"Wendy, apa kau benar-benar yakin akan hal ini?"
Gadis itu terdiam sejenak, kemudian mengangguk dan menjawab, "Ya,"
Jimmy balas mengangguk lalu menghadap ke arah para pekerja laboratorium yang ada di dalam ruangan. Mata Wendy menangkap sekilas pemandangan Cam yang berdiri di dekat salah satu meja besi, berkutat dengan peralatan yang tidak Wendy kenali, lalu ada pula seorang pria berkepala botak yang sedang memunggunginya di kejauhan—Sheldon, ia sadari—yang juga sedang bekerja dengan apa pun itu tugasnya di dalam ruangan. Semua orang telah mengenakan seragam lengkap—jas lab, beberapa mengenakan baju tipis berwarna biru yang dilengkapi masker.
Ini dia, pikir Wendy.
Kedua kalinya ia menjadi semacam bahan percobaan. Melalui tes yang lain. Namun kali ini dengan persentase keberhasilan yang lebih besar. Setidaknya begitulah menurut perkataan Cam.
Dengan itu, Wendy pun dimasukkan ke dalam tabung yang sudah pernah dijumpai olehnya beberapa waktu yang lalu. Jauh di lubuk hatinya, ia berharap agar apa yang terjadi selanjutnya tidak akan berakhir seperti kala itu.
******
Jimmy mengetuk-ngetuk permukaan logam meja dengan tidak sabar. Ia berusaha mendengarkan semua penjelasan Cam. Yang sebenarnya membuat Jimmy agak kesal sekaligus ketakutan adalah, semua fakta yang dibeberkan oleh Cam sangatlah menarik dan sungguh masuk akal. Pemuda itu menyampaikan informasi mengenai percobaan-percobaan yang telah dilakukannya untuk membenahi MX7Z bersama dengan Sheldon dan timnya di Falcon. Ia juga menyerahkan dokumentasi-dokumentasi dari hasil penelitian terbarunya.
Bagaimana jika hal itu memang mungkin?
Bagaimana jika MX7Z memang akan menjadi salah satu hal yang sangat berharga serta berguna dalam sejarah kehidupan umat manusia?
Namun, Jimmy pikir kembali, bagaimana jika yang terjadi adalah sebaliknya? Di bayangannya, terbentuklah gambaran-gambaran berupa Cam yang terlalu terlarut-larut dalam keinginannya untuk menciptakan MX7Z yang berhasil. Ia agak merinding melihat sesosok anak muda yang dirinya berubah total karena ingin mencapai apa yang dianggap oleh orang lain sebagai sebuah kemustahilan. Namun siapa yang tahu?
Jimmy membayangkan dirinya sendiri, dulu ketika ia masih menganggap bahwa ia mendedikasikan hidup, pekerjaan, serta keahliannya untuk MX7Z. Ia teringat akan istrinya.
"Jimmy," suara Cam memecah lamunannya. "Aku tidak akan melukai siapa pun kali ini,"
Itu dia masalahnya. Sulit bagi Jimmy untuk memercayai omongan laki-laki itu setelah apa yang ia lakukan. Cam tentu adalah orang yang ambisius, dan Jimmy mengaguminya. Namun tidak apabila ia telah melampaui batas dan menjadi kelewat berlebihan.
"Aku harus memikirkan soal ini terlebih dahulu. Dan kenapa kau baru memberitahuku sekarang?"
Kedua alis Cam berkerut. Di ruangan itu hanya ada mereka berdua, meja, kursi-kursi, serta peralatan-peralatan lab. Namun entah mengapa Jimmy merasa seolah ada mata tak terlihat yang memandanginya dari segala arah, menunggu-nunggu keputusannya; keputusan yang entah akan membantu atau menghancurkan segala sesuatunya.
"Meskipun kami bisa mengetahui lokasi tepatmu, tidak mudah untuk datang pada waktu yang sangat tepat. Lagipula, aku tidak sepenuhnya merasa ini sesuatu yang buruk. Kau belum menghancurkan gedung ini saat aku datang sekarang, bukan?"
Ya, tentu saja. Jimmy tahu bahwa yang mempunyai tenaga-tenaga serta para pekerja hebat bukan hanya dirinya. Tetapi tetap saja, mengetahui bahwa Cam telah menyuruh orang-orangnya untuk mencari tahu tentang rencana besar Jimmy agak mengesalkan.
Cam menghela napasnya dan bersandar di punggung kursi. "Aku mengerti ini bukanlah sesuatu yang mudah. Ambillah waktumu. Namun aku harap tidak terlalu lama. Lebih cepat lebih baik. Kita mungkin dapat segera mengeluarkan para penduduk yang sedang mengungsi dengan hal ini. Jadi, ketika mereka keluar, setidaknya mereka masih mendapatkan sesuatu yang luar biasa,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Empty Street
Science Fiction'Saat melihat pemandangan di luar, lututnya tiba- tiba melemas dan ia pun terjatuh pelan di depan pintu' Wendy Train terbangun suatu pagi dengan menyadari beberapa hal yang ganjil. Orang tuanya sedang pergi ke negara lain dengan alasan pekerjaan, ja...