Chapter 12 : My Heart

2.8K 227 7
                                    

Hari raya telah tiba. Zahra benar-benar sangat menikmati kebahagiaannya bersama keluarga. Sejenak, ia melupakan derita hatinya karena tergores cinta. Duduk di ruang tamu dan bercanda bersama ayah, ibu, dan adiknya, Yasmin membuat Zahra terbebas dari beban berat yang dipikulnya dalam kehidupannya.

Sungguh ini adalah potret keluarga kecil yang harmonis. Zahra duduk di kursi panjang yang memuat semua kelurga kecilnya itu. Zahra duduk di antara Yasmin dan ayahnya. Sementara ibunya duduk di samping ayahnya.

Kehangatan membuat aroma mewangi muncul dengan sendirinya dan menjadikan suatu nuansa langka yang seolah-olah tak akan bisa ditemukan di keluarga mana pun.

"Kak Zahra! Kapan Kakak punya pacar?!" tanya Yasmin asal-asalan.

"Mikirin kuliah aja susah! Apalagi mikirin pacar!" jawab Zahra dengan riang dan gembira.

Ayah Zahra merengut. "Nggak boleh pacaran! Dosa!" tukas ayah Zahra ketus.

Yasmin memandangi ayahnya dengan tatapan kekanak-kanakannya. Sementara Zahra tersenyum melihat tingkah laku Yasmin yang masih belum juga dewasa mengingat umurnya yang sudah menginjak 17 tahun.

"Zahra, Aba sudah tua dan sakit-sakitan," ucap ayah Zahra yang mengubah suasana yang tadinya riang gembira menjadi suasana mulai serius.

"Maksud Aba?" tanya Zahra masih tak mengerti dengan apa yang dikatakan ayahnya.

"Maksud Aba, Aba ingin kamu menikah sebelum Aba meninggal," jawab ayah Zahra dengan suaranya yang serik karena sudah tua.

"Iya, Ummi juga ingin kamu segera menikah," tambah ibu Zahra yang semakin memojokkan Zahra.

"Tapi, Zahra baru berumur delapan belas tahun, Ba!" ujar Zahra mencoba menolak permintaan ayahnya.

"Umur segitu udah cukup untuk menikah!" tukas ibu Zahra.

Zahra terdiam. Ia masih memikirkan tentang perkataan ayah dan ibunya. Ia ingin menolak. Tapi situasi yang mencekam lagi-lagi membuatnya tidak bisa berbuat apa pun untuk membela diri.

"Iya, Kak! Aku juga pengen punya kakak ipar!" ujar Yasmin yang bertambah memojokkan posisi Zahra.

"Kau tau apa tentang pernikahan?!" kilah Zahra dengan gugup sambil mencubit pipi Yasmin.

"Zahra, Aba sudah punya calon suami yang cocok buat kamu," ujar ayah Zahra sambil memegang pundak Zahra.

"Siapa, Ba?!!" tanya Yasmin yang sangat antusias saat mendengar perkataan ayahnya yang tertuju pada Zahra.

"Si siapa?" Zahra bertambah gugup.

"Azwin," jawab ayah Zahra dengan muka serius. "Kalian pasti sudah kenal sama dia."

Mata Zahra dan Yasmin membulat seketika. Mereka sangat terkejut ketika mendengar bahwa orang yang ayah mereka maksud adalah Azwin. Tidak pernah terbesit sedikit pun dalam benak Yasmin bahwa Azwin akan dijodohkan dengan Zahra.

"Kenapa harus Azwin?" tanya Zahra dan Yasmin bersamaan.

"Dia sholeh, tampan, dan kaya," jawab ayah Zahra. "Kurang apalagi?"

"Kami masih muda! Lagipula, kami tidak saling menyukai!" sanggah Zahra mencoba membujuk ayahnya yang bersikeras untuk menjodohkannya dengan Azwin.

"Cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya!" tukas ayah Zahra ngotot. "Kayak Aba sama Ummi."

"Mungkin, gue masih suka sama Azwin. Tapi Azwin sama sekali nggak suka sama gue," gerutu Zahra dalam hatinya.

"Dulu, Aba sama Ummi menikah di usia yang sangat belia. Tanpa cinta, dan tanpa pekerjaan," sambung ayah Zahra.

Wonderful Heart ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang