Jatuh

52 2 0
                                    

       Cahaya matahari disiang hari menerobos masuk melalui sela-sela jendela yang tertutup oleh tirai-tirai. Siang hari yang panas di hari Rabu. Dengan berputarnya kipas angin di hadapan ku. Aku pun terbaring dengan hati ku yang gusar.
    
       "Hiks... Hikss.." Air mata ku mulai jatuh. Sangat cetek  air mata ku. Teringat apa yang terjadi saat ini. Dan jatuh ku berkelana jauh. Tentang rasa dan ego ku padamu. Dan kepada kehidupan ini maafkan aku yang selalu mengeluh bahkan tak berguna sekali diriku. Maafkan....

      "Dret..dret... Dret... Dret..."
Hp ku bergetar. Ku lihat nama Rahma. Sahabat ku menelfon.

      "Num,dimana?" Tanya ia di sebrang. "Rumah..".
      " Main yuk.. Jam 3 gua tunggu di stasiun".." Pungkas nya.
      " Gimana yaaa? "
      " Ayo ihh. Kemana aja deh"
      " Oke"

                     °°°°°°°°°°°°°°

       Aku menunggu Rahma di stasiun. Entah kemana tujuan kami. Tak lama ia datang membawa tentengan kantong plastik berwarna putih.
       " Nih minum.." Ia memberikan kantong plastik berisikan 2 botol minun. " Gua beli tiket dulu.. Mana duit lu?" Aku merogoh tas dan membuka dompet. Ku berikan uang kepada Rahma.

        Tak lama ia kembali kami pun memasuki stasiun dan duduk sambil menunggu kereta.

      "Num..." Aku menoleh ke arah Rahma. "Lu ga bete gini2 aja? Kerja engga kuliah engga? Gila kali ya?". Aku lulus Smk Farmasi setahun lalu. Aku sempat bekerja awal lulus dari smk. Tiga bulan lamanya. Aku harus berhenti karena aku harus menjalani operasi. Tidak buruk. Hanya usus buntu. Disarankan oleh dokter aku harus beristirahat 3 bulan. Dan inilah aku.. Sampai saat ini yang diambang-ambang kegalauan hidup yang rentan sekali.
        " Ma...." Panggil ku. Ia melirik padaku. " Tau kenapa Allah berikan problem ke hambanya?" Ia masih terus menatapku. " Karena Allah mengajarkan biarlah kau merasakan benih-benih kegagalan. Agar kau meraup hasil panen kesuksesan. Setiap orang punya jalan kehidupannya, ia yang merasakan apa yang pantas untuk dirinya. Karena mempunyai mimpi tak perlu bising, yang diperlukan hasil. "

   Sore itu kami terdiam di bangku stasiun. Tak saling berbicara dan menjelajah bebas pikiran kami masing-masing. Sendau gurau itu menggema di kepala ku. Menjadikan ku teringat akan hari-hari ku.
    

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Siapakah Pecundang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang