Heartache #2

631 88 20
                                    

Naruto memandang hamparan ilalang di sekelilingnya, lalu dia menemukan ibunya berdiam diri dan tersenyum kepadanya. Naruto mulai beranjak melangkah dengan cepat untuk menghampiri ibunya, tapi ibunya semakin menjauh, ingin ia berteriak. Tapi suaranya seperti tertahan di tenggorokanya. Naruto terjatuh kerna tersandung sesuatu, saat melihat apa yang menyebabkan ia terjatuh, suasana dalam sekejab berubah. Potongan tubuh manusia berserakan, darah berceceran. Bau amis begitu menyengat indra penciuman Naruto. Naruto ingin berlari tapi tubuhnya yang bergetar menyulitkan nya untuk bergerak.  Pelan ia bergerak tapi potongan tubuh itu juga bergerak. Dan dia menemukan potongan kepala ibunya, orang yang di sayanginya.

Naruto terbangun dari mimpi yang datang tiap kali ia memejamkan mata,

" Bermimpi buruk lagi?" Suara dingin itu terdengar di telinga Naruto.

Naruto meboleh saat ia melihat seseorang yang sangat ia kenal. Orang yang sering bertengkar dengan nya, orang yang merebut orang yang di sukainya. Kapan itu terjadi ? Naruto tidak tau kapan itu. Hei bukan kah dia gila?jadi untuk apa memikirkan itu?  Terlalu banyak pertannyaan.

Naruto mengalihakan pandangan nya pada jam di meja dekat nya, tengah malam. Lalu bagaimana bisa ia masih disini?  Ini bukan waktu untuk menjenguk orang gila bukan?

"Kau masih ingin terdiam? Kau mengalahkan aku ok?" orang itu masih berbicara dengan sombongnya. Tersenyum miring meremehkan.

Orang itu mendekat, Naruto terdiam ditempat tidurnya.

" Kau memang selalu lemah!"orang itu berkata dengan sengaja ia meletakan pisau lipat di ranjang Naruto.

Badan Naruto gemetar hebat melihat itu. Ia mulai tak bisa mengendalikan dirinya. Ia ingin menjerit tapi suaranya tertahan. Ia menjatuhkan dirinya ke lantai, infus kembali terlepas dari tangan kirinya. Berusaha mengendalikan tubuhnya yang gemetar hebat hanya karna benda laknat itu.

" Hei, aku hanya meletakan tidak memeganya ok? " orang itu berkata dengan senyum meremehkan nya. Tetapi Naruto tetap katakutan, ia mulai mencengkram rambut kepalanya ketika kenangan kenangan itu mulai bermunculan.

Sasuke, Uchiha Sasuke terduduk di samping Naruto.

"Menyedihkan, begini kah orang yang dulu di katakan tidak takut mati? Melihat pisau di dekatnya saja sudah membuatnya menciut?" kata Sasuke meremehkan 

Naruto hanya mampu melihat dengan tubuh gemetar hebat. Sasuke kembali berdiri dan mengambil pisau itu. Menyimpanya di meja dekat ranjang Naruto. Lalu dengan sigap ia mengendong Naruto kembali keranjangnya.

Tubuh Naruto tak terkendali. Tapi Sasuke tak kunjung memanggil suster ataupun dokter. Ia hanya memeluk Naruto dan mengelus rambutnya dengan lembut. Di selinggi dengan ucapan ucapan meremehkan. Naruto berontak, otaknya tak bisa lagi di ajak kompromi, ketika ingatan itu menikam telak di hatinya. Ia ingin sedikit rasa sakit untuk mengurangi beban otaknya. Sasuke mengeratkan pelukanya. Ia tak lagi berbicara, hanya usapan lembut di pungung kurus Naruto.  Jam menunjukan 4 pagi. Naruto baru saja kembali tidur.

Sasuke memandangi orang gila yang baru saja ia tenangkan.

Mengelus wajahnya dengan sayang.

"Apa kau tidak mau bertengakar lagi dengan ku?" ia bertanya.

"Aku sangat merindukanmu. "

#

Pagi menjelang, bukan tapi ini hampir siang jika jam menunjukan pukul 11 lebih 23 menit. Naruto terbangun. Dan  dia masih ada disini. Awalnya ia membiarkan tapi ketika suster Hinata datang. Dia mulai mengerecokinya. Ia muak, bisakah orang itu meninggalkan orang gila seperti dirinya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HeartacheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang