Bagian 1

108 3 2
                                    

Kring – kring

Jam weker yang berada di samping kasur yang berbunyi dengan kerasnya. Seolah membangunkan penghuni yang saat ini sedang pulas menjelajahi alam mimpinya. Namun, tidak lama perempuan yang sedang menjelajahi mimpinya terbangun dengan malas.

"Emmhh, berisik banget sih..." perempuan itu bergesar ke samping kiri kasur untuk menjangkau jam weker yang terus berdering itu. Tangannya mengambil jam itu lalu mematikannya.

"Ha? Udah jam 7?!" matanya membelalak melihat jam itu telah menunjukkan pukul 7 pagi.

"Gila! Aku bisa telat nih!" Perempuan itu langsung bangun dari tidurnya. Menyambar handuk yang tergantung di pintu lalu pergi keluar ke kamar mandi umum yang berada di luar kos – kosannya sembari membawa gayung yang berisi peralatan mandi.

"Lah? Kok kamar mandinya kepake sih?" Dia mengetuk – ngetuk pintu kamar mandi itu dengan keras.

"Mbak, mas siapa aja yang ada di dalem, buruan dong. Gantian! Aku udah telat kerja ini."

"Bentar dong! Antri! Dari tadi kemana aja!" terdengar sahutan dari dalam kamar mandi. Dengan kesal dan rasa terburu – buru perempuan itu menunggu penghuni kos lain yang sedang mandi.

"Bisa dimarahin bos nih." Gumamnya.

Ceklek.

"Udah nih kamar mandinya."

"Makasih mbak!" Dengan cepat perempuan itu masuk ke kamar mandi, lalu melakukan ritual mandinya dengan kilat.

***

"Gilak gue telat banget!" Perempuan itu berlari dengan sekuat tenaganya menuju ke tempat kerjanya. Keringat bercucuran dari wajahnya. Tidak sampai 50 meter dia akan sampai ke tempat kerjanya. Ia pun semakin mempercepat larinya.

Setelah sampai di depan pintu sebuah cafe yang merupakan tempat kerjanya, dia mengusap keringat disekitar wajahnya. Lalu bersikap senormal mungkin. Ia membuka pintu cafe itu dengan perlahan, lalu masuk dengan mengendap – endap.

"Anin!"

"Mati gue." Langkah terhenti seketika. Wajahnya menunduk pucat. Takut – takut kena sembur bosnya.

"Dari mana aja kamu?!" Pemilik cafe itu sudah berdiri tegak di depannya. Tangannya berkacak pinggang. Wajahnya memerah karena marah. Siap – siap meledakkan kemarahan yang sudah mencapai di ubun – ubun.

"Hehehe, maaf Pak." Anin menunjukkan cengirannya.

"Tadi kamar mandinya antri, Pak." Alasannya.

"Antri? Makanya kamu tuh bangun jam 5 biar nggak usah antri lagi! Alesan aja!"

"Jam 5 saya masih tidur Pak." Balas Anin.

"Saya nggak mau tahu ya, pokoknya sebagai hukumannya kamu harus lembur malem ini!"

"Lembur lagi Pak?" Anin melongo. Kemarin aja dia udah lembur gara – gara cafenya kedatangan tamu dari luar negeri. Sekarang mau lembur lagi?

"Iya lembur! Kenapa? Apa gaji kamu mau saya potong?" Bosnya menaikkan sebelah alisnya, memberikan penawaran.

"Hehehe, enggak Pak. Saya lembur aja." Anin menangkupkan kedua tangannya.

"Yaudah sana balik kerja!" Bosnya pun menyuruh Anin untuk kembali bekerja.

"Baik Pak."

Anin dengan langkah gontai masuk ke dalam ruang ganti karyawan yang berada di sebelah kamar mandi. Mengeluarkan seragam karyawan dari tasnya. Lalu masuk ke dalam ruangan untuk berganti baju. Tak lama kemudian Anin sudah berganti pakaian. Kemeja berwarna putih, rok pendek selutut dan tidak lupa rambut yang disanggul itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Snow in Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang