52 | Persiapan (6)

132 19 6
                                    

"Sudah selesai?" tanya Ayu ketika melihatku keluar dari kamar mandi dengan air yang masih menetes dari tubuh dan rambut panjangku.

Aku mengangguk perlahan tanpa bicara, kemudian melirik ke benda-benda aneh yang tertata rapi di atas meja. Ayu berkutat dengan barang-barang itu sambil mulutnya bergumam sesuatu. Tak lama, Ayu berpaling dari mereka, tersenyum padaku, dan melangkah mendekat.

"Sekarang kau duduk," instruksi Ayu seraya mendorong tubuhku menuju sebuah kursi di depan cermin.

Ayu mendudukkanku perlahan, setelah itu ia kembali ke meja. Aku memperhatikan apa yang Ayu lakukan. Ternyata, Ayu mengambil sebuah benda berwarna putih dan berbentuk gembung dari sana. Begitu kembali, Ayu memposisikan diri tepat di belakangku sambil mengutak-atik benda itu.

Ngung!

Aku terbelalak. Benda di tangan Ayu tiba-tiba mengeluarkan bunyi bising yang membuatku terkejut setengah mati. Aku melompat dari kursi dan menghindar sejauh mungkin.

"Singkirkan benda bising itu dariku!" perintahku pada Ayu.

"Benda bising?" Ayu bertanya sambil menatapku heran. "Oh, maksudmu ini?" lanjut Ayu yang justru mengarahkan benda bising itu padaku.

"Jauhkan benda bising itu dariku!" perintahku lebih tegas. "Apa yang sebenarnya kau rencanakan?"

"Rencanakan?" Ayu mengulang perkataanku. "Duduklah. Kita harus cepat bersiap-siap sebelum Mas Judo marah."

"Tidak!" tolakku mentah-mentah. "Benda itu pasti berbahaya! Benda itu pasti akan mencelakaiku!"

"Mencelakai bagaimana? Ini hair dryer, pengering rambut biasa. Tidak berbahaya sama sekali."

"Aku tidak percaya! Singkirkan benda bising itu sekarang juga!"

"Ayo duduklah. Kita harus cepat." Ayu menghampiriku, masih dengan tangannya yang menggenggam benda bising.

Benda bising itu mengerikan. Mendengarnya mengeluarkan suara secara tiba-tiba, memberiku kesan bahwa benda itu dapat melukai siapapun yang berada di dekatnya. Tak ingin terluka karena benda bising itu, aku pun bergerak mundur menjauhi Ayu yang semakin melangkah mendekat dengan mulutnya yang terus membujukku untuk kembali duduk. Karena melihat Ayu yang ngotot dan aku yang terpojok di sudut kamar, membuatku mengambil keputusan cepat, yaitu dengan jurus seribu langkah. Aku berlari menghindari Ayu. Namun, Ayu sama sekali tidak putus asa. Ayu justru semakin gencar mengejarku mengelilingi kamar. Sampai akhirnya, aku merasa heran karena tidak lagi mendengar suara langkah kaki di belakangku. Aku memutar tubuh dan menemukan Ayu terduduk di lantai sambil bersandar di sisi tempat tidur.

"Tolong berhenti. Jangan lari lagi." Ayu terengah-engah. "Aku cape," lanjutnya mengeluh.

Beberapa saat kemudian, Ayu kembali berdiri. Aku yang berada di posisi terpaut jauh dari Ayu, langsung sigap memasang sikap waspada. Akan sangat berbahaya jika aku lengah sedikit saja. Ayu pasti mengambil kesempatan untuk menangkapku dan memaksaku kembali duduk. Entah apa yang akan dilakukannya dengan benda bising itu. Aku masih tidak yakin.

"Apakah kau ingin tampil seperti itu?" tanya Ayu menunjukku dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Apa maksudmu?" balasku tidak mengerti.

"Penampilanmu berantakan sekali. Pakaianmu kebesaran. Rambutmu juga basah tidak beraturan. Benar-benar tidak sedap dipandang mata."

"Apa?" Keningku mengernyit. Aku pun menoleh ke arah cermin. Dari kejauhan, aku melihat pantulan bayangan diriku yang sama persis dengan apa yang dikatakan Ayu.

"Semalam aku sudah mengatakan kalau hari ini adalah hari yang penting untuk Mas Judo. Dia akan mengajakmu bertemu dengan banyak orang. Coba pikirkan, apakah kau mau tampil berantakan seperti itu di hadapan mereka?" papar Ayu.

Get In Touch (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang