part seventeen

118 1 0
                                    

Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Rangga segera melongos masuk ke dalam rumah yang memang tidak di kunci. Setengah tak percaya pada penglihatannya saat mendapati sosok yang kini duduk santai di ruang tamu sambil membolak - balik halaman majalah remaja ditangan.

"Fadhly?" bibir Rangga menyerukan sebuah nama untuk meyakinkan diri.

"Eh Rangga, akhirnya loe pulang juga."

Dengan cepat Rangga melangkah menghampiri tamunya yang tak lain adalah Fadhly. sahabat karibnya waktu masih SMA dulu. Sudah hampir tiga tahun mereka tidak bertemu. Yang jelas setelah hari kelulusan sekolah.

"Fadhly, ini beneran elo kan?" tanya Rangga yang masih merasa tidak yakin. Karena kabar terakhir yang ia dengar, sahabatnya itu dulu melanjutkan kuliah keluar negeri. Maklumlah, namanya juga anak direktur perusahaan paling ternama.

"Ya iya lah. Memangnya siapa lagi. Perasaan dulu enyak gue nggak pernah ngelahirin gue dalam keadaan kembar."

"Ah, elo bisa aja. Gimana kabarnya sekarang. Kalau dilihat dari penampilan nya udah jadi BOS besar ni kayaknya?" tanya Rangga sambil duduk disamping Fadly yang tampak sedang meletakan kembali majalah remaja yang sedari tadi di bacanya.

"Apaan si loe. Gue cuma lagi belajar aja. Itung - itung bantuin bokap" Fadly tampak merendah.

"Belajar jadi bos maksutnya?" kejar Rangga. 

Kali ini Fadly hanya menangapi dengan tawa. Sama sekali tidak membantah. Karena memang begitulah kenyataannya. 

"Oke deh, karena kita juga udah lama banget nggak ketemu, sekarang ayo, kita saling bertukar cerita. Roman - romannya loe keliatan lagi happy nie" Fadly mengalihkan Topik pembicaraan.

Rangga hanya angkat bahu. Namun tak urung menyetujui usul sahabatnya itu. Dan tanpa sadar, meluncurlah cerita demi cerita dari mulutnya.

*** Ketika cinta harus memilih ***

"Tumben banget loe hari ini jemput gue pake mobil. Mobil baru ya?" komentar Cinta saat mendapati Rangga yang menjemputnya pagi itu tanpa motor yang biasa ditungganginya.

"Tadinya si gue pengen pamer ini punya gue. Sayangnya bukan. Ini punya temen yang gue pinjem" kata Rangga sambil dengan cekataan tangan nya membukakan pintu untuk Cinta sebelum kemudian ia menyusul duduk dibelakang kemudi.

"Oh ya Cinta, hari ini loe masuk berapa mata kuliah" tanya Rangga mulai melajukan mobil hitamnya.

"Hari ini ya?. E, cuma satu" balas Cinta setelah berfikir beberapa saat. "kenapa?"

"Wah kebetulan banget kalau gitu. Gue juga cuma satu. Kalau gitu, entar habis kuliah kita jalan yuk."

"Tumben banget loe ngajak gue jalan. Pasti ada apa-apanya ya" selidik Cinta dengan mata menyipit.

"Ye, jangan seuzon gitu donk. Emang apa yang aneh kalau orang pacaran terus jalan bareng?"

"Iya. Tapi kita kan pacarannya cuma bo'ongan."

Tepat setelah Cinta menyelesaikan ucapanya dengan nada santai barusan mobil mereka terhenti karena Rangga menginjak Rem nya secara mendadak.

"Astaga Rangga, loe kenapa si" geram Cinta sambil mengusap - usap dadanya karena kaget.

"Emangnya gue pernah bilang kalau elo, cuma pacar bo'ongan?"

"He?" Cinta menoleh. 

Menatap Rangga yang kini juga sedang menatapnya lurus. Merasa sedikit salah tingkah sekaligus tidak nyaman Cinta segera mengalihkan tatapannya. Dan lagi - lagi jantungnya berdebar dengan cepat. Namun bedanya ini bukan karena kaget. Cuma karena.... Karena.... Entahlah. Cinta juga tidak tau.

Ketika cinta harus memilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang