part six

119 2 0
                                    

Sambil menguap dengan mata yang masih terpejam, tangan cinta bergerak memijit - mijit tengkuknya yang terasa pegel. Sedikit demi sedikit matanya mulai terbuka. Mencoba untuk beradaptasi dengan suasana yang begitu terang di sekitarnya.

"Loe udah bangun?" Pertanyaan bernada lembut serta sebuah senyuman yang menghiasi bibir ikut menyambut Cinta untuk kembali ke alam sadarnya.

Satu detik....

Dua Detik....

Tiga detik....

Mata bening Cinta melotot sempurna saat mendapati senyum di wajah Rangga berada di hadapannya dengan jarak kurang dari satu jengkal. Dan selang beberapa detik kemudian senyuman itu segera Raib dan tergantikan keluhan mengaduh karena kini tubuhnya telah sukses mendarat dengan sempurna di tanah akibat dari dorongan sekuat tenaga dari Cinta. 

"RANGGA!!!. Apa yang udah loe lakuin. Kenapa loe meluk - meluk gue?" Tanya Cinta sambil berdiri tegak. Telunjuk nya terarah lurus kewajah Rangga yang masih meringis kesakitan.

"Meluk elo?" Ulang Rangga ikutan bangkit berdiri. 

"Masih ngigo ya?. Memangnya tadi yang nangis sampe ketiduran siapa?" Sambung Rangga sinis.

Untuk sejenak Cinta terdiam. Raut marah diwajahnya berlahan mulai memudar. Ia mencoba untuk mengingat - ingat apa yang telah terjadi. Perasaan tadi pagi dia mau kekampus, terus di cegat Rangga, Dibawa ke pinggir danau, Dan..... dan.... Kemudian dia.....

"Astaga" Cinta menutup mulutnya dengan tangan saat mengingat kejadian memalukan yang telah ia lakukan. Menanggis di depan Rangga?. Makhluk songong di antara yang tersongong?. Itu benar - benar hal yang tidak pernah ia bayang kan. Bahkan dalam mimpi sekali pun.

"Gimana? Udah inget loe sekarang?" tanya Rangga masih terdengar sinis saat mendapati tampang Cinta.

"Tapi kok gue bisa sampe ketiduran?" Tanya Cinta Masih tidak yakin dengan apa yang terjadi.

"Loe aja heran apa lagi gue" Balas Rangga Balik. "Lagian nie ya, Mana ada orang yang katanya lagi sedih, terus sampe nangis sepuasnya tapi justru malah bisa tidur sepulas itu. Bayangin aja empat jam gue harus duduk diam cuma buat jadi sandaran loe tidur doank. Sampe - sampe mati rasa bahu gue".

"Empat Jam?" Ulang Cinta dengan kening berkerut. "Masa sih?" sambungnya masih terlihat ragu. Di liriknya jam yang melingkar di tangannya . Pukul dua belas lewat. Ia segera mengedarkan pandangan ke sekeliling. Matahari memang sepertinya berada tepat di atas kepala. Hanya saja karena kebetulan mereka duduknya di bawah pohon yang rindang jadi tidak merasakan panasnya.

"Oh pantesan" Gumam Cinta lirih sambil mengangguk - angguk.

"Nah sekarang loe udah nyadar kan kalau...."

"Perut gue terasa laper" Sambung Cinta menyelesaikan ucapannya namun justru mem'pause' omelan dari mulut Rangga. Untuk sejenak Rangga bengong.

"Kenapa loe liatin gue kayak gitu?" tanya Cinta Saat mendapati tatapan Rangga yang terarah padanya.

"Setelah loe nangis dengan santainya, tidur bersandar di pundak gue berjam - jam. Giliran bangung langsung maen dorong sembarangan terus nuduh gue yang bukan - bukan. Gak ada kata terima kasih malah justru kesimpulan terakhir hanya kata ‘Laper’….?"Cerocos Rangga terdengar memprotes.

"Ya gimana lagi, Perut gue beneran terasa leper sekarang. Soalnya tadi malam kan karena udah terlanjur kebanyakan nangis, gue jadi nggak napsu makan,, terus pagi tadi juga nggak sarapan. Lagian elo, baru gitu aja udah ngeluh. Padahal kan itu memang tugas elo".

"Tugas?" ulang Rangga binggung.

"Iya. Katanya loe kan pacar gue. Jadi udah jadi tugas dan kewajiban elo donk buat menghibur pacarnya yang lagi sedih.

Ketika cinta harus memilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang