dunia malam?"

"Hanya itu?" tanyanya lalu tertawa pelan. "Bagaimana, ya? Eum, kau tahu, kan, kalau kebutuhanku dan anak panti sangat banyak? Otomatis, aku, sebagai tetua, harus ikut bekerja untuk membantu kebutuhan mereka. Awalnya, aku bingung ingin bekerja menjadi apa. Lagipula, dimana orang yang mau memperkerjakan seorang namja yang hanya lulusan SMA? Sampai akhirnya, aku bertemu Cheol Hyung. Cheol Hyung menawari ku bekerja di klub miliknya. Aku, yang sudah sangat bingung, langsung menerimanya. Awalnya, aku hanya menjadi pramusaji biasa, tapi aku belajar tentang dj ke salah satu dj di tempatku bekerja. Dan inilah aku sekarang, dj Boo yang digilai banyak orang."

Aku memukul bahunya. "Kau berlebihan, Boo-ya. Jadi, kau masih sering ke panti?"

"Oh, tentu. Bagaimana mungkin aku melupakan tempat dimana aku di besarkan."

"Aku merasa tersindir."

"Tak bermaksud menyindir."

"Terserah kau, lah." aku meminum colaku diiringi dengan kekehannya.

Dia, Seungkwan, si dj baik hati, yang besar bersamaku di tempat bernama panti asuhan.

- END -

Kok gini?

Gomawo~

#050617

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

✅ | Imagine With SEVENTEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang