dari kampus Rangga tidak langsung menuju kerumahnya. Ia justru malah membelokan arah motornya kerumah Fadly.
“Gue lagi galau nie sob. Hibur gue donk” Ujar Rangga yang kontan membuat Fadly langsung tergelak.
“Nggak lucu tau ngga si. Gila loe, temen lagi menderita bukannya di bantuin eh malah di ketawain” geram Rangga yang diam – diam merasa menyesal menemui sahabatnya yang tadinya di pikir bisa sedikit membantu memberikan solusi.
“Lagian loe ada – ada aja. Pake istilah Galau Segala” cibir Fadly sinis. “Kenapa?. Aku nggak punya pulsa?” Sambung Fadly meledek sambil mengikuti gaya iklan kartu As di Tv.
“Gue serius ni."
“Iya deh. Kalau gitu ayo kita pergi,” ajak Fadly sambil melangkah kearah motor Rangga yang di parkir di depan rumahnya sebelum beberapa saat yang lalu merebut kunci yang ada di tangan Rangga sebagai isarat kalau ia yang akan membonceng.
“Ha?. Emangnya kita mau kemana?” tanya Rangga heran walau tak urung ikut mengenakan helm dan duduk di belakang Fadly.
“Tadi katanya lagi galau. Ya sudah sekarang loe naik aja. Soal kita mau kemana itu terserah gue” Balas Fadly . Rangga hanya manut di belakang.
Ketika cinta harus memilih
“Danau?" kening Rangga tanpak berkerut saat mendapati dimana kini Fadly menghentikan motornya.
“Kenapa loe malah bawa gue ke danau?” tanya Rangga lagi.
Fadly masih tidak menjawab. Dengan santai ia melepaskan kedua sepatunya dan duduk di pingiran danau. Kakinya sengaja ia mainkan didalam air agar dapat merasakan sejuk dan segarnya air itu. Melihat ulah Fadly yang sepertinya menyenangkan tanpa pikir panjang Rangga langsung mengikuti.
“Jadi gini rasanya.Sekarang gue baru tau” gumam Rangga lirih.
Fadly yang sedari tadi masih terdiam menoleh. Tidak mengerti maksut ucapan Rangga barusan.
“Gue baru nyadar kalau danau itu ternyata sama sekali bukan tempat yang tepat untuk menghibur. Pantas saja waktu gue ajak cinta kesini dia justru malah nangis” sambung Rangga dengan tatapan menerawan.
“cinta?. Maksut loe loe pernah ngajak dia kesini?” tanya Fadly.
Seolah baru sadar dengan apa yang diucapkannya barusan Rangga hanya mampu mengangguk kikuk . Sedikit salah tingkah.
“Bahkan tanpa sadar orang yang loe ingat justru cinta” gumam Fadly lirih sambil tersenyum penuh makna.
“Apa?” tanya Rangga mengernyit heran. Telinganya tidak dapat menangkap gumaman lirih Fadly barusan.
“Nggak ada” Fadly mengeleng.
“Terus kenapa loe ngajak gue kesini. Yah seperti yang gue bilang tadi. Tempat ini tu sama sekali bukan tempat yang pas untuk menghibur seseorang” Rangga kembali menanyakan pertanyaan yang sama.
“Siapa bilang gue ngajak loe kesini buat menghibur. La wong loe jelas – jelas nggak kenapa – napa. Lagian nie ya, kalaupun memang ada yang harus di hibur itu cinta, bukannya elo. Gue yakin dia pasti sangat menderita sekarang."
Refleks Rangga menoleh. Menatap heran kearah Fadly. Apa maksut ucapannya?.
“Dia baik – baik aja. Sama sekali tidak menderita” balas Rangga setelah terdiam untuk beberapa saat.
“Loe yakin dia baik – baik saja?” tanya Fadly sambil menoleh.
Kali ini Rangga menunduk. Sama sekali tidak berani menatap wajah Fadly. Bukan, bukan karena ia takut pada sosok yang ada disampingnya. Ia hanya merasa takut kalau seandainya apa yang dikatakan oleh sahabatnya barusan itu benar. Bahwa sesungguhnya cinta saat ini tidak sedang baik – baik saja. Bahwa gadis itu mungkin menderita. Tapi dengan cepat pikiran itu ditepisnya jauh – jauh. Tidak mungkin cinta menderita. Kalau memang ia menderita kenapa justru dia yang malah memutuskannya?. Tapi ketika ia mengingat tatapan kosong cinta beberapa saat yang lalu, lagi – lagi ia merasa ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika cinta harus memilih
Novela JuvenilCinta berlalu di hadapan kita terbalut dalam kerendahan hati Tetapi kita lari darinya dalam ketakutan Atau bersembunyi dalam kegelapan Atau yg lain mengejarnya Untuk berbuat jahat atas namanya ~khalil gibran~.