Sebelum baca biasakan Vote.
Setelah baca biasakan komen.
Happy reading.
Putih, suatu kesan pertama yang dijumpai oleh seorang gadis yang tengah berbaring di balik selimut. Sekeliling yang tampak pucat, dinding, tirai, semuanya putih. Tak ada warna cerah mengisi dinginnya ruangan itu. Ia sempat berpikir apa dirinya berada di surga? Tapi, semakin ia memicingkan kedua matanya, ia yakin bahwa dirinya berada di kamar sebuah rumah sakit, persepsinya benar saat ia melihat tangannya terinfus.
Gadis itu membenci tempat itu, ia benci rumah sakit. Apalagi dengan bau obat-obatan, benci dengan baunya yang serasa mencekik saluran pernafasannya, bau obat yang begitu menyengat penciumannya.
Oh Tuhan! Apa yang terjadi padaku?
Ia meringis dalam hati, mencoba mengingat kenapa dirinya bisa berada di tempat itu. Tapi otaknya tak mampu melakukan perintah yang ia berikan. Kepalanya malah terasa sakit. Semakin ia mencoba untuk mengingat, semakin tak mampu untuk melakukannya.
Penglihatannya masih terasa buram, badannya terasa kaku dan lemas, sulit sekali menggerakannya walau barang sebentar.
"Aaaaaarrrgghh!" ia menjerit kesakitan. Ingin sekali rasanya untuk membenturkan kepalanya yang terlilit perban putih bersih ke dinding keras rumah sakit itu. Tapi jika dipikir dengan logika apa yang dilakukannya adalah hal bodoh. Apa dengan cara melakukan tindakan bodoh itu bisa membuat dirinya mengingat sesuatu? Sepertinya tidak melainkan rasa sakitlah yang didapatknya. Pikiran yang bodoh.
Ia kini hanya bisa menangis, air mata telah mengalir membasahi pipinya. Ia merasa hatinya begitu pedih disela-sela rasa sakit yang ia rasakan. Sebenarnya apa yang telah terjadi pada dirinya sehingga ia tak dapat berpikir keras saat ini, mengingat kenapa ia bisa terbaring di ruangan ini.
TAP TAP!
Suara derap langkah kaki menyadarkannya, tapi ia tetap tak bisa berhenti menangis. Gadis itu hanya bisa berbaring, tak berdaya.
Kenapa aku tidak mati saja? Mungkin itu adalah pikiran yang mengisi benaknya. Rasa sakit dan pedih itu akan hilang dan ia tidak perlu berada di tempat yang dibencinya itu jika ia mati.
"Kau sudah sadar?" tanya seseorang pria yang mengenakan jubah putih khasnya. Ia datang bersama seorang laki-laki lainnya, laki-laki itu mengenai celana bahan hitam dan juga kemeja putih.
"K--kau siapa?" tanya gadis itu terbata-bata. Ia juga terlihat penasaran. Ia tak tahu siapa orang-orang itu.
Laki-laki yang datang bersamaan dengan laki-laki memakai jubah putih itu berdiri disamping ranjang, ia berdiri lebih dekat. Laki-laki itu memasang ekspresi penuh tanya seraya mengerutkan dahinya.
"Kau tak ingat padaku? Aku kakakmu," kata laki-laki itu.
Kakak? Entahlah, gadis itu tak dapat mencerna makna kata yang diucapkan laki-laki yang mengaku kakaknya.
"Jiwon, kau benar-benar tak ingat padaku? Kenapa?" Jiwon, nama itu diucapkannya sehingga membuat gadis itu menilik seakan meminta penjelasan siapa itu Jiwon? Namanyakah?
"Dok, bagaimana ini? Kenapa setelah mengalami koma dia sama sekali tak ingat padaku?" tanya laki-laki itu pada sang dokter. Gadis itu tercengang mendengar kata 'koma' dari bibir laki-laki itu.
"Tenang. Aku sudah menduga ini akan terjadi, dia sepertinya mengalami amnesia. Tapi ingatannya akan kembali jika dituntun untuk mengingat sedikit demi sedikit tentang dirinya yang dulu. Hal demikian pasti membutuhkan banyak waktu tentu saja. Saran saya yang dia butuhkan saat ini hanya istirahat. Istirahat yang cukup supaya ia bisa dengan mudah merangsang otaknya untuk kembali mengingat!" tutur dokter itu panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Heart Mind and Soul (Sehun Exo)
FanfictionJiwon tersadar dalam keadaan tak ingat apa-apa. Bisa dikatakan ia mengalami amnesia. Ia tak ingat segalanya, keluarganya, teman-temannya, bahkan kekasih yang setia selama hidupnya ia tak mengingatnya. Sebuah sosok yang bersinar menghampirinya dan i...