32. Our Heart

219 10 0
                                    

"Maaf, karena telah membuatmu khawatir".

Suara Shin memecahkan keheningan yang sempat terjadi di antara kami.

"Kau tidak perlu minta maaf, ini juga salahku".

Aku mendekat ke arah Shin yang masih berada diatas tempat tidur rumah sakit.

"Bagaimana keadaanmu?? Apa kau masih merasa sakit??". Tanyaku padanya.

Meski masih merasa kesal dengan yang terjadi, tetapi bagaimanapun keadaan Shin masih dikatakan lumayan parah.

"Kau tidak perlu khawatir, aku sudah merasa baikan".

'Fiuuu syukurlah keadaannya tidak separah penampilannya'.

"Dizta". Panggil Shin padaku.

"Ya Shin apa ada yang kau perlukan??"
Aku memusatkan perhatianku padanya.

"Aku tidak ingin berpisah denganmu.". Shin menggenggam tanganku dengan Tatapan penuh harap.

Degggg

Jantungku kembali berdegup dengan liarnya. Ini mungkin hal yang ku harapkan sedari dulu. Tapi... Bukan kah Shin telah memiliki kekasih??

"Shin.. Ini bukanlah hal yang baik untuk hubungan kita".

"Apa maksudmu??".

Aku mengatur deru nafasku yang sedikit sesak.

"Shin.. Kau sudah memiliki kekasih. Dan aku rasa kau tidak perlu merasa terbebani dengan kejadian yang telah terjadi diantara kita. Karena aku telah melupakannya".

Aku berusaha tegar dihadapan Shin.

"Kekasih?? Siapa maksudmu??".
Shin menatapku dengan bingung.

"Sela! Dia kekasihmu bukan?? Kau dan dia pernah berjalan berduaan ditaman. Tak hanya itu dia adalah wanita yang bersamamu saat di pesta kan??".

Aku tidak sanggup menahan air mataku, setiap mengingat kebersamaan mereka.

"Sela?? Kau salah paham Dizta. Hubunganku dengan Sela tidak seperti yang kau pikirkan".

"Saat ini aku belum bisa menunjukkannya padamu. Tapi, aku janji jika keadaanku membaik aku akan memberitahumu". Shin mencoba meyakinkanku.

Aku menatap kedua matanya untuk mencari kebohongan yang mungkin tersimpan. Tapi bukan tatapan itu yang aku dapatkan, melainkan tatapan kerinduan.

"Tidak ada wanita yang kucintai selain dirimu Dizta. Mungkin aku terlihat kaku, tapi percayalah aku hanya ingin menghabiskan sisa hidupku hanya bersamamu".

Shin menghapus sisa air mata yang membasahi pipiku. Dan mengecup kedua mataku. Pipiku memerah menerima perlakuan darinya.

"Jadi?? Apa kau mau menjadi my one and only??". Shin memandangku dengan harap.

"Yes Shin".

Cuppp

Shin mendaratkan bibirnya tepat di bibirku. Aku menerima ciuman yang ia berikan dengan hati yang berbunga. Perasaanku yang terpendam kini telah terbalaskan olehnya.

___________

{Side story}

Karin dan James berjalan di koridor rumah sakit, setelah menyelesaikan misi mereka.

"Jadi kau telah merelakan Dizta untuk Shin??". Karin melirik ke arah James yang tampak tenang.

"Aku hanya menjalankan sesuatu yang harus aku lakukan"
James tersenyum kecut pada Karin.

"Heii kau tidak lupa bukan. Kalau kau hutang penjelasan padaku"

"Yes Karin I know, but not in here".

Karin dan James brada di kafe dan memilih duduk di pojokkan.
_____________

{Shin and James before}

Shin menelpon James untuk bertemu.

"Bagaimana keadaannya??".

"Tentu saja dia sangat baik-baik saja, terutama setelah dia pergi menjauh darimu". James menatap Shin dengan jengah.

Shin tersenyum pada James yang masih menatapnya tajam.

"Berhentilah untuk mengganggu hidupnya. Kau tidak pantas untuk wanita seperti dia". James menekan setiap kata-katanya.

"Kau benar. Tapi, biarkan aku bertemu dengannya sekali saja. Karena aku sangat mencintainya".

James menatap Shin dengan tidak percaya.

"Apa?? Kau mencintainya. Haa.. Kau telah merusak hidupnya dan menghancurkan mimpi yang ia punya. Dan sekarang kau mengatakan kau mencintainya".

"Brukkk"
Sebuah pukulan mendarat dengan mulusnya di wajah Shin.

"Berhenti bersikap seolah-olah kau peduli padanya".

"Brukk"
Kembali, James kembali memukul Shin.

Shin menyeka darah yang menetes pada sudut bibirnya.

"Aku tidak pernah bermain-main pada perkataanku". Shin berbicara dengan wajah datar.

"Kau.."

James kembali melayangkan tinjunya pada Shin. Tapi, kali ini Shin tidak diam melainkan membalas pukulan yang di berikan oleh James.

Pukulan yang diberikan oleh Shin membuat James terjatuh di pinggir jalan. Dan tanpa di sadari sebuah mobil melaju ke arah mereka. Shin lebih dulu menyadari hal tersebut. Tanpa memikirkan resiko yang dapat membahayakannya, Shin menolong James yang kesulitan untuk berdiri.

Tapi sial... Shin tertabrak oleh mobil tersebut. Dan mengakibatkan dia terpelanting.

"Shin..."
James berteriak ke arah Shin. Dan berlari ke arahnya.

"Kau tidak apa-apa??".

Shin hanya tersenyum pada James.

"Kenapa kau menyelamatkanku?? Kau tau ini sangat membahayakan nyawamu". James begitu cemas.

"Aku tidak ingin Dizta merasa sedih jika kau terluka. Sudah cukup aku menyakitinya. Jadi aku harap kau mau membantunya untuk bisa selalu tersenyum lagi".

Setelah itu, Shin tak sadarkan diri.

{End}

______________

"Jadi James, kenapa kau menyerah??".
Karin melirik ke arah James yang masih diam.

"Kau tentunya tahu bagaimana perasaan Dizta pada Shin bukan??". James tersenyum kecut pada Karin.

"Sangat tidak adil jika aku terus-terusan menjadi pengalangan hubungan mereka. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa mengganti posisi Shin dihati Dizta".

"Maaf James telah membuatmu sedih, lalu.. Apa yang akan kau lakuan setelahnya??". Karin memandang James dengan tatapan menyesal.

"Heyy berhenti memandangku dengan tatapan menyedihkan seperti itu". James menatap Karin dengan kesal.

Karin hanya tersenyum dengan pernyataan yang James lontarkan.

Meski James merasa sedih, tetapi dia memilih untuk menutupi kesedihannya itu.

Side Story End

I Hope You Love Me [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang