Malam semakin larut dan yunmi belum juga dapat terlelap. Kedua bola mata gadis itu bergerak gelisah. Tubuhnya begitu kaku bahkan untuk bernafas saja rasanya terlalu sesak untuknya.
Bagaimana tidak, jika pada malam-malam biasanya ia hanya tidur sendiri dan menguasai tempat tidurnya seorang diri. Malam kali ini berbeda, ada orang lain yang berbaring di sebelahnya.
Yunmi bergerak tidak nyaman saat di rasanya jongdae menggeser tubuhnya semakin dekat dengannya dan gadis itu begitu terkejut saat jongdae melingkarkan satu lengannya di atas tubuh yunmi.
Gelagapan yunmi meringsut risih. Sungguh alarm di kepalanya berdering nyaring dan jantungnya. Oh! Yunmi rasa jantungnya akan meledak sabentar lagi.
'Haruskah ?'
'Apa secepat ini ?'
'Tidak-tidak, sungguh aku tidak siap' batin yunmi frustasi.
Tubuh yunmi terlonjak saat tiba-tiba di rasanya sebuah benda hangat menyapu pipi bagian belakangnya.
Yunmi menutup kedua bola matanya sembari menggelengkan kepalanya cepat saat jongdae mendekatkan wajahnya berniat akan mendaratkan sebuah kecupan di bibir tipis sang istri.
"Kyaaaaaa!" Teriak yunmi tepat ketika jongdae bangkit dari posisinya dan bergerak akan menyingkap kaos yang di kenakannya.
Yunmi menutup seluruh tubuhnya dengan selimutnya membuat jongdae yang pada akhirnya hanya dapat menyunggingkan senyum pasrahnya. Entahlah, alih-alih merasa kecewa. Jongdae justru merasa gemas dengan sikap yunmi yang kelewat polos di mata jongdae.
Jongdae menghela nafasnya lalu kembali berbaring dengan sisa senyum dan nafas beratnya. Bagaimanapun jongdae harus meredam segalanya. Ya, ia harus meredamnya dan untuk itu jongdae harus berusaha sekuat tenaganya.
"Maaf-" kata yunmi membuka suaranya.
"Ku rasa aku benar-benar belum siap untuk hal itu" lanjut gadis itu tanpa berani menatap jongdae yang berbaring di sampingnya.
Jongdae tidak menjawab. Pemuda itu hanya tersenyum lembut kepada yunmi. Jongdae memejamkan matanya sesaat menenangkan yunmi jika hal ini bukanlah suatu hal besar yang harus membuatnya merasa bersalah.
"Tidurlah, kau pasti lelah" suara jongdae kemudian.
~
Tiga minggu berlalu dan hingga kini jongdae belum juga mendapatkan apa yang harusnya ia dapatkan. Jongdae merasa frustasi, bagaimanapun jongdae adalah lelaki normal, dewasa dan terlebih ia telah menikah.
Malam ini kembali yunmi meminta maaf. Entahlah, gadis itu tau jika hal itu adalah suatu kewajiban baginya. Namun, ia benar-benar merasa belum siap.
Jongdae bangkit dari posisi berbaringnya, dengan wajah memerah pemuda itu beranjak menuju kamar mandi.
"Ouch! Aku harus apa ? Aku harus bagaimana ?" Kata jongdae setibanya ia di dalam kamar mandi. Jongdae benar-benar frustasi dan ia juga merasa tersiksa karenanya.
"Woahhh! Ini benar-benar menyiksaku. Apa dia sengaja ? Atau apa aku menyerangnya saja ?"
"Tidak. Tidak. Aku sudah berjanji untuk tidak memaksakannya. Aku tidak boleh mengecewakannya"
"Apa yang harusku kulakukan ?"
"Apa aku harus belajar cara agar ia- ahh internet. Aku akan belajar. Aku akan mencarinya" jongdae kemudian meraih ponsel di dalam saku celananya. Jari-jemarinya kemudian dengan cepat mengetik huruf demi huruf di atas layar persegi tersebut.
"-tunggu ? Apa ini boleh ? Apa aku tidak berdosa membuka situs ini ? Bagaimanapun aku meliat orang lain-. Tidak. Tidak ini tidak boleh" sadar jongdae lalu meletakkan ponselnya di atas wastafer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush On You
Fiksi PenggemarTanpa ada angin dan tanpa ada hujan ia bilang ia ingin melamarku ?