3

4K 298 49
                                    


Satu bulan yang entah kenapa terasa panjang ini akhirnya bisa Hana lalui. Ia masih menjadi seorang Ibu dengan waktu penuh tanpa repot harus menjadi penunjang finansial bagi dirinya dan anak-anaknya. Dave meninggalkan sejumlah uang untuk Hana, Kyra dan Jamie. Semua biaya sekolah bahkan uang untuk membeli sesuatu yang mereka bertiga inginkanpun nyatanya telah Dave siapkan.

Dave mengorbankan segalanya untuk orang-orang terdekatnya namun Hana sendiri tidak tahu bagaimana cara Dave menghidupi dirinya sendiri. Hal ini membuat Hana tambah merasa bersalah kepada Dave.

Kyra dan Jamie terkadang bertanya kepada Hana tentang keberadaan Dave. Disaat-saat seperti itu, rasanya jantung Hana sedang diperas. Sesak dan menyakitkan. Kebohongan demi kebohongan Hana lontarkan. Dalam hatinya juga ia menangis. Sampai kapan ia akan dibiarkan sendiri dalam mengurus anak-anak mereka.

Dan kekhawatiran yang paling besar adalah, apakah hati Dave nantinya masih sama? Apakah ia tidak akan pernah berpaling kepada perempuan lain dan melupakan Hana yang sedang menunggunya?

"Ibu! Ngelamun terus." Interupsi Jamie. "Di bawah ada Tante Nesa."

Hana tersadar dari lamunannya. "Oh? Udah datang? Oke sayang, makasih. Lanjutin belajarnya sama Oma, ya?"

Nesa. Hana tersenyum. Tidak pernah sedikitpun Hana bayangkan akan jadi seperti ini kondisinya. Semenjak ia mendengar perusahaan keluarga Dave pailit ditambah semua asset disita, Nesa benar-benar seperti orang yang sedang kebakaran jenggot. Nesa mendatangi Hana, menyampaikan rasa simpatinya dan bahkan menyediakan bahunya untuk Hana. hal yang pertama Nesa tanyakan kepada Hana adalah, kamu baik-baik aja? aku udah tau semuanya. Kamu tenang aja, aku ada disini buat kamu.

Nesa benar-benar perempuan yang baik. Dia rela menyediakan waktunya setiap akhir minggu untuk mengunjungi Hana dan menguatkan Hana dalam menghadapi kondisi seperti ini.

"Nesa?"

"Hi, Hana." Nesa bangun dari duduknya lalu memeluk Hana. "Gimana kabar kamu?"

"Masih baik."

Apa yang Hana beritahu kepada Nesa adalah, ia sudah memutuskan meninggalkan Dave karena Dave sudah jatuh miskin. Persis seperti apa yang Dave pesan waktu itu. Dan rumor yang Nesa tangkap adalah, Dave melakukan penipuan terhadap partner-partner dan klien-kliennya sehingga perusahaan itu bisa pailit seperti saat ini.

Karena rasa empati Nesa itulah makanya Nesa ada di sisi Hana seperti sekarang. Awalnya Nesa memang mengutarakan kekecewaannya karena Hana memutuskan untuk pergi. Tapi setelah Nesa mendengar cerita karangan Hana mengenai kebobrokan Dave selama memimpin perusahaan, Nesa akhirnya tetap memberkan bahunya juga untuk Hana. Meski sejujurnya berat bagi Hana membiarkan Dave dicap sejelek itu oleh orang lain. Tapi apa boleh buat? Memang harus ada yang dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

Pernah suatu hari Hana bertanya, mengapa Nesa bisa sepeduli ini alih-alih bersyukur atas musibah yang Hana terima karena dulu sekali, Hana pernah merenggut kebahagiaan Nesa. Dan Nesa menjawab jika ia mengerti keadaan Hana. Semua itu bukan salah Hana. Bukan keinginan Hana. Itu sudah menjadi takdir. Sekarang yang Nesa inginkan adalah rasa persaudaraan diantara ia dan Hana. Nesa bahkan tak menemukan satu alasanpun untuknya bisa membenci Hana atas apa yang telah terjadi bertahun-tahun lalu.

"Aku punya seseorang yang mau aku kenalin sama kamu."

"Oh ya? Siapa?"

"Namanya Gilang."

"Aku—"

"Gilang itu temenku dan temen Dave juga. Ini permintaan dia, Han. Dia terpukul banget denger keadaan Dave sekarang. Pas aku kasih tau kalo Dave punya kamu dan anak-anak, Gilang langsung minta aku untuk ketemu sama kalian. Mau, ya? Please." Nesa langsung memotong kata-kata Hana. "Dia jauh-jauh terbang dari Belanda buat mastiin ini. So, please."

Nobody's Like You season 2Where stories live. Discover now