"Cinta itu emang indah, Mon. Mungkin lonya aja yang menutup mata lo buat bisa ngeliat hal seindah itu," -Dello
{***}
Line
Nanando
Mon, aku jemput jam delapan ya. Abis itu aku langsung keruang BEM, ada rapat
06.09Anamonic
Oke. Aku tunggu
06.25Monic segera turun kebawah setelah membalas pesan dari Nando. Monic hari ini ingin makan bersama dengan kedua orang tuanya.
Monic menghitung, sudah berapa lama ia tidak sarapan pagi bersama dengan keluarganya? Mungkin kalau bersama Sello sering, namun dengan kedua orang tuanya ini jarang.
Dalam hitungan detik Monic sudah berada dilantai bawah. Dengan senyum yang merekah dibibirnya, Monic berjalan ke arah ruang makan dan menemukan kedua orang tuanya yang sedang bercengkrama sembari sarapan.
Tentu saja Monic berjalan menghampiri mereka. Monic mengecup pipi kanan ayahnya, sedangkan Monic memeluk ibunya tercinta.
Sang ayah menatap Monic dengan senyum lebar, "Selamat pagi anak Papa yang manja," sapa ayahnya. Monic menoleh kearah sang ayah dan memasang cengiran.
"Paa, aku gak manja," elak Monic yang mengambil tempat duduk disebrang ibunya. Monic membalik piringnya dan ibu Monic mengambilkan dua roti yang sudah terpanggang.
Monic tersenyum kearah ibunya, "Makasih, Mamaaaa." Sang ibu tersenyum dengan ceria dan kembali melanjutkan makannya.
Monic mengambil selai strawberry dan mengoleskan pada satu rotinya. Roti yang lainnya Monic mengoleskan selai blueberry. Dan terakhir, Monic merangkap roti tersebut dan memakannya.
"Ana, gimana kuliah kamu? Maaf ya Papa baru nanya sama kamu. Kamu tau sendiri lah kesibukan Papa," tanya sang ayah yang sudah menyuapkan nasi goreng.
Monic menelan rotinya, "Baik-baik aja, Pa. Yaampun Pa, aku ngerti kok tentang kesibukan Papa sama Mama. Aku juga tau, Papa sama Mama sibuk kerja gitu 'kan buat aku sama Kak Sello juga," jawab Monic.
Ibu Monic tersenyum bangga, "Kamu sudah semakin besar ya, Ana," ujar sang ibu. Monic tertawa kecil dan menggeleng singkat.
"Masalahnya Ma, Pa, Ana itu belum besar dalam hal bicara sama orang lain. Aku aja ngomong ke orang lain pedes gitu, kata Kak Sello, sih," cerita Monic. Ayah Monic meneguk segelas air putih dan segera menatap anak perempuannya.
"Kamu fikir Mama kamu ini gimana?" Sontak saja Monic tertawa. Ibu Monic menatap sang suami dengan sebal.
"Apaan, sih, Pa. Sok tau banget."
"Duh ngambek, sini cium dulu." Ayah Monic mendekatkan wajahnya pada wajah istrinya. Ayah Monic mencium kening istrinya dengan lembut.
"Ana bete ya."
Ayah Monic dan sang istri tertawa dengan bahagia. Monic juga ikut-ikutan tertawa. Omongan Monic tadi hanya sekedar becandaan belaka.
Mana mungkin Monic bete dengan kedua orang tuanya?
{***}
KAMU SEDANG MEMBACA
Monic & Memories✔
Teen Fiction"And then, a happily ever after that just a bullshit." Start; 5 Desember 2016 End; 14 Juli 2017 [Baca aja, siapa tau suka]