Chapter 11 : Demi Cinta

2.7K 255 7
                                    

Julian ternyata sudah menunggu Zahra di depan aula kuliah Zahra. Ia tampak begitu senang saat melihat Zahra yang keluar dari ambang pintu ruang kuliah.

"Gue mau ngomong!" ujar Julian sambil memegang tangan Zahra yang hendak pergi.

"Aku males ngomong!" sahut Zahra dengan menghempaskan tangan Julian.

"Kenapa lo selalu menghindar?" tanya Julian.

"Siapa yang menghindar?" tanya Zahra balik.

"Apa salah gue hingga lo jauhi gue?"

Zahra terdiam. "Kakak nggak salah apa-apa. Ini semua salah gue sendiri yang nggak punya hak untuk mencintai kakak."

"Gue salah apa?" tanya Julian menunggu Zahra angkat bicara yang saat itu terdiam.

"Aku takut kalau dekat-dekat Kakak," jawab Zahra mencari alasan.

"Kenapa?"

"Aku takut dikeroyok sama mantan-mantan kakak lagi!" ujar Zahra mencoba membohongi dirinya sendiri.

"Gue akan pastikan lo akan aman!"

"Udahlah! Kakak jangan temui aku lagi! Titik!" seru Zahra dengan rasa bimbang. Lalu ia pun pergi dari hadapan Julian.

Julian tertegun mendapati sikap sinis Zahra. Hatinya seperti tergores ujung pisau yang menyakitkan ketika Zahra mengacuhkannya.

-----00-----

Di dalam kamar, Julian masih memikirkan Zahra yang terus menghindarinya. Sedih, marah, kecewa beraduk jadi satu dan membuatnya tergerus euforia ratapan yang dengan kejamnya tega mempermainkan hatinya yang sudah perih.

"Zahra! Gue sayang sama lo!! Kenapa lo bersikap sedingin itu? Apa salah gue sebenarnya?" gumam Julian sambil menatap langit-langit kamarnya.

Setelah berpikir lama, akhirnya ia memutuskan untuk pergi menemui Zahra di rumah kos. Langsung saja ia mengambil jaket hitamnya dan bergegas menuju garasi untuk mengambil mobil. Setelah itu, ia pun segera mengendarai mobil kerennya dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Setibanya di rumah kos, Julian langsung saja menggedor-gedor pintu kamar Zahra dengan sekuat tenaganya hingga membuat bebunyian yang keras yang mampu menggugah seluruh penghuni kos untuk mengintip di jendela masing-masing hanya ingin sekedar tahu siapakah orang iseng yang bermain pintu.

"Zahra! Keluarlah! Gue mohon!" seru Julian sambil terus menggedor-gedor pintu kamar kos Zahra.

Zahra, Vera, dan Mimin yang berada dalam kamar masih enggan membukakan pintu untuk Julian. Mereka agak panik dan bingung antara memilih membukakan pintu untuk Julian ataukah tidak.

"Zahra! Kalau lo masih mau bersahabat dengan gue, lo harus usir kak Julian sekarang!" tegur Vera dengan tatapan yang begitu tajam.

Zahra masih ragu untuk menuruti perintah Vera. Ia sangat bimbang. Di satu sisi, ia memiliki rasa cinta untuk Julian dan di sisi lain, ia tidak ingin persahabatannya dengan Vera hancur begitu saja hanya karena cinta.

"Gue harus mengusir kak Julian ! Karena kalau tidak, rasa ini akan terus berkembang. Padahal, gue jelas-jelas sudah tau kalau kak Julian nggak pantas buat gue. Dan gue nggak pantas buat kak Julian !" Zahra terus mencoba memantabkan hatinya.

Setelah mantab dengan keputusannya, Zahra pun perlahan membuka pintu kamarnya. Deg-degan sekaligus risau tak kunjung hilang dan terus menjerat hatinya hingga membuatnya kembali ragu.

"Ada apa, Kak?" tanya Zahra sekedar basa-basi.

"Gue sayang sama lo," ucap Julian to the point.

Wonderful Heart ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang