Matahari mulai menyeruak masuk ke celah-celah jendela kamar Karolin. Seorang gadis yang mereasa terusik dengan cahaya tersebut menarik selimutnya setinggi mungkin hingga menutupi seluruh tubuhnya.
"Ughh. Come on! " dengan berat hati ia menendang selimutnya , dan melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Oh jangan lupa , hari ini ia bekerja.
Segera setelahnya ia tampak menata rambutnya yang ia biarkan terurai rapih. Cantik, simpel , dan elegant. Sebagaimana biasanya. Tanpa banyak mempoles wajahnya ia berdiri dari kursi meja riasnya dan berjalan menuju dapur.
"Pagi Nyonya. Kopi dan roti untuk nyonya sudah siap" ujar salah satu asisten rumah tangganya. Karolin hanya tersenyum singkat dan menyesap kopi tersebut setelah menggigit beberapa kali roti tersebut.
"Aku akan pulang larut, bilang pada ibu dan ayah tak perlu khawatirkan aku." Ujarnya melenggang dengan kunci mobil digenggamannya. "Tentu nyonya."
Segera setelah Carolina sampai di kantornya , ia memberikan kuncinya pada satpam yang telah membukakan pintu mobil untuknya."Titipkan kuncinya di Lobi setelah kau parkirkan. "
"Mrs. Caroline , The meeting is gonna be started in 10 minutes. Here's your notes in order you'll need it. I've prepared the presentation for you." Asisten Karolin memberikan sebuah buku dan beberapa berkas penting yang telah ia susun untuk pertemuan Karolin pagi ini. Dan ya, ia salah memanggil namanya entah seharusnya itu Karolin atau Karolina. Yang jelas itu bukan Nama Indonesianya.Karolina Arifin. Salah satu Pengusaha muda ternama di Bandung. Di usianya yang baru menginjak Duapuluh Satu tahun ia sudah menjadi seorang Wakil direktur sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan. Perusahaan itu milik ayahnya. Namun karena ayahnya yang tengah berbaring lemah oleh penyakit yang deritanya untuk sementara waktu perusahaan tersebut di kelola penuh dibawah pimpinan Karolin.
Dengan sigap ia mengambil buku dan berkas dari asistennya yang berasal dari Canada. "Thankyou. May i know who's the clients will be?" Ujarnya sembari membuka lembar demi lembar berkas yang tersusun dalam tiga lembar. " The clients are from Norway. And they came with Mr.Johnson , He's a Director of Timber company. "
Waktu menunjukan pukul sembilan pagi tepat. Karolin secara sigap berjalan dengan tubuh semampainya menuju ruang pertemuan. Ketika baru saja masuk, matanya berpendar kesemua ruangan dan berakhir pada mata biru milik seseorang yang juga menatapnya. Pandangannya tertahan beberapa detik sebelum akhirnya ia mengalihkan pandangannya pada meja panjang di depannya.
Pertemuan tersebut berjalan lancar. Karolin dengan kemampuan bicaranya dan intelektualitas yang ia miliki mampu menarik klien dari luar tersebut. Namun satu hal yang menarik dirinya. Pria dengan tampang khas Eropa tersebut terus menatapnya dengan pandangan yang cukup intense.
Wajah dengan rahang tegas, hidung yang mancung, mata biru muda, bibir tipis dan kulit tan seolah ia baru selesai berjemur kemarin. Karolin cukup terpukau dibuatnya. Pria itu tidak banyak bicara , ia hanya menanyakan beberapa hal penting lalu kemudian memperhatikan dirinya berbicara di hadapan ia dan klien lainnya.
"Mrs. Caroline , The director of Timber company would like to talk to you. " Karolin tersikap dari lamunannya , tiba-tiba saja jantungnya memberikan ritme aneh yang tak biasa ia rasakan. "Let he come to my office room."
"Mrs.Carolina? " Karolin mengadah, ia tersenyum singkat. Oh akhirnya seseorang caucasian menyebut namaku dengan benar Pikirnya. "Please take a seat , Mr."
(dalam bahasa inggris)
"Saya akan langsung saja, mengenai kerjasama antara perusahaan anda dengan saya. Saya akan menyutujuinya. Surat perjanjian akan asisten saya kirimkan nanti. Seperti yang saya lihat Saham di perusahaan anda cukup stabil, very impressive for this Company that has been running since five years ago." , " Terimakasih atas kepercayaan anda untuk perusahaan kami Mr. Johnsen. Tentunya kami akan melakukan yang terbaik untuk kedua belah pihak.""Alright then, it's such a pleasure to meet you. " Johnson mengulurkan tangannya dan segera Karolin menyambutnya. "It's a pleasure to meet you too, Mr. Johnson"
Genggaman tangannya belum Johnson lepas , baru setelah ia berkata " I'm looking foward to see you again not as a partner in work." sebelum akhirnya ia meninggalkan ruangan dengan senyuman menggodanya.
Belum pernah jantungnya berdegup kencang sejauh ini. Karolin terheran-heran. Apa maksud kalimat terakhir itu? Pikirnya. Wanita ini tak pernah begitu tertarik tentang cinta. Hidupnya sudah terbiasa ia sibukkan dengan pekerjaan. Itu karna, masa lalunya yang memaksa. Kau tahu, Karolin dulu bukanlah seorang Wanita yang kebanyakan orang tahu saat ini.
.
.
.
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
My unconsciously love
RomanceJarak dan ruang tak berarti lagi , asalkan kau bersamaku disini. Untukmu, Johnson. -Karolina-