"Aku bersihkan ini dulu." Ayu membereskan kotak-kotak makanan bekas makan malam kami, melipatnya menjadi satu, kemudian memasukkannya kembali ke kantong plastik. Dengan segera, Ayu berjalan ke dapur menenteng kantong plastik sambil membawa gelas-gelas--menjepit dengan jemari sekaligus dalam satu tangan.
"Apa tidak apa-apa jika Mas Panji menginap di sini malam ini?" tanyaku agak khawatir. "Bagaimana jika ada yang mencari Mas Panji? Mereka pasti curiga karena Mas Panji tiba-tiba menghilang, apalagi ada berita heboh yang sedang menimpaku sekarang."
"Aku sudah mengirim pesan pada sekretarisku untuk merahasiakan kepergianku ke rumahmu. Jadi, untuk sementara ini posisiku aman," jawab Mas Panji meyakinkan.
Aku manggut-manggut mengerti. Rupanya Mas Panji sudah mempersiapkan semuanya sedemikian matang, sehingga kekhawatiranku pada kecurigaan wartawan dengan menghilangnya Mas Panji langsung berkurang.
"Sudah tengah malam. Kita harus cepat istirahat untuk menyiapkan konferensi pers besok siang," ujar Mas Panji berdiri dari kursi. Aku menggangguk, lalu mengikuti Mas Panji, begitupun Panca.
"Mau ke mana?" tanya Ayu kembali dari dapur sambil mengeringkan kedua tangannya dengan tissue.
"Kami mau tidur, Ayu. Ini sudah tengah malam," jawab Panca.
"Mas Panji tidur di kamar tamu satunya lagi. Kamar yang biasa dipakai Mas Panji menginap sudah ditempati perempuan tidak waras itu," tuturku yang disambut anggukan kepala Mas Panji. "Ke mana perempuan itu?" Aku baru menyadari si perempuan tidak waras sudah tidak ada di sofa ruang tengah.
"Aku melihatnya berjalan ke atas sewaktu kita makan malam. Mungkin dia kembali ke kamar," sahut Mas Panji.
"Ya sudahlah. Aku tidak peduli. Lagi pula dia hanya duduk-duduk saja, tidak membantu apapun," timpalku. "Dan kalian berdua..." Aku menggantung kalimatku saat beralih pada Panca dan Ayu. Aku bingung di mana mereka akan tidur karena semua kamar telah terisi.
"Kami berdua tidur di sofa ruang tengah saja." Panca melanjutkan kalimatku yang membuat mata Ayu membulat. Aku melihatnya berbisik pada Panca dengan ekspresi wajah yang tampak memprotes sesuatu. Namun, tak lama Panca mencubit lengan Ayu. "Bisa gawat kalau semuanya tidur di kamar. Perempuan itu mungkin saja melakukan hal-hal aneh yang bisa membahayakan saat kita tidur. Jadi, kami berdua akan tidur di sofa untuk berjaga-jaga."
"Ya sudah kalau begitu. Kalian berdua boleh tidur di sofa, tapi jangan berantakan dan membuat sofaku kotor."
"Baik, Mas. Kami mengerti," tanggap Panca sambil tersenyum.
Setelah mengatur tempat tidur kami berempat, aku dan Mas Panji melangkah menaiki tangga menuju kamar, meninggalkan Panca dan Ayu yang masih berdiri di dekat meja makan. Samar-samar aku mendengar mereka beradu argumen, tetapi aku tidak memikirkannya lagi. Aku sudah lelah dan sangat ingin beristirahat.
"Kau mau protes?" tanya Panca menatap Ayu yang tampak mengerucutkan bibirnya. "Dengar ya, Ayu. Hanya ada 3 kamar di rumah Mas Judo. Kita tidak mungkin membiarkan Mas Panji tidur di sofa, sedangkan kau enak-enakan tidur di kamar. Aku mengerti kau tidak terima karena seharusnya perempuan tidur di kamar. Kita harus sadar posisi. Mas Panji adalah seorang produser dan lebih senior dari kita. Sudah seharusnya kita menghormatinya. Kau mengerti maksudku, kan?"
Ayu tak menjawab, hanya berdiri membalas Panca dengan menatap tajam. Tak lama kemudian, Ayu berjalan gusar meninggalkan Panca menuju ruang tengah, melepas sepatunya, dan tidur di sofa membelakangi Panca.
"Dasar anak kecil. Diberitahu malah marah-marah." Panca geleng-geleng kepala, setelah itu menyusul Ayu ke ruang tengah dan tidur di sofa yang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Get In Touch (TAHAP REVISI)
FantasiJudul awal : Loving Princess [Genre : Comedy - Romance - Fantasy] Kamala Wikrama Indurasmi, seorang Gusti Putri suatu kerajaan seribu tahun yang lalu. Bukan hanya cantik dan anggun, Kamala juga seorang gadis tangguh yang menguasai keahlian berperang...