Di salah satu meja di kantin sekolah, ada 4 siswi sedang berbicang sambil memakan makanan yang telah mereka pesan. Dua orang diantara mereka adalah orang yang benar-benar cerewet, 1 orang yang kadang menimpali pembicaraan sesekali dan satu lagi yang sangat pendiam. Mereka adalah Viona, Gita, Savira dan Retha.
Suasana terasa tidak seperti biasanya, mereka merasa ada yang sedang memandangi mereka dengan tajam. viona yang duduk di samping Gita mengalihkan pandangan menelusuri kantin dan tertuju pada salah seorang siswa yang tak lain adalah Rafa yang berada diseberang mejanya. Viona bertanya-tanya 'apakah mereka melakukan kesalahan hingga harus dipandangi seperti itu?' seingatnya mereka sangat menghindari untuk punya masalah ataupun bertemu dengan kelompok Reza. Diapun menundukkan kepalanya dan kembali makan dengan tenang.
Gita yang penasaran dengan sikap viona ingin mengetahui penyebabnya namun dicegah.
"gak usah dicari gitu, Rafa lagi merhatiin kita"
"apa? beneran?" tanyanya Gita.
2 orang lainnya yang membelakangi rafa dan menghadap kearah gita dan viona menaikkan alis tanda bertanya.
"sudah ayo cepat habisin makanan kalian sebelum bel masuk bunyi" ujar viona menghentikan suasana tidak enak diantara mereka.
Rafa beranjak dari tempat duduknya dan berdiri menuju sebuah meja, bukan hanya reza dan geng nya yang bertanya-tanya tentang sikap rafa tapi sama dengan kelompok viona karena meja mereka lah yang dituju. Rafa menyerahkan sebuah kertas yang diambil dari saku baju sekolahnya.
Cewek yang dimaksudkan langsung saja tersedak, andai saja tersedak biasa gak apa-apa. Sedangkan ini, sebelumnya dia memasukkan cabe yang sangat banyak kedalam mangkuknya dan alhasil sekarang batuknya tidak mau berhenti dan terasa terbakar di tenggorokan. Ia janji kalo tau kayak gini dia mau ngurangin konsumsi cabe, tapi gak janji untuk berhenti.
Rafa langsung menyerahkan minuman pada si cewek dengan terburu-buru, melihat itu sontak anak-anak yang berada disana terkejut. Teman samping bangkunya bersiap memberi tisu, dan tak sangaja melihat kertas tersebut. Diapun mengeluarkan isi dalam mulutnya yang baru saja diminum dan alhasil tisunya bukan untuk menolong temannya yang tersedak tapi untuk dirinya sendiri.
Kedua orang dihadapan mereka pun penasaran dan mencoba melihat, dan hasilnya tidak jauh beda. Yang satu melotot tidak percaya dan satunya menumpahan mangkuknya.
Surat itu tak lain berisi "aku suka kamu, maukah kamu jadi pacarku?" Sambil menatap tajam orang di depannya.
cewek yang dituju rafa adalah...
Savira.
Tanpa bertanya pun Rafa tau bahwa Savira perlu penjelasan tapi itu hanya akan memakan waktu yang ia butuhkan hanya jawaban dari Savira.
"aku perlu jawabanmu" ujar Rafa.
Perasaan savira saat ini campur aduk antara takut, lucu dan terkesan. Dan Savira terselamatkan oleh bunyi bel tanda masuk, buru-buru dia melangkah pergi. Sedangkan teman-teman yang duduk sebangku dengan cewek itu hanya bisa terdiam dan tidak bergerak sedikit pun, hingga salah satu dari mereka sadar dan bergegas menuju kelas sebelum terkena amarah dari guru bahasa inggris.
Rafa yang ditinggalin sendirian merasa kesal, dan dia pergi menuju kelas. Tanpa disadari rafa ternyata kertas yang tadi dia berikan dibawa oleh savira.
"aku penasaran apa yang dilakukan rafa? hingga ekspresi mereka sampe segitunya" tanya salah seorang dari geng reza.
"sudahlah gak usah kepo" reza menanggapi dengan cuek dan pergi menuju kelas diikuti yang lain.
***
Aku kembali lagi... selamat membaca 😊
Maaf jika masih terdapat typo bertebaran 😔
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive and Arrogant
Teen Fiction"and now, I know you are possesif girl" dari seorang lelaki. "and now, I know you are arrogant boy" untuk kali kedua di pertemukan dalam pertandingan yang sama dan dibalas dengan kata-kata yang hampir sama. Vereyza, Savira dan Refandra