"Mengapa kita berhenti di sini, Mas?" tanya Ayu memandang suasana persimpangan jalan yang sangat sepi. Tak tampak satupun wartawan yang mengejar mereka sampai saat ini.
"Kita menunggu Mas Judo," jawab Panca sambil sibuk mengunyah roti.
"Bukannya Mas Judo mau pergi membeli pakaian untuk Kamala?"
"Siapa Kamala?"
"Dasar Mas Panca! Perempuan yang kita temukan di bagasi mobil, yang Mas Panca tuduh orang jahat, dan yang Mas Judo anggap perempuan tidak waras, dia namanya Kamala. Mas Panca tidak mendengarkanku sewaktu aku kembali dari berbincang dengannya dan berdiskusi dengan kalian kemarin?"
"Oh?" sahut Panca enteng. "Aku tidak memperhatikan. Tidak penting."
"Tuh 'kan! Kalau ada yang tidak sejalan dengan pemikiran, Mas Panca selalu menganggap tidak penting. Mas Panca juga suka mengambil kesimpulan sembarangan. Jangan asal main tuduh, Mas. Kalau ternyata tuduhannya salah, bagaimana? Mas Panca bisa menyakiti perasaan orang. Rasanya lebih sakit dari tersayat pisau."
"Iya, iya. Kau bawel sekali," balas Panca meremas bungkus roti, setelah itu membuangnya ke tempat sampah dibalik kursi pengemudi.
"Lalu, bagaimana kelanjutannya?"
"Kelanjutan apa?"
"Tadi katanya kita sedang menunggu Mas Judo."
"Oh, iya. Aku belum menjelaskan rencananya padamu."
"Mas Panca ini bagaimana? Jangan buat aku bingung." Mulut Ayu mengerucut sebal.
"Jadi, rencananya kita sengaja mengatur semua wartawan pergi dari rumah Mas Judo agar Mas Judo bisa keluar dengan aman."
"Aku sudah tahu yang itu. Mas Panca sudah bilang sewaktu di rumah Mas Judo tadi."
"Jangan dipotong dulu. Aku belum selesai bicara."
"Iya, maaf. Selanjutnya bagaimana?"
"Mas Judo tidak hanya pergi sendiri, tapi bersama Mas Panji dan perempuan itu. Mas Panji tidak mungkin pergi bersama kita karena kehadiran Mas Panji akan membuat situasinya semakin rumit karena yang para wartawan tahu di rumah Mas Judo hanya ada kita berdua dan asisten rumah tangga yang baru. Rencana kita membuat Mas Panji menyamar untuk menemui Mas Judo akan sia-sia. Kalau para wartawan mengetahui kebohongan itu, kau pasti tahu apa yang akan terjadi."
"Lalu, apa hubungannya dengan kita menunggu di sini?"
"Kita menunggu di sini untuk memindahkan Mas Panji dari mobil Mas Judo. Mas Panji harus datang lebih awal di gedung Panembrama sebelum ada yang menyadari Mas Panji menghilang saat berita 'Skandal Maheswara' muncul. Sedangkan, Mas Judo akan membeli pakaian untuk perempuan itu dulu, setelah itu menyusul kita ke gedung Panembrama."
"Aku mengerti sekarang." Kepala Ayu manggut-manggut. "Tapi, apa tempat ini aman? Aku khawatir ada wartawan di sini. Nanti mereka menyebarkan berita lebih heboh lagi."
"Di sini aman. Aku yakin," jawab Panca menenangkan Ayu.
"Mas Judo lama sekali," keluh Ayu gelisah menggigiti kuku jemari tangannya.
"Sabar. Sebentar lagi Mas Judo datang."
Beberapa menit kemudian, melalui kaca spion samping, Panca melihat sebuah mobil SUV mewah berwarna merah dengan nomor polisi B 711 DO melaju tak jauh di belakang.
"Itu Mas Judo." Panca menepuk pelan lengan Ayu, membuat Ayu tersentak. "Ayu, pindah ke belakang, bukakan pintu untuk Mas Panji supaya bisa pindah mobil dengan cepat."
"Oke," tanggap Ayu yang sigap pindah ke kursi penumpang dengan melangkah tanpa turun dari mobil van.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Get In Touch (TAHAP REVISI)
FantasyJudul awal : Loving Princess [Genre : Comedy - Romance - Fantasy] Kamala Wikrama Indurasmi, seorang Gusti Putri suatu kerajaan seribu tahun yang lalu. Bukan hanya cantik dan anggun, Kamala juga seorang gadis tangguh yang menguasai keahlian berperang...