TDM 1 : Meet Him?

316 24 0
                                    


"Bahkan sering tanpa kamu sadari, jika hal yang paling berharga untukmu tepat didepan matamu."












"Apa kau sudah mendapatkan posisinya?" tanyanya langsung to the point.


Nada tegas dan menuntut laki-laki dihadapan nya ini tentu membuat semua orang seberusaha mungkin untuk menghindari berurusan dengan laki-laki bertubuh tegap ini.

Tetapi, hal ini tidak berlaku untuk dirinya. Dengan tenang, dia menjawab pertanyaan yang baru saja diberikan kepadanya.

"Sudah. Lalu, sekarang kau ingin aku melakukan apa padanya, sir?"

Laki-laki dihadapannya hanya tersenyum samar.
"Tidak ada."
"Tidak ada?" ulang pria didepannya sambil mengangkat sebelah alis hitam tebalnya yang membuat diri pria itu semakin tampan.


"Ya. Tugasmu sekarang hanya mengawasinya dan tunggu perintah dariku selanjutnya." perintah laki-laki yang berumur kurang lebih setengah abad itu dengan nada tidak mau dibantah.
"Baik, Sir Mor. Saya mengerti. Saya mohon undur diri sekarang," Pria tampan itu berdiri dari duduknya setelah berpamitan kepada laki-laki dihadapannya.


Pria itu berbalik menuju pintu setelah melihat anggukan samar dari tuannya. Tapi baru beberapa langkah, dia terhenti karena tuannya kembali memanggil namanya.
"Mr. Abelard.. "


Pria yang dipanggil Mr. Abelard itu tidak menjawab melainkan membalikkan setengah tubuhnya kebelakang untuk melihat lawan bicaranya.

"Ingat rencana ini tidak boleh gagal. Jika gagal, kau akan tau dampaknya untukmu, Mr. Abelard. Kau mengerti?"
"Ya, aku mengerti."
Tuannya menganggukan kepalanya dengan sedikit senyum dingin diwajahnya.
"Baiklah, sekarang kau boleh pergi dan awasi gadis itu,"

Pria tampan itu tak menjawab melainkan hanya menatap datar tuannya sebentar melalui bola mata abu-abu gelapnya.

Lalu, tanpa banyak kata pria itu berbalik dan berjalan pergi dari ruangan yang memberikan kesan dingin dan menusuk itu dengan raut wajah yang tidak terbaca.


"Sabarlah gadis manis, kegelapanmu sebentar lagi akan datang," gumam pria tampan seperti itu janji yang menakutkan.



**********




"Veena, ayo kita makan siang!" Ajak Stevanny pada Veena yang sedang serius menatap layar komputernya.

"Hmm.. " gumam Veena malas menjawab ajakan sahabat baiknya.

Veena dan Stevanny pertama kali bertemu di perusahaan tempat mereka bekerja sekarang meskipun mereka belum mengenal bertahun-tahun tapi mereka merasa memiliki perasaan sayang seperti kepada saudara kandung terhadap satu sama lain.

Stevy hanya mengerutkan keningnya bingung mendengar nada malas dari sahabatnya.

"Apa?" tanya Veena langsung karena risih dengan tatapan sahabatnya itu.
Stevy hanya diam dan menyipitkan mata ingin tahunya pada Veena.

"Oh, baiklah. Aku menyerah. Ayo, aku akan cerita ketika kita sudah berada di tempat makan kita," desah Veena sambil mengajak sahabatnya.











Tidak sampai sepuluh menit, mereka sudah duduk berhadapan sambil menunggu pesanan mereka datang di dalam cafe langganan mereka yang tidak jauh dari kantor.

"Jadi?" tanya stevy tidak sabar.
Veena hanya memutar bola matanya melihat tingkah sahabatnya walaupun begitu Veena tetap menjawabnya.

Dia tahu dirinya tidak akan pernah menang melawan Stevy jika sudah begini.
"Tidak. Aku tidak apa-apa. Aku hanya sedikit sedang kesal dengan Daniel."

The Dark ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang