Eliza bergerak gelisah. Napasnya terengah-engah. Bibirnya mengeluarkan erangan demi erangan.
"Eliza," gumam Jordan dengan suara serak.
Tapi Eliza tidak bergeming. Tubuhnya masih saja bergerak dengan gelisah.
"Bagun, Eliza. Bangunlah," ujar Jordan dengan lembut tapi tegas.
Ia baru saja tiba dari London setelah menyelesaikan urusan investasinya dan beranjak ke ranjang untuk memejamkan matanya ketika Eliza mulai bergerak dengan gelisah.
"Eliza!" Jordan sekali lagi mencoba membangunkan Eliza. Ia sedikit mengguncang lengan istrinya.
Eliza tersentak. Ia terduduk dengan panik. Tangannya mencengkeram lengan Jordan yang tadi mengguncangnya.
"Tidak apa-apa. Semua akan baik-baik saja. Kau hanya bermimpi
buruk," ucap Jordan menenangkan. Ia membawa Eliza ke dalam pelukan hangatnya. Tangannya mengusap rambut mahoni Eliza yang panjang dengan lembut.Jordan merenggangkan pelukannya. "Kau mau minum?" Jordan mengambil gelas di atas meja kayu di samping tempat tidur dan menuangkan air dari dalam teko ketika Eliza mengangguk. Ia mengangsurkan gelas tersebut pada Eliza.
Dengan cepat Eliza ingin memuaskan dahaganya.
"Pelan-pelan saja, cintaku," Jordan mengingatkan Eliza untuk tidak terburu-buru menghabiskan minumannya.
"Apa yang kau impikan?" Jordan kembali membaringkan Eliza. Ia membawa Eliza ke dalam pelukannya.
"Aku bermimpi kau pergi meninggalkanku, Jordan," cicit Eliza.
Jordan mengeratkan dekapannya pada Eliza. Membelai punggung kecil wanitanya. Berusaha untuk memberikan ketenangan pada Eliza.
"Aku tidak akan pernah pergi meninggalkanmu, cintaku. Kau tidak perlu takut." Suaranya berubah menjadi parau. Ia berusaha menenangkan Eliza, tapi posisi mereka yang sangat dekat sepertinya mulai membangunkan kembali sesuatu di dalam dirinya setelah satu bulan lebih Jordan berusaha menahan diri untuk tidak menyentuh istrinya. Rasa lelah setelah perjalanannya dari London dan kembali Chatsworth House menghilang. Digantikan dengan gairah yang muncul dengan perlahan.
Udara yang berputar di sekeliling mereka berubah menjadi ketegangan seksual. Eliza ikut menggempur pertahanan dirinya dengan ikut mengelus punggung lebar Jordan.
"Apa yang kau butuhkan saat baru terbangun dari mimpi buruk?" tanya Eliza. Memancing jawaban Jordan.
"Keintiman." Bukan hanya keintiman seperti ini. "Ya Tuhan, Eliza," geram Jordan ketika tangan Eliza menyingkap kemejanya dan mulai membelai kulit punggungnya.
Selama lebih dari sebulan ini, Jordan memang tidur dengan pakaian yang menempel di tubuhnya. Meskipun ia lebih senang tidur tanpa pakaian, Jordan harus mengenakannya. Agar ia bisa menahan hasratnya ketika harus tidur dengan memeluk Eliza tanpa berbuat lebih jauh.
Dan sekarang Eliza berusaha meruntuhkan pertahanan diri Jordan. Ia mengerang ketika Eliza dengan berani mulai mengecup dadanya yang terekspos karena kemejanya tidak dikancing pada bagian atasnya.
"Jangan memancingku, Sweetheart. Aku tidak ingin kau terluka," Jordan kembali menggeram ketika kenikmatan menerjangnya akibat sentuhan-sentuhan Eliza.
Eliza merenggangkan pelukan mereka. Kepalanya mendongak. Mata hijaunya menatap mata biru gelap Jordan yang semakin menggelap karena gairah. Sehingga berubah menjadi segelap malam.
"Aku sudah membicarakannya dengan dokter. Aku sudah bisa kembali melakukannya. Dan aku baru saja terbangun dari mimpi buruk," ujar Eliza dengan malu-malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pleasures Of a Wicked Duke [Revisi]
Fiksi Sejarah[18+] Rotherstone #1 Jordan Cavendish, Duke of Devonshire, bujangan paling diincar para ibu yang ingin menikahkan anaknya. Tampan, bergelar, kaya. Masa lalu membawanya menjadi Duke yang arogan. Dan ia tidak ingin menikah dalam waktu dekat. Lady Eliz...