Pretending

78 14 14
                                    

🌻

Sudah bukan rahasia jika Kim Sejeong menyukai Jeon Wonwoo. Sebaliknya, pemuda itu justru sangat membenci Sejeong. Nyaris setiap yang dilakukan gadis itu selalu salah di matanya, bahkan saat  Sejeong berhasil menolongnya dari sebuah kecelakaan kecil, tak sepatah-pun terucap ungkapan terimakasih dari pemuda tersebut.

Menyebalkan, tapi sama sekali tak bisa ditampik. Bahkan dia masih begitu mempesona dengan sikapnya yang dingin luar biasa.

Sejeong seperti gadis bodoh, tentu saja. Siapa sih yang akan tetap bertahan mencintai seorang yang jelas-jelas tidak pernah mau melihat kita? Tapi bagi Sejeong, justru disitulah letak ketulusan dari sebuah perasaan. Biarlah Wonwoo membencinya, selama dia masih bisa melihat si pujaan hati berada di sekitar kehidupannya, maka itu sudah cukup membuatnya bahagia.

Satu waktu... dulu sekali, Sejeong pernah memberanikan diri bertanya pada Wonwoo. “Kenapa kau begitu membenciku?”

Dan jawaban Wonwoo saat itu sungguh diluar dugaan. Alih-alih memaparkan sebuah kesalahan, cowok itu malah diam. Terlihat seperti menimbang, kata-kata apa yang pantas dia ucapkan sebagai bentuk jawaban, yang tegas tanpa penyakiti perasaan. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya dia bicara. Hanya kalimat sederhana tapi cukup untuk membuat Sejeong kebingungan.

“Ini bukan benci. Kau tahu, aku tidak cukup memiliki alasan untuk membencimu. Aku hanya segan.”

Demi apapun, siapa saja yang mendapat jawaban semacam itu, tentu akan merasakan kebingungan yang sama seperti gadis itu.

Segan? Oh, Sejeong bahkan bukan murid populer. Meski dia memiliki paras menawan, dia tak cukup terkenal di kalangan murid pria di sekolahnya. Lantas, apa arti segan yang dikatakan Wonwoo?

Hingga kini, setelah kejadian itu, meski seluruh usaha telah dikerahkan, Sejeong tetap tidak berhasil mendapat jawaban. Dan Wonwoo, dia juga masih sama seperti dulu. Diam. Bahkan kini terkesan angkuh. Wonwoo hanya ramah pada teman laki-lakinya dan akan bersikap sewajarnya pada gadis-gadis yang hampir secara menyeluruh merupakan fans setianya.

Tapi pada Sejeong, dia berbeda. Dia menghindar. Tak mau bicara, dan sikap tersebut kian membuat rasa bingung itu membesar. Jika bukan benci, lalu apa? Jika hanya segan, haruskah dia bersikap demikian? Ini sungguh membingungkan.

                                 🌻

“Wonwoo akan bertanding?” tanya Sejeong pada Mina, sahabat dekatnya yang juga cukup dekat dengan Wonwoo.

Si gadis berkepang dua mengangguk, “Ayo kita lihat. Ini hanya pertandingan kecil sebagai pemanasan. Aku yakin pasti hanya sebentar,” paparnya kemudian.

Sejeong tersenyum senang. Sebelum pergi meninggalkan kelas dan menuju lapangan futsal, dia tidak melupakan sesuatu yang selalu dia bawa setiap menonton pertandingan Wonwoo.

Air dingin.

Dia tahu betul kalau Wonwoo tidak bisa minum air biasa terlebih selepas pertandingan. Dan selama ini, ada Sejeong dibalik air mineral dingin yang selalu ada di loker cowok itu.

“Kau selalu seperti itu. Tidak pernah berubah,” komentar Mina. Menyadari keanehan sahabatnya.

Gadis itu hanya tertawa. Tanpa berniat membalas ucapan Mina, dia memilih bergegas agar tak tertinggal barang semenit saja pertandingan pujaannya. Lagi pula, ini memang sudah menjadi kebiasaan, kan? Sejeong mencintai Wonwoo. Maka dia akan melakukan apapun yang bisa membuat pemuda itu merasa nyaman.

Meski terkadang dia hanya terlihat seperti bayangan, tapi tak mengapa. Selama semua yang dia lakukan bukan sebuah pemaksaan, Sejeong akan tetap melakukannya dengan senang hati. Tentu saja, tanpa sepengetahuan si target utama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pretending✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang