CHAPTER 01 #Recollection

1.2K 136 13
                                    

Yixing nyaris menjatuhkan gelas di atas nampan ketika meletakannya dengan terburu-buru ke atas meja. Lantas pemuda itu berlari menghampiri pemuda lain yang ingin terbangun dari ranjangnya.

"Hati-hati!" Yixing berusaha membantunya untuk duduk.

Pemuda asing yang ditemuinya tadi malam itu mengucap kata terima kasih dengan lirih.

"Kau baik-baik saja?"

Pemuda itu mengangguk, Yixing berlalu untuk mengambil air minum dan kembali memberikannya pada pemuda asing itu.

"Siapa namamu?"

"Chanyeol . . ." pemuda itu meraih gelas yang disodorkan oleh Yixing dan meminumnya sedikit-sedikit. "Kau?"

"Yixing. Zhang Yixing."

"Terima kasih banyak atas pertolonganmu, Yixing."

"Bukan apa-apa, bisa kau ceritakan tentang dirimu? Darimana asalmu? Bagaimana akhirnya kau bisa berakhir seperti ini?"

Chanyeol terdiam sebentar, bergeming menatap gelas di tangannya. "aku tidak ingat."

Kata 'Oh' keluar dari mulut Yixing. Dia merupakan pribadi yang baik hati, dia bahkan tidak menaruh curiga sedikitpun pada Chanyeol yang tidak jelas asal-usulnya. Alasan klise seperti 'tidak ingat' itupun dapat diterimanya begitu saja.

"Kalau begitu kau bisa tinggal sampai kau rasa keadaanmu benar-benar pulih."

Yixing hendak meninggalkan kamarnya yang dipakai Chanyeol itu sebelum dia teringat sesuatu. Langkahnya terhenti dan pemuda itu kembali berbalik.

"Oh iya, kau mengigaukan nama 'Rose' terus menerus sepajang malam."

Yixing harap setidaknya dengan itu Chanyeol bisa sedikit mengingat tentang kerabatnya.

Chanyeol terdiam. Kepalanya tiba-tiba terasa sangat sakit. Dia menjatuhkan gelas di tangannya hingga hancur berkeping-keping. Pemuda itu berteriak kesakitan sembari meremas rambutnya sendiri, dan potongan-potongan memori berkelebat dalam pikirannya.

Yixing dengan panik menghampirinya.

"Chanyeol! Kau kenapa!?"

Pemuda berdarah China itu dengan ragu menyentuh kepala Chanyeol. Berharap Chanyeol tidak menyadari bahwa dia tengah memakai kekuatannya untuk menyembuhkan Chanyeol.

***

Joonmyun mengurut keningnya. Segelas wine dia abaikan di atas meja, kemudian dia menatap Kyungsoo yang juga terdiam. Pemuda itu juga sama sekali tidak menyentuh gelasnya.

"Sekarang bagaimana?"

"Park Chanyeol."

Joonmyun mengernyit. "Apa?"

"Namanya Park Chanyeol. Pemegang kuasa api itu."

"Kalau begitu kita harus menolongnya."

Kyungsoo menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. "Tidak perlu. Dia bersama Yixing sekarang."

"Apa? Yixing? Kau tahu Kyungsoo, Yixing salah satu dari para pengecut itu."

"Lalu kenapa? Dia sudah kembali menerima takdirnya. Aku bisa merasakan energinya, dia baru saja menggunakan kekuatannya lagi."

Joonmyun menyeringai. "Jadi tanpa orang-orang terpilih itu mengaktifkan kekuatannya, pemilik kuasa bumi tidak akan bisa mengetahui keberadaan mereka? Itu kelemahanmu kan?"

Kyungsoo menatap Joonmyun dengan malas. "Iya. Kenapa? Kau juga berniat melarikan diri seperti mereka yang kau sebut pengecut?"

Kim Joonmyun tertawa geli. "Mungkin saja kan?"

Kemudian keduanya terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Kyungsoo mengalihkan pandangan pada jendela, di luar hujan turun dengan deras. Saat ini pikirannya sedang dipenuhi berbagai macam hal. Kyungsoo sendiri tidak mengerti mengapa seolah dia yang harus bertanggung jawab atas semuanya. Sejujurnya sulit baginya untuk percaya pada siapapun kecuali Jong In.

"Kyungsoo." Suara Joonmyun memecah keheningan.

Kyungsoo kembali memperhatikan Joonmyun, pemuda itu kini tengah menuangkan wine nya lagi.

"Apa ini satu-satunya tujuan hidupmu?"

"Aku bahkan tidak tahu lagi apa yang sebenarnya kuinginkan, Joonmyun."

Joonmyun tersenyum tipis, menatap Kyungsoo sekilas sebelum berpaling pada jendela yang sama dengan yang Kyungsoo perhatikan. Dia menghela nafas berat.

Untuk apa mereka dilahirkan?

***

Chanyeol duduk di sofa memperhatikan Yixing yang baru saja tiba dari luar. Dia membawa sebuah kotak kardus lusuh yang sudah basah. Kemudian dia meletakan kardus itu di dekat rak.

"Apa itu?"

"Anak kucing." Pemuda dengan lesung pipi nya yang manis itu tersenyum pada Chanyeol. Dia tampak sangat senang. "Kutemukan mereka di dekat tong sampah. Kasihan mereka kedinginan."

Chanyeol memang tidak ingat apapun tentang masa lalunya namun dia yakin Yixing adalah orang dengan hati paling lembut yang pernah dia temui.

Ini sudah hari kedua sejak Chanyeol menumpang di tempat Yixing namun Yixing sama sekali tidak keberatan. Chanyeol berpikir mungkin lebih baik jika dia segera mencari pekerjaan agar tidak terlalu merepotkan Yixing.

"Oh iya, Chanyeol. Bagaimana? Kau ingat sesuatu?"

Yixing menatap Chanyeol dan Chanyeol membalas tatapannya, dia menelan ludah. "Hutan terbakar. . ."

"Apa?"

"Hutan terbakar dan aku ada disana. hanya itu yang kuingat." Chanyeol tidak mungkin mengatakan api keluar dari kedua telapak tangannya.

"Lalu. . . tentang Rose?"

Chanyeol menggelengkan kepalanya lemah. Tidak ada apapun yang bisa dia ingat.

Yixing menghela nafas kemudian tersenyum untuk menenangkan Chanyeol. "Tidak apa, tenang saja. Kalau perlu kita bisa gunakan hipnoterapi untuk menggali ingatanmu."

Chanyeol mengangguk, lalu Yixing kembali sibuk dengan anak kucing yang baru saja dipungutnya. Memberinya susu kemasan dan meletakannya dalam mangkuk kecil.

Sementara itu Chanyeol merenung. Dia memikirkan berbagai macam hal, termasuk apa yang akan terjadi jika selanjutnya ia mengetahui kebenaran mengenai Rose?

Lalu tiba-tiba sekelebat ingatan bermain dalam benaknya.

"Chan. . . izinkan aku memelihara anak kucing ini ya?"

Sebisa mungkin Chanyeol berusaha mengingatnya kembali dengan baik. Dia berusaha menyambungkan potongan-potongan ingatannya. Dan senyuman Rose yang selama ini dia lihat dalam mimpinya tergambar jelas.

Tiba-tiba saja dadanya terasa sesak. Chanyeol merasakan rindu yang amat sangat, dia ingin segera menemui wanita itu.

"Yixing."

"Ya?" pemuda yang tadi tengah memperhatikan anak-anak kucing dalam kardus mengalihkan pandangannya.

"Jika aku berhasil mengingat kembali siapa Rose, apakah ada cara untuk bisa bertemu dengannya?"

Yixing terdiam. Dia tidak bisa menjanjikan apapun. Akan sulit untuk mencari seseorang yang entah dimana keberadaannya. Terlebih Yixing masih meragukan apakah Rose itu benar-benar seseorang dari masa lalu Chanyeol atau hanya sekedar sosok imajinatif pemuda itu.

"Yah. . .selalu ada cara kan?"

"Kau benar. Kalau begitu pada saat itu apa kau mau membantuku lagi?"

"Tentu saja." Yixing kembali tersenyum. senyuman yang bisa menghangatkan hati siapapun.

Dalam hati, Yixing berharap agar semuanya berjalan sesuai harapan. Dia berharap Chanyeol segera menemukan apa yang dia cari dan bisa kembali pada keluarganya.

Dia hanya tidak ingin ada lagi yang menderita.

Aku butuh voment kalian, readers^^ tolong ya

EXODUS | Chanyeol x Rose Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang