24 Desember

241 21 1
                                    

"Apa yang kamu lamunkan, Sakura?"

Suara berat itu sukses membuat semua lamunan Sakura buyar seketika. Sakura menggelengkan kepalanya lalu berkedip beberapa kali. Ia menatap layar laptop yang sedang menampilkan file yang sedang dikerjakannya. Dia kembali meletakkan jemarinya di atas keyboard laptop dan lanjut mengetik dengan lincahnya.

"Tadi kamu melamunkan apa, Ra?"

Pria yang berdiri di belakang Sakura itu mengulang pertanyaannya. Merasa bahwa kehadirannya tidak dipandang, pria itu berusaha menampilkan dirinya. Ia mengambil kursi yang menganggur lalu meletakkannya di samping kursi Sakura dan duduk manis di sana. Ia menopang pipinya dengan tangan kanan lalu menatap Sakura yang terlihat kembali fokus pada suatu dokumen yang sedang ia kerjakan.

"Apa yang kamu lamunkan tadi?"

Untuk ketiga kalinya, pria itu bertanya dengan harapan Sakura akan menjawab pertanyaannya. Namun, Sakura tetap melanjutkan pekerjaannya tanpa menghiraukan pria bermanik obsidian di sampingnya.

"Apa rumor itu memang benar?"

Pria itu kembali bertanya, tetapi dengan topik yang berbeda. Tentu saja tujuannya ialah memancing Sakura untuk mengalihkan perhatiannya dari laptop yang ada di depannya. Sayangnya, Sakura sama sekali tak tergoda.

"Kamu adalah ratu es yang bersikap dingin pada siapapun. Jadi itu bukan rumor, tetapi fakta."

Pria itu mengangguk-anggukkan kepalanya, seolah tengah memainkan peran monolog dalam sebuah drama karena tokoh yang satunya lagi bersikap seperti patung. Tetapi Sakura tetap tidak memperdulikan semua celotehan tak bermutu dari pria di sampingnya. Ia tetap fokus pada kerjaannya.

"Bahkan dengan pacarmu sendiri, kamu tidak mau bicara."

Pria itu bergumam pelan. Mendengar gumaman itu, Sakura menghentikan kegiatan mengetiknya. Ia menoleh ke samping sehingga ia dapat melihat seulas senyum tulus terpatri di wajah pria itu. Manik gioknya beradu dengan iris obsidian teduh yang menatapnya penuh kehangatan.

Sakura menghela napasnya. "Kau menjijikkan." Sakura berkata dengan wajah datar dan nada bicara yang dingin. Namun pria itu membalasnya dengan senyuman lebar.

"Saya lupa. Kamu bisa bicara, ya? Saya pikir kamu adalah orang bisu."

Candaan dari pria itu membuat Sakura mendengus lalu kembali menatap laptopnya. Ia kembali mengetik dan tak menghiraukan gangguan dari pria yang menyebutnya sebagai pacar. Pria itu menyerah. Ia mengembalikan kursi yang dipakainya ke tempat semula, yaitu di hadapan Sakura.

Sedetik pria itu duduk, Sakura menutup laptopnya. Setelah menarik flashdisc dari laptop, dia memasukkan benda itu ke dalam tas selempangnya. Kemudian tanpa bicara sepatah kata pun, Sakura keluar dari ruangan luas itu, meninggalkan pria yang duduk di depannya, sendirian. Tangan kurus pria jangkung itu terulur, mengambil kalender duduk yang ada di meja Sakura. Manik hitam obsidian-nya menjadi redup seketika. Ada satu tanggal yang dilingkari dengan spidol.

Tanggal 24 bulan Desember.

"Saya tahu, kamu akan terus mengingat kejadian itu." Pria itu bergumam dengan senyum pahit dalam air muka sedihnya. Ia tidak beranjak dari tempat duduknya sampai punggung Sakura benar-benar menghilang dari pandangannya.

~ Let Me Love You ~

DUAKKK!

"Cepat bangun!"

Seorang wanita paruh baya menendang seorang gadis yang tidur seperti sushi gulung dengan selimutnya. Gadis itu mengaduh kesakitan saat badannya jatuh menghempas lantai. Dengan dengusan sebal, dia melepaskan selimutnya lalu berdiri tegak menghadap wanita yang sudah mematahkan nikmatnya tidur dengan mimpi indah.

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang