63 | Eksekusi (7)

78 10 4
                                    

"Tidak ada yang terjadi." Mataku menilik lebih detil benda kecil berwarna hitam tepat di hadapanku. Dengan pegangan tangan dan pijakan kuat memanjat rak yang lumayan tinggi, aku menahan tubuhku selama pemeriksaan. "Bagaimana caranya benda ini mengawasi gerak-gerikku? Sejak tadi diam saja." Aku berpikir keras. Sudah kusentuh dan kuketuk-ketuk permukaannya, tetapi benda ini tidak menunjukkan reaksi apapun. "Sudah kuduga. Judo berbohong lagi. Aku melihatnya berbohong besar ke orang-orang, tetapi mengapa aku percaya padanya kalau benda ini bisa mengawasiku? Beraninya dia menipuku seperti ini."

Ting tong!

Aku tersentak mendengar suara keras yang menggema seolah menjangkau setiap sudut ruangan. Perhatianku seketika beralih dari benda kecil berwarna hitam ini untuk memastikan lebih seksama suara apa itu. Mungkinkah itu pertanda bahaya?

Ting Tong!

Suara itu terdengar lagi. Aku menunggu dengan posisi masih memanjat rak sembari memasang sikap waspada. Jika benar itu adalah suara dari musuh atau hal berbahaya lainnya, aku sudah siap bertempur.

Setelah menunggu cukup lama, aku terheran-heran sendiri. Tidak ada yang datang. Bahkan, serangan pun tak terlihat sama sekali. Jadi, suara apa itu dan dari mana asalnya?

Sebentar lagi pengantar makanan datang. Kau tinggal di rumah dan makan. Aku tidak mau ada orang yang mati di rumahku.

Ucapan Judo sebelum pergi tiba-tiba melintas di kepalaku. Apakah suara itu berasal dari pengantar makanan? Tak ada salahnya kupastikan dahulu.

Setelah urusanku dengan benda kecil berwarna hitam ini selesai, aku turun dari rak dengan sekali lompatan, kemudian bergegas mencari sumber suara itu yang ternyata membawaku menuju pintu. Kudekati pintu dan berniat untuk membukanya.

"Tunggu. Sepertinya, Judo melakukan sesuatu pada benda ini sebelum membuka pintu." Perhatianku teralihkan oleh sebuah benda berwarna putih berbentuk persegi yang menempel di dinding, terpaut agak jauh dari pintu. Di permukaannya terdapat sebuah persegi lagi yang berwarna hitam dan berukuran sedikit lebih kecil. Terdapat pula bulatan-bulatan berwarna senada berjajar rapi di bawahnya. Meski sama-sama berwarna putih, aku bisa melihat bulatan-bulatan itu karena letak mereka lebih menonjol keluar dari permukaan. "Benda apa ini?" Aku masih belum bisa menerka. Karena aku tidak mengerti bagaimana benda ini bekerja, aku mencoba menekan salah satu bulatan itu.

"Ah!" Aku terkejut dan sontak mundur beberapa langkah untuk menghindar. Persegi berwarna hitam itu bersinar dan memunculkan sebuah gambar. Ada seorang laki-laki di sana dengan pemandangan taman di belakangnya. Namun, anehnya gambar itu bergerak. Aku teringat pada sebuah benda yang mirip benda ini. Benda ini sama seperti benda besar, tipis, dan hitam yang hampir kulempar kursi kemarin—yang kudengar Judo menyebutnya 'televisi'.

Ting Tong!

Suara itu terdengar lagi. Apa laki-laki itu benar pengantar makanan dan sedang menunggu di luar rumah? Kuberanikan diri melangkah mendekat ke pintu, kemudian membukanya dengan kewaspadaan ekstra. Ternyata benar. Ada seorang laki-laki berdiri di depan pintu, tepatnya di hadapanku sekarang. Ia menggunakan penutup kepala dan membawa sebuah kantong tembus pandang di tangannya. Di dalamnya, ada sebuah benda seperti pembungkus makanan berwarna putih yang kutemukan malam-malam karena lapar dan ketahuan oleh Ayu. Rasanya malu sekali mengingat kejadian malam itu. Tak berlangsung lama, rasa maluku menghilang dan berganti dengan rasa takjub. Bagaimana tidak? Perawakan laki-laki di hadapanku sama persis dengan yang kulihat melalui benda persegi di dinding. Pemandangan taman di belakang laki-laki pada benda persegi itu juga sama dengan halaman rumah Judo. Ajaib sekali benda persegi itu! Aku bisa melihat siapa yang datang sebelum membuka pintu. Dengan cara ini, aku juga bisa mengetahui musuh yang datang tanpa membuka pintu dahulu.

Get In Touch (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang