Kembali setelah pergi, bukan perkara yang dapat diharapkan dengan pasti. Tak bisa diperkirakan, tidak juga dibayangkan. Mungkin benar, bahwa untuk segalanya, yang dibutuhkan hanya waktu. Dan mungkin aku dan kamu sudah menemukan waktu dikala seminggu terkurung dalam alam indah minim teknologi. Hal itu, tak pernah ku sangka akan berjalan dengan sebegitu hebatnya.
Lalu, tibalah kita disini, dengan sepasang ayam bersaos merah pedas lengkap dengan nasi yang masih mengebul panas dan dua buah minuman cola. Paket makan yang umumnya hanya untuk awal bulan bagi anak rantau seperti kita, namun kamu, seperti biasa, memperlakukan aku seolah ingin selalu memanjakan.
Pemandangan seperti ini, jarang ku temui. Langit malam Kota Kembang yang cerah dipadu lelaki yang duduk tepat dihadapanku. Ia terduduk dengan kedua tangannya menopang dagu, tersenyum simpul dengan mata berbinar memandangiku, membuat tubuhku membeku dan mencair sekaligus. Ia terus menatapku, dengan sesekali berceloteh tentang hidupnya, tentang kisahnya, dan lelucon recehnya.
Sepasang ayam itu sudah raib, dan berganti dengan dua buah chocolate ice cream sundae. Meski, udara mulai dingin, ia mampu membuat suasana tetap hangat tanpa bantuan alat apapun.
Malam semakin larut hingga tak lagi ada pengunjung yang bertahan di sekitar, namun rasanya perbincangan tak pernah usai dibuatnya. Dan diri ini masih enggan menyudahi malam ini. Masih ada jutaan cerita yang masih sanggup ku dengar dan ku bagi. Mungkin aku egois, namun keadaan seperti ini sayang dilewati. Meski akhirnya malam itu berakhir jua, akan bermunculan semoga akan terjadinya malam seperti ini, lagi.
Tak terhingga kepingan bahagia itu, duka akan rumah seketika menyublim berganti sukacita tak terlihat namun terasa nyata. Aku senang dapat menjadi kawan makanmu, dan aku senang dapat menjadi temanmu bertukar cerita hingga larut, meski nantinya aku tak lagi diperlukan sebagai temanmu berbagi kisah, setidaknya aku bahagia sempat menjadi pendengar dari sepotong kisahmu, atau mungkin aku adalah topik dalam kisahmu kelak. Jangan sungkan bercerita, meski itu takkan pernah terjadi lagi.
Namun, terima kasih sudah sempat memilihku sebagai tempatmu bercerita, dan terima kasih sudah membahagiakan tanpa harus ku pinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru
RomansBaik tawa atau haru, suka atau sedih, hingga harap dan ragu. Semuanya, berjalan dengan sendirinya. Aku bahagia, terimakasih. Tanpa ada intuisi berlebih, kau datang dengan begitu adanya. Tak lagi menawar, melainkan membawakan, segalanya. Bicara per...