Seminggu setelah aku sekolah di XSHS, aku sudah berteman dengan banyak orang. sungguh orang-orang disini sangat menyenangkan. Aku merasa bahagia bisa bersekolah disini. Namun, aku tahu ada sesuatu yang jahat disini, something evil here. Aku terus memperhatikan Woozi, tenang aku masih normal.
Ini karena kejadian tiga hari yang lalu setelah kami libur dua hari setelah XLT.
Flashback on
"Woozi!" Aku terbangun dari mimpi buruk ku.
Entah kenapa semalam aku bermimpi aneh, bagaimana bisa Woozi lompat dari jendela kelas? Bukan, dia didorong oleh seseorang.
Itu mengerikan untuk mengingat mimpi itu, aku memutuskan untuk menghubungi Woozi, ya untungnya sekarang sudah jam enam pagi walaupun masih gelap.
"Woozi-ah!" Seruku segera setelah Woozi mengangkat telepon ku.
"Kenapa Yeol?" Tanyanya dengan nada serak baru bangun tidur.
"A-aku, tidak. Apakah kau baik-baik saja? Apakah ada yang membuatmu kesal? Atau ada yang suka mengganggumu?" Tanyaku dengan pertanyaan bertubi-tubi, mungkin sekarang dia sedang menutup kupingnya karena mendengar suara bass ku mengoceh di pagi buta seperti ini.
"Hei! Tanyalah pelan-pelan! Jangan ngerapp melulu" aku hanya terkekeh kecil mendengar Woozi marah seperti biasanya.
"Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu?" Tanyanya.
"Aku hanya ingin tahu, aku takut seseorang mencelakai mu" jawabku.
"Tenang Yeol, kau tidak tahu aku huh? Walaupun ya bisa dibilang badanku seukuran anak TK, namun tetap aku bisa bela diri bahkan lebih baik darimu" aku bernafas lega mendengar itu.
Memang walaupun badanya mungil, banyak teman-teman yang sudah jadi korban kuncian maut Woozi. Khususnya Hoshi, aku iba pada bocah sipit itu.
"Baiklah kalau gitu aku matikan dulu ne" ujarnya.
Aku mengacak rambutku, apakah aku hanya terlalu cemas? Ah sudahlah, dan sepertinya semua orang di rumah sudah pergi.
Aku menuruni anak tangga setelah membersihkan diri dan berganti pakaian olahraga. Ya rencananya setelah sarapan aku ingin olahraga sekedar keliling rumah.
Ting..Nong
"Siapa?" Tanyaku.
"Namjoon jenius penerus Einstein" Dasar Namjoon, dia memang jenius tapi penerus Einstein, terserah dia lah.
"Masuklah Namjoon penerus Einstein yang diragukan" jawabku dengan nada menyindir.
"Hei! Bukakan dulu pintunyabagaimana aku bisa masuk kalau dikunci?" Tanyanya. Aku terkekeh geli, pintu itu tidak dilunci dari tadi.
"Sejak tadi pagi pintunya tidak kukunci Namjoon" aku yakin wajahnya berubah merah seperti tomat karena malu.
"Yeol kau membuatkmu malu setengah mati disana, aku sudah teriak-teriak di depan rumahmu padahal tidak dikunci" ujar Namjoon.
Sementara aku hanya tertawa penuh kemenangan. Aku dan Namjoon memang berencana olahraga bersama ke rumah Suga.
"Sudah sarapan?" Tanyaku.
"Sudah, ayo cepat habiskan makanan mu, Gece (gerak cepat)" jawab Namjoon.
"Iya Namjoon jenius penerus Einstein" ledeku yang dibalas jitakan Namjoon.
Namjoon duduk di kursi yang biasanya ibu duduki, ya di depanku.
"Apakah kau mendapatkan mimpi yang aneh?" Tanyanya.
Aku tersedak, aku segera meminum air untuk melancarkan makanan yang menyangkut di kerongkongan ku.
"Mimpi apa?" Tanyaku.
"Kau tahu, mimpi tentang Woozi mungkin?" Jawabnya.
"Sebenarnya iya, aku bermimpi dia jatuh dari jendela kelas dia didorong oleh orang aku tidak tahu siapa" jelasku. "Memang kau juga bermimpi?" Tanyaku.
"Iya, aku juga memimpikan hal yang sama dan Woozi juga" suasana hening sebentar.
"Sudahlah ayo kita olahraga mungkin hanya mimpi" ujarnya aku hanya mengangguk.
Kami pun berlari di sekitar sana walaupun aku masih memikirkan mimpi tentang Woozi.
-
-
-
-
Apakah akan ada kejadian yang tidak diinginkan?
-
-
Vote n comment ya, maaf kan daku karena chap ini dikit banget T.T dan telat sehari
Karena kondisi kesehatan ku yang lagi sakit panas, kepala pusing jadi cuman bisa up sedikit. Mianhe.
Jangan lupa vote n comment ya, diusahakan chap selanjutnya lebih panjang.
Annyeong^^
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Best Friends, Aren't We? [EXO & BTS & SVT]
Fiksi PenggemarAku hanya anak sekolahan biasa yang pindah ke sekolah elite. Tentang perjalanan persahabatan ku dan bagaimana cara kami mengatasi masalah demi masalah yang datang silih berganti, Mampukah aku mempertahankan persahabatanku? ...