koma

283 18 1
                                    

00:14

"ALETTA?!" Axel langsung membopongnya ke dalam mobil dan melajukan mobilnya dengan cepat. Ia membawa Aletta ke rumah sakit terdekat.

Sampai di rumah sakit Aletta langsung dibawa ke ugd untuk diperiksa. Axel menelpon Mila, Athalie, dan beberapa teman lainnya termasuk Alex.

Alexangel
Lex Letta kecelakaan

Namun tidak ada balasan dari kakaknya itu. Ia mencoba menghubunginya tapi tak ada balasan. Dasar kakak laknat. Ga tau yang disini khawatir.

Tak lama dokter keluar dan memindahkan Aletta ke ruang perawatan. Aletta dipindahkan ke lantai 3. Para dokter memasang banyak alat di tubuh Aletta. Bau rumah sakit yang sekarang adalah tempat istirahat Aletta. Entah kapan Aletta akan bangun. Tentu saja dari teman temannya pun juga ikut doa. Tapi belum banyak yang tau atas kecelakaan yang dialami Aletta.

Tak lama Milan datang dengan langkah kaki cepatnya. Ia hanya memakai kaus putih dan celana jeansnya. Ia menaiki lift dan memencet tombol tiga untuk menuju lantai tiga tempat dimana Aletta dirawat. Kamar yang dicarinya pun ketemu. Ia membuka pintunya dan menemukan Aletta sedang terbaring lemas di atas kasurnya beserta perban putih yang menempel di kepalanya.

"Let lu cepet sembuh ya, maafin gue belum bisa jagain lo dengan baik." Ucap Milan sambil mengelus puncak kepala Aletta.
Milan merasa bersalah karena belum bisa menjadi kakak yang baik. Seharusnya ia tetap bersikeras melarang Aletta dan menjaganya bukan membiarkannya.

Seorang dokter pun masuk, membawa peralatan medisnya. Ia mengecek kondisi Aletta beserta mengeluarkan senter kecilnya yang disorotkan ke mata Aletta. Stetoskopnya juga ikut digerakkan.

"Dok gimana keadaan adek saya?" Dokter itu menghela nafasnya.

"Benturan pada kepalanya cukup keras itu mengakibatkan pembuluh darahnya pecah. Jadi kemungkinan untuk sadar dan pulih akan lama."

"Maksudnya? Adek saya koma?"
Dokter itu mengangguk.

"Berapa lama?"

"Tergantung, sadar dari koma itu terkadang bisa sangat lama. Dan juga bisa cepat. Jika cepat dua hari pun sudah sadar tapi jika lama sampai bertahun. Kami tidak bisa memastikan."

"Kalian berdoa saja." Dokter menepuk pundak Milan dan Axel lalu pergi meninggalkan kamar Aletta.

"Lu yang sabar." Ucap Axel.

"Iya thanks, sorry dah ngerepotin lu."

"Sans ae."

"Lu ga pulang? Ntar lu kena marah bokap."

"Iya dah gue pulang dulu."

"Makasi dah jagain adek gua." Axel mengangguk.

****

Pagi yang cerah, Milan membuka jendela kamar Aletta agar ada pertukaran udara tapi masih menyisakan bau rumah sakit yang khas. Hari ini Milan berencana untuk tidak masuk ke sekolah. Ia ingin seharian bersama adeknya.

Oh iya jika kalian bertanya mengapa Milan tidak menelpon kedua orang tuanya. Kalian tau lah orang tuanya tidak seberapa peduli. Hanya harta yang dipikirkan. Orang tuanya hanya bisa mengirimkan uang kepadanya. Terlalu sibuk dan egois. Padahal yang diinginkan bukan itu melainkan secuil perhatian dan waktu keluarga bukannya uang.

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang