M&M -12

42 9 15
                                    

"Ngapain lo tanya-tanya kayak gitu? Suka sama gue?" -Theo

{***}

6 tahun yang lalu.

Theo sedang berjalan dikoridor sekolah sembari memegangi tali tasnya. Theo sangat bersemangat pagi ini untuk sekolah.

Alasannya adalah Theo satu angkatan dengan Monic.

Meskipun baru bertemu, entahlah, Theo merasa kalau Theo menyukai Monic. Theo tahu kalau sikap Monic itu dingin pada siapapun, namun Theo pernah melihat Monic yang tengah tertawa lebar dengan Sella.

Jangan tanya mengapa Theo bisa tahu nama sahabat Monic.

Dengan langkah lebar dan senyum yang mengembang, Theo berjalan kearah kelasnya, 7A. Kelas Theo bersebrangan dengan kelas Monic.

Makin semangat, Theo berlari kecil kearah kelasnya. Dengan cepat Theo menaruh tasnya dibangku yang sudah Theo klaim menjadi miliknya dan segera pergi keluar kelas.

Theo hanya berdiri didepan kelasnya. Tidak melakukan hal lain selain berdiri dan menunggu. Tak lama, Monic dan Sella datang bersamaan.

Monic masuk kekelasnya, diikuti dengan Sella. Theo yakin, lima menit lagi Monic akan keluar kelas dan berjalan kearah kantin. Theo sudah melakukan riset kecil-kecilan, omong-omong.

Dan benar saja, lima menit yang Theo tunggu pun datang. Monic dan Sella keluar dari kelas, masih dengan tawa mereka. Tapi tunggu, ada yang berbeda dari Monic.

Monic memakai sesuatu diwajahnya. Theo menajamkan matanya. Lalu, Theo membulatkan matanya seketika. Iya, Monic memakai softlens dimatanya.

Theo mengejar Monic dan mencekal pergelangan tangan Monic. Monic berhenti dan menatap tangan Theo yang menahan tangannya. Sella sendiri mengernyit.

Monic menatap datar Theo, "Lepasin tangan lo," suruh Monic dengan nada dingin. Theo terpaku ditempat.

Bukan-bukan, bukan karena Monic menyuruhnya pergi dengan nada dingin, melainkan wajah Monic yang teramat sangat cantik.

Theo bersumpah kalau misalnya Monic bisa menjadi pacarnya, Theo akan syukuran satu bulan penuh.

Apalagi bagian mata Monic. Theo sangat menyukai bagian itu.

"Eum... The- Theo?" Sella melambaikan tangannya pada wajah Theo. Theo mengerjap dan melepas tangannya yang menahan tangan Monic.

"O- oh, sori. Gue cuma mau tanya, kenapa Monic pake softlens? Sekolah 'kan ngelarang muridnya pake gituan," tanya Theo dengan cengiran diwajahnya.

Monic masih menatap datar Theo, "Ngapain nanya-nanya? Suka?" Monic membalasnya dengan sarkas yang nyata. Untuk kedua kalinya Theo membeku.

Sella menyikut Monic, "Anjir, gak usah sok sok gitu deh. Gue 'kan udah pernah bilang sama lo. Nanti kalo pada ngejauhin lo gimana?" Monic mengedikkan bahunya dan mengamit lengan Sella.

"Biarin aja, napa. Suka-suka gue ya, Sel. Udah ayo kantin, nih gara-gara kak Sello gue jadi belom sarapan."

Monic pergi sembari menggeret Sella dan meninggalkan Theo yang tengah menatap punggung Monic dengan nanar.

Monic & Memories✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang