MASA#8 : Menggalau bersama.

712 60 47
                                    

Dan akupun terhadir, Seakan paling mahir
Menenangkan dirimu yang merasa terpinggirkan dunia
'Tak pernah adil, Kita semua gagal
Angkat minumanmu
Bersedih bersama-sama

- Secukupnya, oleh Hindia  -




Deketin banyak cewek - beri ujian - seleksi -resepsi (amin).

Begitulah kiranya tujuan nazam mendekati banyak perempuan namun tidak berakhir pacaran, karena ia pikir pacaran itu membuang-buang waktu, tenaga, juga yang terpenting duit. Lelaki bersurai hitam itu hanya akan memilih satu perempuan diantara banyaknya gadis yang ia beri harapan, dan perempuan beruntung itu akan ia pertahankan sampai resepsi--katanya.

Masih dalam hangatnya selimut, nazam yang tak pernah galau itu kini merasakannya amat dalam. Bukan soal perempuan yang iya dekati, namun ini soal enam perempuan yang selalu ia kagumi. Gfriend, girl band korea yang ia sukai sejak ia SMP itu memutuskan kontrak. Nazam merasakan sesak di dada, lantaran tak terima bila girl band favorit setelah cherybell nya itu harus berakhir bubar juga.

"Gue belom pernah ikut fanmeet nya mereka, je. Kenapa mereka harus bubar duluan." Nazam kembali berguling di atas kasur. Jerald yang memang sekamar dengannya benar-benar merasa muak, fanboy memang lebay - pikir jerald begitu.

"Yerin noona!! HUEEE-hmph!!"

Pekikan galau nazam terhenti ketika jerald membekap wajah lelaki itu dengan bantal.

"Mati lo, mati." Itu jokes ya kawan, mana mau jerald kehilangan nazam yang sudah seperti kembarannya. Mendapati nazam tidak berkutik jerald melepaskan bantalnya, ditatapnya nazam yang memejamkan mata.

"Na.. lawak lo ya?" Lelaki itu menepuk pipi nazam berkali-kali. "Apasi anjir, kalo mati jangan hantuin gue lo-"

Ucapannya terpotong, nazam membuka 'kan matanya lantas balas membekap wajah lelaki itu. "Mampus lo! Mampus!" Ini juga jokes ya kawan.

Sedangkan di ambang pintu, haekal menatap mereka yang layaknya pasturi. "Ren, lo kenal mereka?" Tanya nya.

Lelaki yang berlalu itu mengedikkan bahu tanpa menatap objek apa yang ditanyakan haekal, ga asik lo cungkring! -- haekal menggunjing renaldy dalam hati.

Ya kalo menggunjing nya langsung dari mulut, bisa-bisa lehernya patah. Enggak dulu deh.

"Na," haekal memanggil nazam, yang di panggil kini menatapnya dengan alis terangkat. "Gue mau jemur, baju lu udah kering kayanya tuh." Lanjut haekal.

"Angkatin dong, yang."

"Gue pukul ye?"

Nazam menyengir, haekal berlalu dengan wajah masamnya. Entah apa yang ada di pikiran lelaki itu sekarang, namun sepertinya ada sesuatu yang mengusik hatinya. Nazam menyadari itu, lantas ia mengikuti haekal menuju belakang kost-san. Dimana ada tempat jemuran yang hanya bermodalkan tali tambang plastik yang di ikat dari pohon ke pohon.

"Lo kenapa dah, kal?"

Tidak ada respon dari haekal, lelaki itu masih terdiam di balik baju yang ia jemur hingga menutupi wajahnya dari pandangan nazam. Lelaki yang kerap di sapa nana itu hanya menghela nafas, haekal dan kebiasaanya tidak pernah lepas. Lelaki itu selalu memendam masalah, seakan ia tidak punya orang disisinya yang tidak mau mendengar curahannya. Padahal nazam sendiri akan merasa senang bila di jadikan sandaran sementara untuk haekal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MASA ; DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang