Empat Belas

688 22 4
                                    

Gaby's POV

Aku susuri koridor sekolah yang mulai ramai, mungkin sebentar lagi bel akan berbunyi. Aku berangkat menggunakan angkutan umum sendirian, Melia dia menginap dirumah teman nya tetapi entahlah yang mana teman nya yang jelas Agnesia bilang dia tidak berada di rumah nya.

Kring...
Kring...
Kring...

Betul saja bel masuk berbunyi nyaring di antreo sekolah. Aku langsung memasuki kelas tetapi, aku tidak melihat Melia. Apa mungkin dia kesiangan? Apa mungkin Melia bolos? Aku tak tahu kemana saudaraku yang jelas aku khawatir karena aku sayang sama dia, dia begitu baik padaku.

"Melia kemana?" tanya Agnesia ketika baru saja aku menduduki bangku ku.

Aku hanya mengangkat bahu.
Ya, aku tidak tahu dimana Melia sekarang, padahal aku sudah menelepon nya namun dia tak kunjung mengangkatnya.

"Gaby, ditunggu Melia diparkiran." ujar Devon sang ketua murid di kelasku. Tepatnya sih pangeran kelas karena, dia memang idaman kaum hawa selain wajahnya tampan bak orang arab, sifat nya juga baik dan soleh.

"Ada apa?" tanyaku

Devon mengangkat bahunya "kesiangan kali."

"Ohya? Makasih dev." aku tersenyum.

"Sip." Devon mengacungkan jempolnya.

Dengan langkah cepat aku pergi menuju parkiran. Dan benar saja disana terdapat Melia sedang stay cool didepan mobil sport berwarna merah dengan plat nomor D 5050 MC .Tetapi, plat nomor itu tak asing bagiku?

Ohya... Itu mobil Dilanno plat nomor itu dulu aku menghafalnya. Kok Melia didepan mobil Dilanno? Ah, jangan berpikiran negatif dulu sama saudara Gab!!!

"Hai Mel----" belum sempat aku meneruskan ucapanku.

Tiba-tiba pintu mobil Dilanno terbuka dan benar tampaklah seorang Dilanno pria yang sangat aku cintai itu.

Ku urungkan niatku untuk menghampiri Melia aku lebih memilih diam terlebih dahulu dan sedikit kepo terhadap Dilanno yang menghampiri Melia.

"Maaf, gue udah maksa lu buat nginep dirumah gue."

APA?!! Jadi, Melia menginap dirumah DILANNO? dirumah LANNO? Kok sakit ya?

"Gara-gara lu gue kesiangan." dengus Melia

"Belajar yang bener ya sayang.." Dilanno mengusap pelan kepala Melia.

Aku hanya menatap mereka lirih. Sesak ya aku rasakan saat ini.

Pluk..

Air mata jatuh begitu saja dan mendarat dipipiku.

"Gue sayang lu Mel.." Kali ini, Dilanno mencium puncak kepala Melia.

Airmataku tambah deras. Demi tuhan, aku tak sanggup melihat ini semua, aku tak rela. Aku sangat mencintai Dilanno.

*****

Melia's POV

Kesal yang aku rasakan saat ini. Kalau tahu begini mungkin aku tidak akan mau menginap dirumah Dilanno. Yang benar saja Dilanno membangunkanku jam setengah tujuh pagi. Aku tidak shalat subuh dan pasti akan kesiangan juga.

"Maaf Mel." kata itulah yang sering dilontarkan Dilanno sekarang. Rasanya aku mau cakar-cakar muka dia.

"Nanti gue bangunin lu pagi-pagi." kata itu masih terngiang dikepalaku. Semalam Dilanno bilang akan membangunkanku pagi-pagi nyatanya Arghh...

Sesampainya disekolah gerbang sudah ditutup rapat. Disana aku makin kesal sama Dilanno bagaimana kalau aku tidak bisa masuk kelas? bagaimana kalau mamah tahu? Gaby tahu?

Aku Cinta Kamu Bukan DilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang