KETUA organisasi marching band memanggil Kay yang ada di kelas. Ia pikir, Kay punya bakat yang bagus dalam ekskul ini. Sudah beberapa kali ia mengintrogasi Kay dan menurutnya Kay adalah orang yang tepat.
Berhubung juga karena ekskul marching band sedang kekurangan pemain.
Setelah Kay menghampiri si ketua organisasi ekskul tersebut, ia langsung bertanya.
"Kenapa, kak?"
"Kamu masuk ekskul marching band ya, dek." Kata Ito.
Ito sendiri sekarang menginjak kelas 12. Ketua organisasi memang selalu kelas 12 di sini.
"Tapi, kak--"
Ito menepuk bahu kiri Kay. "Di coba aja dulu, siapa tau cocok, kan?"
Namun Kay hanya mengangguk. Ia masih ragu. Sebelumnya ia belum pernah mengikuti ekskul apapun di sekolah-sekolah yang ia pernah singgahi.
Dari mana pula Ito dapat tahu bakat Kay di bidang ekskul tersebut.
"Habis pulang sekolah latihan ya."
"Iya, kak. Makasih."
Lalu Kay langsung kembali ke tempat duduknya.
Di perhatikan dari tadi Tamara cengar-cengir sendiri. Kay duduk sambil mengernyitkan dahinya.
"Lo kenapa?" Tanya Kay heran.
Masih dengan cengirannya, Tamara menjawab. "Lo nggak deg-deg-an apa ngomong sama cogan sekeren Kak Ito?"
Kay semakin bingung. Ia tak deg-deg-an saat tadi bicara dengan Ito, bahkan tak merasakan sesuatu yang aneh sedikit pun di dalam dirinya.
"Nggak."
Temannya itu mendengus dengan kasar. "Lo tuh aneh banget deh, gue aja dulu pas di tawarin ekskul marching band sama Kak Ito, deg-deg ser. Masa lo nggak ngerasain apa-apaan?!"
"Ya emang nggak ngerasain apa-apa." Jawab Kay.
Sekejap, muncul ekspresi tengil di wajah Tamara. "Ah... giliran sama Alan aja, klepek-klepek. Cuman papasan aja langsung berubah ekspresi lo."
Langsung lah pipi Kay memerah. Jantungnya juga berdetak sedikit lebih kencang, apalagi secara tidak sengaja ia baru saja melihat Alan masuk ke dalam kelas.
Matanya ini memang selalu auto focus kalau melihat Alan entah mengapa.
Tamara memperhatikan gerak-gerik bola mata Kay yang tiba-tiba saja fokus pada suatu objek.
Langsung lah ia membalikkan badannya dan menemukan bahwa Alan lah yang Kay lihat.
"Duh, bener kan kata gue. Kalau sama Alan pasti langsung deh--" Kata Tamara sambil berdecak.
Ketahuan mencuri-curi pandang, Kay pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah jendela.
Tamara mencolek dagu Kay. "Kalau suka ya perjuangin, jangan sampai di ambil yang lain."
"Nggak jelas lo." Ucap Kay.
"Nggak usah takut kali sama Ghia. Nggak usah takut juga di bilang PHO. Niat lo 'kan bukan nge-PHO-in mereka." Kata Tamara.
Karena Kay tak merespons perkataannya, Tamara melanjutkan lagi. "Lo tuh misterius banget sih, Kay. Padahal lo udah bilang sama gue kalau lo suka sama Alan, tapi masih aja nutup-nutupin seolah lo nggak suka."
KAMU SEDANG MEMBACA
AntiSocial
Teen FictionAku suka kamu, kamu suka dia, dia pacarmu, aku hanya tetanggamu. Kisah gadis yang baru saja pindah dari Bandung ke Jakarta dan memiliki tetangga yang akhirnya gadis itu sukai. Kayla tak pernah berani menyapa lelaki itu sejak ia menyadari bahwa ia me...