Adit membaringkan tubuhnya di kursi perpustakaan sambil menutup matanya. Setengah jam yang lalu juara festival musik sudah diumumkan oleh para panitia yang berasal dari beberapa anggota OSIS.
Adit kembali menghela nafasnya entah yang ke berapa kali. Cowok itu tidak terkejut dengan pengumuman yang telah ia duga sejak awal.
Posisi kedua, memang bukan buruk. Jika saja yang menjadi juara bukan Kevin.
Adit kali ini tersenyum miris. Ia bahkan tidak menampakkan batang hidungnya lagi setelah menerima sertifikat dan hadiah sebagai juara ke dua. Mungkin saat ini para murid masih heboh dengan kemenangan Kevin, pikirnya.
Ia akui bahwa penampilan Kevin tadi memang menakjubkan, meskipun dirinya lebih unggul. Point yang didapat Adit memang lebih tinggi dibandingkan Kevin jika dipandang dari segi penilaian juri. Namun festival musik ini, semua penilaian diserahkan pada penonton. Dan point Adit tertinggal cukup jauh.
Baru beberapa menit memejamkan matanya, ia terusik saat merasakan seseorang menarik kursi di hadapannya. Sepertinya tidak seseorang, karena terdengar beberapa kursi ikut ditarik setelahnya.
Adit membuka matanya untuk sekedar melirik para penganggu itu. Gilang, Redo dan Vito telah duduk sambil menyengir kuda. Di belakangnya, Bejo berdiri sambil menggaruk tengkuknya saat melihat tatapan Adit yang tidak bersahabat.
"Lo ngapain pake acara kabur-kaburan segala sih?" tanya Redo saat Adit sudah berhenti menatap mereka tajam. Adit sudah mengalihkan tatapannya kepada langit-langit perpustakaan.
"Iya, Dit. Ngapain kabur ke perpustakaan segala. Cari tempat yang elit dikit napa?" sahut Bejo berusaha menampilkan wajah garang.
Vito yang melihat itu berpura-pura muntah dan memperagakan ekspresi mual. "Lo cocok jadi kakaknya Upin-Ipin, garang macam macan."
"Lo sama Gilang, upin-ipinnya. Tiap hari bikin gue emosi terus," balas Bejo tak mau kalah.
"Itu kan hobi gue sama Vito bikin kadar darah lo meningkat tiap detik," sahut Gilang yang sejak tadi diam.
Bejo mendelik kesal. "Gue sumpahin dapet dosa kalian."
"Ye, nggak perlu lo sumpahin juga kita dapat dosa," elak Vito sambil merangkul Gilang yang ada di sampingnya.
"Sumpah ya kalian berdua!" seru Bejo.
"Kalian bisa diem nggak? Udah tau teman lagi sulit, kalian malah sibuk berdebat."
Redo si Bijaksana akhirnya muncul juga setelah beberapa menit teenggelam di antara makhluk-makhluk menyebalkan seperti Gilang, Vito dan Bejo.
"Dengerin Lang, Vit," ucap Bejo tanpa merasa bersalah.
"Ngapain jadi ngingetin orang? Lo sendiri juga salah. Udah tau ini perpustakaan, masih aja nggak bisa diem," kata Redo lagi.
Sikap Bejo yang tak ingin kalah, masih terus melanjutkan debatnya. "Gue mana tau kalau di perpustakaan nggak boleh ramai. Ini kan kali pertama gue datang ke sini."
Redo menggelengkan kepalanya pasrah terhadap sikap teman-temannya yang sangat unik itu.
"Lo kenapa Dit?"
"Nggak apa-apa," jawab Adit singkat.
"Lo jangan kaya gitu dong, kita ini kan sahabat." Redo membujuk. "Kalau masalahnya karena kekalahan tadi, jangan dipikir Dit."
Redo sebenarnya sudah menduga bahwa masalah yang saat ini menyita pemikiran Adit adalah masalah taruhannya dengan Kevin.
"Nggak usah dipikirin, Dit. Sikap lo biasa aja ke cowok gesrek itu. Kalau lo memperlihatkan kekalahan lo, bisa-bisa kepalanya makin besar," sahut Gilang antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jones Has Taken || #wattys2018
Teen FictionHighest Rank #158 "Dasar Jones." "Kamu juga belum pacaran." "Kalau gue emang dasarnya pengen single. Single itu prinsip kalau jomblo itu nasib, sama kaya lo." Gessa Askara, siswi yang paling anti buku terpaksa masuk ekskul Perpuswork karena menghind...