Sambil menikmati jus nya sesekali kasih mencuri pandang kearah cinta yang kini ada di hadapnya tampak menikmati makanannya. Saat itu sehabis pulang mereka memang tidak langsung pulang. Kasih sengaja mengajak cinta untuk makan bareng di salah satu kaffe langganan mereka.
“Cinta, apa rencana loe sekarang?” tanya kasih.
“He?” cinta mengangkat wajahnya. Menatap heran.
“Loe kan udah ketemu sama kakak loe. Terus rencana loe selanjutnya apa?”.
“O..” cinta mengangguk paham. “Kakak ngajak gue buat tinggal bareng sama dia. Yah seperti yang udah gue ceritain sama loe. Loe taukan gimana kondisi keluarga gue”.
“Terus...”.
“Ya gue setuju aja. Lagian sekarang kakak kan udah kerja. Dan dia sudah menyanggupi buat gurus semua keperluan loe. Dan besok dia akan keparis.
Kasih menoleh kaget.
“Paris?”.
“Iya . Urusan kerjaan” balas cinta sambil tersenyum.
Sementara kasih justru terpaku. Cinta setuju untuk tinggal bersama kakaknya. Dan kakaknya akan kerparis. Jadi maksutnya.....?.
“Maksut loe?. Jadi....” tanya kasih bingung.
Cinta hanya angkat bahu dengan senyum yaang masih mengambang di bibirnya.
*** Ketika cinta harus memilih ***
Dengan perasaan kesel Rangga memarkirkan motornya. Bukan langsung kekelas justru ia malah duduk terdiam sambil sekali – kali melirik kearah pintu gerbang. Tadi pagi ia sengaja menjemput cinta kerumahnya, tapi lagi – lagi gadis itu tidak pulang. Dan ia sudah memastikan kalau cinta tidak bersama Kasih. Mungkin ia bersama kakaknya, namun sialnya ia sama sekali tidak memiliki alamat nya.
Setelah beberapa saat menunggu matanya mengkap sosok kasih yang melangkah sedirian. Tanpa pikir panjang segera dihampirinya gadis itu.
“Kasih”.
Merasa namanya dipanggil kasih menoleh. Heran saat mendapati Rangga yang melangkah kearahnya.
“Ada apa?”.
“Gue boleh nanya sesuatu sama loe?”.
“Silahkan, tapi gue gak yang yakin gue mau jawab” Balas Kasih dengan santai.
“Loe tau di mana cinta”.
“Untuk apa loe nanyain dia. Gue denger loe udah putus sama dia”.
Rangga terlihat bingung untuk menjawab.
“Apa karena loe sudah di campakan oleh Cisa makanya loe nyari dia”.
“Apa?” Rangga kaget. Kenapa kasih bicara seperti itu.
“Makut loe?”.
“Setelah Cisa balikan lagi sama pacarnya loe berniat buat ndeketin cinta lagi kan?. Denger ya Rangga, cinta itu bukan barang atau mainan yang bisa loe ambil ketika loe mau ataupun justru loe buang ketika loe sudah tidak membutuhkan”.
“Itu nggak bener. Gue nggak pernah menganggap cinta seperti itu”.
“Tapi itu kenyataannya. Disaat dia terpuruk loe malah mutusin dia”.
“Kenapa si selalu gue yang di salahin. Sudah gue bilang yang di putusin itu gue. Kenapa kesannya malah gue yang salah” Rangga memprotes.
“Cinta nggak mungkin mutusin loe kalau nggak ada alasannya”.
“Loe salah, menurut cinta tidak semua hal harus ada alasannya”.
“Baik. Itu menurut cinta. Bukan menurut gue atau elo kan?”.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika cinta harus memilih
Novela JuvenilCinta berlalu di hadapan kita terbalut dalam kerendahan hati Tetapi kita lari darinya dalam ketakutan Atau bersembunyi dalam kegelapan Atau yg lain mengejarnya Untuk berbuat jahat atas namanya ~khalil gibran~.