I Love You, But It's A Wrong

15.9K 741 126
                                    


Special for CypherBwi
.

.

.

.

.

Jika hari sebelumnya ia bersama Nona Michel yang cantik, maka hari ini Kyle sendirian. Menumpukan dagunya pada meja belajar kecil yang biasa ia gunakan saat Michel mengajarinya sesuatu. Beralaskan karpet bulu yang lembut, Kyle mengetuk meja dengan pelan.

Satu hal yang bisa ia lakukan, menunggu. Seperti yang selalu ia lakukan. Kyle menoleh ke samping, menatap kolam biru di balik jendela kaca yang membatasinya.

Kyle beringsut maju. Meraba jendela kaca, menatap air biru yang berkelip memantulkan cahaya matahari.

Satu hal yang ia inginkan sejak melihat kolam itu adalah, ingin merasakan sendiri air itu di tangannya.

Tiba tiba seseorang menyentuh pundaknya. "Kak Ray sudah pulang." Kyle menoleh. Matanya berbinar antusias. Sedangkan wanita berpakaian maid itu tersenyum hangat. "Iya." sambungnya meyakinkan.

Baru saja ia mengatakan hal itu, mata Kyle menangkap bayangan Ray di balik punggung Maid itu.

"Aku pulang."

***

Hari berikutnya, Ray pulang lebih awal. Kyle dengan gembira menarik tangannya, mengajak yang lebih tua duduk di sebelahnya.

Dengan begitu antusias, Kyle menunjukan bukunya yang bercoretkan pena merah dengan angka sempurna. Membuat Ray mau tak mau tersenyum. "Kai sudah jadi anak baik." katanya.

Kyle tersenyum lebar. "Coba bilang Kai ingin apa ?" tanyanya membelai rambut halus di kepala Kyle.

Kyle mengedip lucu, tanpa sadar tangannya menunjuk keluar. Sedangkan Ray merubah rautnya. "Tidak boleh !" serunya marah.

Kyle terperanjat. Kaget saat Ray menatapnya tak suka. Kyle benci kalau melihat kerutan di wajah kakaknya itu. Kyle benci melihat alis Ray yang menukik itu. Ray marah padanya.

***

Kyle. Laki laki berusia 15 tahun. Bukan terkena gangguan mental, hanya saja ia punya trauma yang dalam.

"Ibu tidak bisa pulang hari ini. Bisakah Ray membantu Ibu ?"

Ray mengangguk. "Kapan ibu kembali ?" tanyanya meneguk air dalam gelasnya.

"Besok pagi. Ibu akan menghubungimu saat makan malam."

Ray mengangguk paham. Sementara wanita paruh baya yang ia panggil ibu itu menyandang tasnya, bersiap dengan pakaian kantoran yang elegant. Menghampiri putra bungsunya yang terlalu sibuk dengan sarapannya. "Kai jadi anak yang baik ya." katanya sementara Kyle menggangguk lugu yang dihadiahi kecupan hangat ibunya.

Lalu wanita itu pergi. "Baiklah. Sekarang Kakak juga akan pergi. Kalau Kai jadi anak baik kita akan jalan jalan keluar." kata Ray menyandang tasnya.

Mata Kyle berbinar, menatap Ray seolah mengatakan "Benarkah ?" Ray mengangguk mantap. Memberi hadiah kecil bukanlah masalah. Pikirnya.

***

Kyle berlari menghampiri June. Menarik narik ujung seragam yang maid itu gunakan membuat wanita paruh baya itu menoleh.

"Ada apa ?" tanyanya lembut.

Kyle mengarahkan telunjuknya ke luar. Ke arah gazebo kecil di taman. Rautnya memohon sementara mulutnya tetap terkatup rapat. Menarik tangan June untuk mengikutinya.

Sampai pada pintu kaca, Kaais menunjuk sesuatu di luar, bukan gazebo. Tapi makhluk kecil berbulu yang berlarian di sana.

"Rosie ?" Kyle mengangguk. Sementara June tersenyum. "Baiklah. Tunggu di sini, ya."

We Are BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang