Diputar boleh yaa😊
Masih di hari yang sama. Alana duduk di bangku lapangan, menyeka keringat di bahunya sehabis olah raga ringan. Membuka botol minumnya, ia mengamati Arnes yang dengan mudahnya memasukan bola basket ke ring.
Enam kali berturut-turut.
Lalu, Hana dan Nasya menghampiri. Hana duduk di sebelah Alana, sementara Nasya minum sambil berdiri.
"Airin mana?"
Mendengar pertanyaan Alana, Nasya mencebikkan bibir. "Tuh, lagi sama Arka. Liat aja." Ia menunjuk dua orang yang sedang main basket di bagian lain lapangan.
"Mereka udah jadian belom sih?" tanya Hana.
Alana mengangkat bahu, "entah."
"Belom lah! Ya kali, Han." jawab Nasya. "Kalo jadian pasti dia bilang deh ke kita."
"Lah? Bisa jadi dia diem-diem aja gitu. Takut dimintain peje kali."
"Kampret tuh anak, kalo sampe bener."
Pandangan Alana jatuh pada sebuah bola yang menggelinding ke arahnya, di samping Nasya yang berdiri. Di depan sana, ia lihat Arnes berjalan menuju bola itu. Alana tersenyum samar, berdiri, diambilnya bola itu. Didekap olehnya.
Arnes sudah berhadapan dengan gadis manis itu. Tersenyum, ia mengadahkan tangannya. Bermaksud meminta bola basket yang didekap Alana.
Getaran itu menyapa jantung Alana.
"Apa?" tanya Alana iseng. Melihat itu, Nasya mengambil tempat di sebelah Hana.
"Bolanya, Sayang." Alana terkekeh, belum ingin memberikannya kepada Arnes.
Dengan keringat yang mengucur dari dahi cowok itu, Arnes menyingkap kaos olah raganya, digunakan untuk mengusap wajahnya. Memperlihatkan perutnya yang kotak-kotak. Di depan Alana. Yang sontak melempar pandangan.
"Kayak roti sobek. Ya, nggak, Al?" goda Arnes sembari mendekatkan diri pada Alana, mengambil bola itu dari dekapan Alana yang mengendur.
Alana menatapnya datar, menahan tawanya. "Aku gak liat. Wlee!" Alana menjulurkan lidahnya.
"Kamu bukan fangirl ya?" Arnes gantian mendekap bola itu. "Biasanya kan, cewek yang fangirl suka banget liat roti sobek."
Hana dan Nasya diam, menguping dua insan yang merasa dunia milik berdua. Mulut Nasya menganga dan satu alisnya dinaikan saat Arnes berkata begitu. sementara Hana terkikik pelan.
Tawa Alana berderai. "Emang aku bukan fangirl. tau dari mana kamu, cewek suka roti sobek? Hahaha."
"Taulah. Buktinya..." Arnes melirik dua cewek di belakang Alana. "Mereka aja liatin aku pas lagi angkat baju."
Alana menoleh ke belakang. Menangkap ekspresi lucu kedua sahabatnya yang mengundang tawa.
"Kampret, Arnes! Gue gak ngeliatin lo, kali. Kalaupun tadi gue ngeliat lo juga, mata gue kepleset itu. Pacar lo kegeeran parah sih, Al?" omel Nasya tak terima.
"Tau lo, Nes. Apaan coba roti sobek-roti sobek? Ganti profesi lo, hah? Jualan roti?" balas Hana tak kalah nyolot.
Arnes tertawa, "Ya, bukannya gimana ya. Tapi itu realita."
"Gila kan dia, Han, Al?" Nasya geleng-geleng kepala. "Keluar dari rumah sakit tambah sakit, loh."
Hana menambahi, "Sama aja kayak Nevan gilanya." Sedetik kemudian ia terkikik sendiri menyebut nama pacarnya.
Alana meringis menahan tawa melihat pacarnya 'dikeroyok' oleh sahabatnya. Arnes terkekeh, ia menggaruk tengkuknya. Kembali tatapannya kepada Alana. Cowok itu mengusap sebelah pipi Alana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Like Yours
Genç KurguAlana, murid baru dengan perawakan yang kalem, penyuka musik dan puisi, juga mampu menarik hati Arnes. Arnes merasa yakin untuk memberikan hatinya lagi kepada seorang gadis. Menjadikan Alana bintang di hidupnya. Tapi ketika mereka berpacaran, ada s...