27

4.5K 403 13
                                    

Minggu-minggu berlalu dan Lucian tidak bertindak apapun melihat begitu banyak gangster membunuh orang-orang tak berdaya.

Lisa memutuskan untuk meminta izin keluar dari gedung tersebut dan mencari udara segar. Tentu saja ia bosan disana. Siapa yang tidak bosan jika setiap harinya melakukan hal yang sama.

Kedua tungkainya menapak di jalan agak jauh dari markas. Ia mendapatkan seorang gadis yang nampak sepantaran dengannya sedang memperbaiki mobilnya.

Ia mendekatinya. "Apa kau kesulitan?" tanyanya ramah. "Aku mungkin dapat membantu."

"You do?" tanya sang gadis.

"Let me see." Sang gadis asing menggeserkan tubuhnya karena Lisa yang mengambil alih.

Selang beberapa menit setelah bersusah payah, Lisa menutup tutup mesinnya menciptakan suara debuman.

"Coba kau periksa," pintanya.

Sang gadis pun menaiki mobil dan menghidupkan mesinnya.

"Berhasil!" pekiknya gembira.

Gadis tersebut keluar dari mobilnya dan mendatangi Lisa. Kedua tangannya bertengger di pundak Lisa, merasa berterima kasih padanya. "Wah, darimana kau mengerti mengenai hal ini?"

"Teman-temanku mengajariku."

"Begitu ya." Sang gadis menyunggingkan senyumnya. Tangan sang gadis mulai meliar kearah kerah mejanya. Ia mencabut sesuatu disana. "Aha! Aku menemukannya."

Gadis tersebut menunjukkan alat penyadap berbentuk bulat. Ia menon-aktifkannya. "I'm sorry, my friend. Seseorang telah memasangkan alat penyadap pada pakaianmu."

Bola matanya membelalak sesaat ia melihatnya. Ia sangat kecewa terhadap Lucian karena tak memercayainya. Sangat sangat kecewa.

Sang gadis dihadapan Lisa tersenyum sekilas. "Pikirkan, Lisa. Bagaimana bisa setelah kau bekerja keras cukup lama untuknya, pria itu masih tak memercayaimu."

Lisa nampak lebih terkejut setelah gadis asing tersebut mengetahui namanya. Tapi sedetik kemudian ia sadar bahwa sang gadis pasti sedang mengincarnya.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Lisa dengan suara padam.

"Aku? Aku sedang mencari keluarga yang setia, yang akan memercayaiku." Merasa tersindir dengan perkataannya, Lisa meliriknya.

Namun ia mengerti apa yang dimaksud sang gadis. Ia mengajaknya bergabung.

Sang gadis melanjutkan, "tapi sepertinya aku takkan menemukan orang itu disini. Orang-orang disini pasti akan setia pada tuannya walaupun mereka telah mengkhianatinya. Bukankah begitu, Lalisa Manoban? Atau harus kusebut kau Lalisa Jeon?" Gadis tersebut menaikkan alisnya sembari mengukir seulas senyuman licik.

"Jeon?" tanya Lisa heran.

Sang gadis tertawa keras. "Mereka tidak memberitahumu? Ya Tuhan, Lalisa. Kau sudah ditipu."

Sang gadis kembali melingkarkan tangannya pada leher Lisa dan memasangkan alat penyadap pada tempatnya semula.

"Long live, havin' some fun. There's so many ways to be wicked."

Ia pun mengaktifkan alat penyadapnya.

Lisa berjalan meninggalkan gadis tersebut yang ternyata memiliki tujuan mengajaknya bergabung dalam rencananya. Dan tentu saja, menginginkan Lisa untuk berkhianat pada organisasinya.

"Kenapa kau memasangkan alat penyadap di kemejaku?"

Lucian tak dapat menjawabnya. Sudah pasti Lisa takkan mendengarkan seribu alasannya.

FugitiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang