[Porseni 2]

123 17 3
                                    

Tidak ada caption untuk saat ini. Yang ada hanyalah kalimat sederhana yang benar-benar nyata.

♡♡♡

Pembukaan porseni akan segara dimulai. Banyak mata yang menatap geli ke arahku dan juga teman-temanku. Mungkin mereka pikir kami ini kekanakan, aneh atau bahkan gila. Tapi It's Okay. Tidak masalah, apapun yang dipikirkan oleh mereka. Yang terpenting ialah, aku, dan teman-temanku happy.

Aku berbaris di barisan kedua, dengan Dev yang ada di sampingku tentunya. Bukankah aku dengannya sudah seperti kekasih?

Opening dari kegiatan ini baru saja dimulai. Pembawa obor sudah bersiap-siap mengambil posisi mereka. Mereka adalah Kak Ansar dan Kak Mey. Sungguh pasangan serasi. Satunya mantan ketua osis, satunya lagi sekretaris osis saat ini. Ditambah lagi fisik keduanya begitu sempurna. Banyak desus mengenai hubungan mereka, namun keduanya tetap kompak untuk membantah. Sudahlah, membahasnya membuatku menjadi iri.

"Lo siap gak Arv?" Dev tiba-tiba menyikutku pelan, disaat perhatianku 100% terfokus pada Kak Ansar.

"Siap apa?" mataku masih tetap mengarah pada Kak Ansar yang sedang lari. Sungguh gantengnya cowok itu nambah kalau lagi keringetan. Aku jadi genit sendiri. Tapi tunggu! salah siapa aku genit? Kak Ansar kan? Ngapain juga dia bisa seganteng itu. Bikin hawa nafsu hidup aja.

"Jawab aja dulu" Dev kekeuh. Perkataannya membuatku curiga. Terpaksa aku memalingkan pandanganku dari Kak Ansar yang sedikit lagi lewat di depan barisan kelasku.

"Siap apa si?" ucapku pelan tapi geram. Menyebalkan sekali dia.

"Jawab aja"

"Aneh ih. Nanya kok setengah-setengah. Gimana mau jawab" kataku.

"Tinggal bilang iya atau gak Arv" Dev kembali berbicara, ekspresinya itu sungguh jahil sekali. Pasti dia tengah menyiapkan prank untukku.

Firasatku buruk jadi aku menjawab 'tidak' saja. Kemudian Dev malah bersorak ria. Senyum bangga penuh kemenangan terlukis dan wajahnya. "Suara lo Dev, pelanin dikit"

"Iya-iya. Kelepasan tadi"

Aku mencibir pelan "Memangnya tadi lo tanya siap untuk apa?"

"Penasaran?"

"Gak juga"

"Yauda"

Seharusnya aku sadar, aku sedang berbicara dengan Tuan Detra Veday Batara. Laki-laki menyebalkan, dengan otak sedikit seleng. Tapi tidak apa-apa orang waras sepertiku ini memang diperlukan agar bisa memperbaiki otaknya yang rada-rada seleng.

Setelah pembicaraan unfaedah itu, tepukan yang meriah terdengar dengan sangat lantang. Api sudah menyala, tanda kegiatan porseni resmi dibuka. Selanjutnya akan ada deville dengan rute yang tidak terlalu jauh. Hanya mengelilingi sekolah, namun arahnya melewati jalan raya dan beberapa lorong.

Salah satu cabang yang diperlombakan dalam porseni adalah deville. Kudengar bahwa kriteria penilaiannya ialah terdapat pada kekompakan, semangat dan kreativitas. Oleh karena itu, aku beserta penghuni kelas X MIPA 3 akan berusaha sebesar mungkin untuk memenangkan cabang ini. Berhubung cabang ini adalah salah satu cabang bergengsi karena disini kekompakan akan diperlihatkan di depan orang banyak.

Semuanya sudah bersiap. Fajar dan Angga memegang spanduk di setiap sisi. Valerie memegang bendera dan berada di depan barisan. Selebihnya memegang balon, mic, dan juga speaker. Sedangkan aku lebih memilih memegang balon saja, karena lebih nyaman, enteng dan ringan.

Azhrilla [Very Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang