Tegas Hatiku

44 3 0
                                    

Waktu.. dimana aku selalu melihat sepasang mata tertata indah pada paras muka yang selalu terbayangkan. Dia ? ya dia.. seorang tampan yang duduk pada bangku paling belakang...

Kembali bertemu dengan teman kelas baru setelah menghabiskan masa liburan di semester empat.
(bel istirahat berbunyi)

"Kasya.. ke kantin yuk !" Melly menarik tangan ku.
"Ya duluan saja.. aku mau nerusin tugas yang barusan dulu" jawabku, mencoba tersenyum ramah.

Lalu Melly dan teman temanku pergi meninggalkan kelas. Saat itu yang tertinggal hanya aku, yang berteman pensil dan buku tulis matematika di bangku terdepan. Memang seorang penakut, aku tak terbiasa berdiam diri di ruangan itu tanpa ada teman. Aku pun membereskan dan memasukkan alat tulis ke dalam tas, lalu bergegas keluar untuk sekedar mencari angin. Terlihat beberapa gadis dan pemuda remaja duduk bersantai menikmati waktu istirahatnya. Mereka tertawa dan bercanda seakan yang terlihat hanyalah tanda bahagia. Aku berjalan menyelusuri lorong sekolah. Karena aku seorang murid pemalu yang tidak terbiasa dengan keramaian, maka ku putuskan untuk kembali. Suasana kelas sepi, hening, tak ada satupun suara yang tercipta. Untuk memperhatikan mereka yang sedang berlalu lalang, berlari menari, aku menghampiri sebuah jendela. Ya, ini satu-satu nya jendela kelas yang dapat dibuka. Sesaat pandangan ku tertuju fokus pada ranting pohon jambu yang bergelayun indah tertiup angin. Dengan tidak  di sengaja, aku mendorong jendela yang hampir rapuh tersebut sehingga kesulitan untuk menutupnya kembali. Tidak jauh dari keberadaanku, berdiri seorang lelaki gagah yang tak sedikitpun memperhatikan ulah ku. Sudah jelas aku kesulitan, namun si lugu berwajah datar itu tetap mengabaikanku.

"Hey kamu.. hmm lupa nama nya siapa.. pokok nya kamu, sini !"
lelaki itu hanya menatapku..

"Oh iya kamu.. Giran kan ? cepat bantu aku dorong jendela nya dari luar, jangan diem aja kaya gitu. Ga liat apa ini jendela hampir jatuh. duhhhh"

Sedikit pun kata tak terucap dari bibirnya, dia hanya segera membantu ku dengan mencoba menutup jendela itu. Tak terduga, dua pasang mata saling berpandang. Tangan halus itu ? menggenggam jemariku. Tanpa banyak waktu terbuang, aku melepaskan nya dan langsung berlari pergi tanpa mengucap kata "terimakasih".

======

Jendela Cinta ^_^ Dia.. seseorang yang asing untukku. Lelaki berparas manis dengan kelakuan lugu dan polos, memiliki hobi berdiam diri tanpa banyak berkata (mungkin senang bertapa -_-). Sepertinya dia juga memang memegang prinsip bahwa "Diam itu EMAS" :D maka tak jarang teman teman menjahilinya hanya sekedar ingin melihat dia berbicara atau pun tersenyum, karena memang itu adalah hal yang sangat sulit. Tapi lain halnya dengan hati kecilku, paras datar tanpa senyuman itu yang membuat ku terlalu mudah untuk mengingat nya, bahkan membawa bayangan itu ke alam mimpi, dan bahagianya.. disanalah aku bebas bercerita tentang.. JATUH CINTA.. 

Jendela Tanpa KacaWhere stories live. Discover now